The Big City

11.1K 573 2
                                    

Lima bulan kemudian

"Lice, lo ada acara ga hari ini?"

Aku menoleh ke arah Patrick, teman kelasku yang somplak, tapi berwibawa. Aku yang sedang merapikan buku bawaanku berhenti lalu mengangguk. "Gue harus ngerjain tugasnya Pak Gandi. Emangnya kenapa, Pat?"

Patrick duduk di atas meja yang berada di hadapanku lalu menghela napas. "Yah, padahal gue mau ngajak lo kerja."

Aku mengangkat alis. "Kerja apaan?"

"Jadi pager ayu. EO tempat gue kerja kekurangan cewek dan gue disuruh nyari orang."

Aku memasukkan buku ke dalam tasku lalu menggantung tas itu di pundakku. "Kenapa nggak lo aja yang jadi pager ayu nya? Pasti cantik," ujarku lalu terbahak melihat reaksinya.

"Aku serius, Lice. Emangnya lo nggak bosen apa di kos seharian kerjain tugas? Lagian lo dibayar juga kok. Lumayan kan buat uang saku tambahan."

"Hayo kalian lagi ngapain?" Tiba-tiba seseorang merangkul pundakku. Aku langsung menoleh dan mendapati seorang gadis cantik di sampingku.

"Mel... Lo bikin kaget aja. Ini loh si Patrick nawarin aku jadi pager ayu. Pat, lo kenapa nggak nawarin Meli aja?" Tanyaku pada Patrick yang dibalas dengan dorongan pelan di kepalaku oleh Meli.

"Gue udah jadi pager ayu disitu dari dulu keleus. Lo-nya aja yang nggak tau. Tiap pulang kampus langsung ngilang."

"Gue nggak ngilang, gue di kos ngerjain tugas yang nggak karuan," ujarku sambil mencibir ke arah Meli.

Amelina dan Patrick adalah teman pertama yang kudapat di hari-hari pertamaku masuk kampus. Meli adalah anak pengusaha kaya raya yang memiliki rambut coklat panjang dan mata bulat besar. Meskipun begitu dia lebih memilih bekerja untuk menghasilkan uang sendiri daripada membebankan orangtuanya. Meskipun aku yakin orangtuanya tidak terbebani sama sekali. Patrick adalah lelaki workaholic yang mengutamakan pekerjaan diatas segalanya. Padahal dengan tampangnya yang di atas rata-rata, ia bisa mendapatkan gadis cantik yang ia inginkan. Sayangnya ia lebih tertarik dalam bekerja.

Sebenarnya universitas ini bukan pilihan pertamaku. Tetapi setelah kejadian lima bulan yang lalu, rencanaku berubah total. Kecuali bagian dimana aku pindah ke Jakarta.

Kota ini tetap kota impianku. Dan aku tahu bahwa Terry juga tetap pindah ke Jakarta dan masuk ke universitas yang seharusnya kumasuki. Universitas pilihan kami berdua. Karena itulah aku memutuskan untuk memilih universitas lain. Aku tidak sanggup jika harus bertemu dengannya lagi. Tidak setelah apa yang diperbuatnya terhadapku.

Tetapi ternyata kampus ini tidak buruk. Aku tidak menyesal memilih untuk masuk universitas ini. Alasan utamanya adalah aku bisa memulai hidup baru yang nyaman disini. Dan juga karena aku tidak akan bertemu Terry disini.

Ya, jujur saja aku masih menangisinya hampir tiap malam. Apalagi di kamar kos hanya ada aku sendiri sehingga aku bisa menangis sepuasku.

Aku tau ini tidak wajar. Sudah lima bulan, seharusnya aku sudah bisa melupakannya dan tidak menangis seperti orang bodoh lagi. Tetapi tidak semudah itu. Apalagi ketika tahu bahwa dia selingkuh dariku. Selingkuh pun nggak tanggung-tanggung, sama sahabatku sendiri.

Ngomong-ngomong tentang Joanna, cewek tidak berperasaan itu tetap tinggal di kota asal kami dan kuliah disana. Karena dia anak tunggal, orangtuanya tidak mengizinkan dia untuk hidup di luar pengawasan mereka.

Aku memang stalker yang handal.

Back to the topic, mereka tetap menjalin hubungan jarak jauh sampai sekarang. Aku tau tidak seharusnya aku mencari tau tentang semua ini. Tapi tanganku bergerak begitu saja.

Colorful RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang