Bab 3

74.6K 825 15
                                    

Malam telah larut tapi Alisha bergerak gelisah diatas ranjang, matanya terbuka memandang nyalang loteng kamar ditengah kegelepan.

Gak bisa tidur tentunya.

Alisha memilih memainkan handphone membuka galeri foto sekedar nostalgia pada masa Weddingnya. Disana baik Alisha atau Benno tersenyum menghadap kamera, dulu Alisha menyangka itu senyum kebahagiaan tapi sekarang setelah diamati lebih jelas tentu saja senyum itu tampak palsu.

Mungkin ada dibeberapa slide Benno tersenyum lebar tapi Alisha yakin senyum itu bukan bahagia menikah dengan Alisha tapi senyum karena mendapatkan sesuatu yang bahagia.

"Mas kenapa jarang pulang sekarang? "

"Maaf, aku sibuk. "

"Mas, aku kangen. "

"Mas kok gak pernah nyentuh aku lagi? "

"Aku sibuk Alisha! Kamu pikir jadi vice presdir itu gak capek! "

Alisha mengusap kasar airmatanya yang tiba-tiba jatuh. Ia mengingat itulah percakapan lamanya dengan Benno terakhir kali. Waktunya.. Entah kapan Alisha lupa.

"selamat ya, Lis. Lakinya udah di angkat jadi vice president. Wiss, bakalan tajir tujuh turunan lo. "

Ucapan Sandra beberapa hari setelah pertengkarannya dengan Benno ternyata benar. Sandra salah satu sahabat Alisha yang sekarang menjadi artis multitalenta ikut andil mengisi acara dalam perayaan pengangkatan vice president Shanoz Grup.

Sedangkan Alisha? Ia sama sekali tidak diajak, ia hanya mendekam dirumah, memandangi layar televisi yang menampilkan Benno dengan senyum lebarnya saat di nobatkan sebagai Vice President- orang nomor dua tertinggi yang memimpin Shanoz Grup-menaungi beberapa perusahaan  diantaranya,  Shanoz Entertainment dan Shanoz Sari Teh(Teh paling tua dan terkenal di Indonesia).

Ceklek.

Bunyi pintu yang dibuka membuat Alisha buru-buru menyembunyikan ponselnya dibawah bantal. Dari pantulan sinar bulan ia bisa melihat sesosok pria masuk kedalam kamar. Pria itu melempar tas mungkin, terdengar melepas sepatu lalu masuk kedalam kamar mandi.

Ben? Tumben suaminya pulang cepat?

Tentu saja Alisha bahagia saat suaminya pulang cepat. Ia menyalakan lampu tidur, merapikan lingerianya sembari memasang senyum manis menunggu kehadiran sang suami.

Reaksi pertama yang ditampilkan Ben saat keluar dari kamar mandi adalah mengangkat sebelah alisnya.

"belum tidur? " ujar Ben tanpa senyum dan tanpa minat melihat belahan payudara istrinya yang tembus pandang dibalik lingeria merahnya.

"Belum, kan nungguin kamu. " Alisha berusaha mempertahankan senyum menggodanya.

Agar Ben mengerti dan paham kalau ia istrinya, bukan boneka pajangan.

Ben mengambil baju ganti, melirik Alisha sekilas dengan tatapan lembut. "Tidur aja, gak usah nungguin aku. " lelaki itu langsung berlalu masuk kedalam kamar mandi kembali.

Bahu Alisha terkulai lemah. Lagi, dan lagi penolakan yang sama.

Alisha menatap sekujur tubuhnya. Wajah dan badannya cukup seksi belum lagi ia rajin merawat tubuh tapi kenapa seolah Ben tambah lama tambah tidak bernafsu melihatnya?

Apa perlu Alisha memberikan Ben obat perangsang?

Hmm.. Sepertinya itu perlu dicoba.

Ceklek. Pintu kamar mandi kembali terbuka, Ben keluar dengan celana boxer dan kaos oblong. Suaminya naik keatas ranjang dan tidur di pinggir, seolah posisinya disana lebih nyaman daripada bergeser ke tengah sembari memeluk Alisha.

My Brother's Wife - Eksklusif Di NovelmeWhere stories live. Discover now