13. What's Wrong

Mulai dari awal
                                    

"Setiap aku bertemu denganmu, aku ingin berbicara kepadamu. Aku ingin menyapamu. Tapi aku takut. Aku pikir, kau masih membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku selalu khawatir kepadamu.. dimana kau tinggal.. apa kau sudah makan dengan teratur.."

Suara Chimon mulai serak. Ia sudah tidak bisa membendung air matanya. Ia biarkan air matanya jatuh membasahi pipi.

Mereka berdua sama - sama terdiam. Hanya suara isakan kecil Chimon yang terdengar.

"Aku tidak melupakanmu. Sungguh." Ucap Singto dengan penuh keyakinan.

"Aku selalu melihatmu. Aku selalu mengawasimu dari jauh. Aku tetap mengawasimu dengan Krist secara bersamaan. Itu jauh memudahkanku, karena kalian berdua berteman dekat." Singto mencoba meyakinkan Chimon.

"Krist? Kau jelas tidak menganggapku ada sama sekali!" Chimon sedikit meninggikan suaranya. "Jelas kau lebih mempedulikan Krist daripada aku! Bahkan kau tidak pernah menyapaku. Kau tidak bertanya kabarku sama sekali. Kenapa?"

Chimon mengusap air matanya dengan kasar.

"Tidak kah kau tahu, itu semakin membuatku takut berbicara kepadamu.. meski aku sangat ingin. Tidak kah kau tahu bahwa itu juga membuat hatiku sangat sakit?" Lanjut Chimon.

Pernahkah Singto sedikit mengerti, bagaimana posisi dan perasaan Chimon? Ia sangat ingin tahu kabar Singto, tapi kenyataan apa yang ia lihat? Tiba - tiba saja Singto tinggal satu rumah dengan sahabat baiknya. Bagaimana ia bisa tidak tahu.

Selama ini, Chimon tidak bodoh. Ia sangat tahu bagaimana hubungan dekat Singto dan Krist. Tapi, tidak pernah sedikitpun ia berpikir bahwa sahabatnya tersebut bahkan sangat dekat dengan Singto, yang selama ini selalu ia cari informasinya? Ternyata informasi yang seharusnya ia dapatkan berada sangat dekat darinya. Chimon merasa sangat bodoh.

Chimon merasa kecewa dan tersakiti oleh perlakuan Singto dan sahabatnya, Krist.

Mata Chimon semakin berair.

Singto memeluk Chimon yang menangis dipelukannya. Tidak tega melihat Chimon menangis, ia menepuk pelan bahu Chimon untuk menenangkan dan "Maaf.. mafkan phi na?" Singto meminta maaf berulang kali. Tanpa mereka sadari sepasang kaki berjalan mundur, terkejut apa yang ia lihat dengan matanya.

***

Krist menatap langit biru melalui jendela kelasnya. Ia mengkhawatirkan Chimon. Tidak biasanya Chimon membolos kelas. Itu bukan sepertinya sama sekali. Ia sempat bertanya Boom yang duduk dibelakangnya tapi ia berkata jika tidak tahu. Lalu, Krist harus bertanya kepada siapa lagi? Ia sama sekali tidak mengenal jelas teman-teman Chimon.

Apa Chimon sedang pergi ke ruangan komite disiplin seperti biasanya? Ia suka sekali memotret mereka. Diam - diam menjadi pengagum mereka.

Sudah beberapa hari ini Chimon selalu bolos jam kelas. Dan jika jam istirahat, ia selalu menghilang keluar kelas dengan tergesah. Saat berangkat dan pulang pun Chimon selalu pamitan pulang terlebih dahulu kepadanya dan Boom. Tidak ada percakapan diantara ketiganya. Jelas Boom juga merasakan keanehan.

Jam istirahat berbunyi, Krist pergi ke kantin dengan Boom seperti biasanya. Pandangan mata Krist menyapu seluruh kantin. Bohong jika Krist berkata tidak sedang mencari Singto. Jelas ia sedang mencarinya. Akhir - akhir ini Krist jarang bertemu dengan Singto, meskipun ia masih berangkat bersama.

"Boleh aku duduk disini?" Candy berkata ragu.

"Silahkan." Jawab Boom yang diikuti anggukan oleh Krist.

"Heeeeeei!!!" Terdengar suara Tay yang berteriak. "Hahhh. Untung saja masih ada tempat. Selamat makan!" Tay melahap makananya tanpa memperhatikan tatapan teman-temannya.

[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang