03

69 5 0
                                    

Pagi ini, Taehyung terlihat sangat gelisah. Pasalnya, semalam ia mengirim pesan pada ayahnya kalau ia ingin di belikan Android--seperti ide Jimin--sebagai hadiah ulang tahun dan sebagai kedatangan mereka berdua ke Korea setelah 3 tahun.

Tapi, ayahnya belum membalas pesan Taehyung. Membacanya saja tidak.

Ayah Taehyung, atau Tuan Kim tidak pernah seperti ini sebelumnya. Sesibuk apapun beliau di sana, ia pasti selalu menjawab pesan Taehyung. Minimal membacanya. Hanya pesan, tidak pernah telepon. Sesibuk itu. Taehyung saja tidak tahu persis pekerjaan mereka apa dan apa yang sedang mereka kerjakan. Ibunya juga sama saja.

Tapi, sekarang? Taehyung hanya merasa agak aneh. Entahlah. Biasanya ia selalu memaklumi orangtuanya yang memang ingat atau tidak sama sekali dengan dirinya yang berada di Seoul seorang diri. Bayangkan saja. Anak dari umur 15 tahun di tinggal sendiri di Seoul, di sebuah apartemen, dengan alasan ayah dan ibunya pergi bekerja.

Gila, bukan? Bahkan Taehyung sempat berpikir bahwa orangtuanya memang gila.

Ia juga tidak mengerti mengapa dirinya bisa bertahan hidup hingga sekarang. Anak seumuran 15 tahun, biasanya manja dan merengek minta ini-itu, lalu menghabiskan waktu bersama keluarganya untuk pergi ke taman hiburan, kebun binatang, ataupun sekedar makan malam di restoran. Pokoknya bersama keluarga. Tapi, dirinya? Sampai sekarang, ia bahkan belum pernah ke kebun binatang. Menyedihkan sekali, pikirnya.

Tapi, sekarang Taehyung sudah terbiasa. Sendirian. Hanya di temani handphone yang ada di genggamannya dan sebuah black card pemberian orangtuanya. Dan jangan lupa apartemen mewah yang saat ini ia tempati.

Sebenernya apa pekerjaan ayah dan ibunya hingga ia mampu tinggal di apartemen termahal di Seoul? Dengan black card pula?

Taehyung pun menyalakan televisi, mendengarkan berita pagi. Sambil menyiapkan sarapan--hanya sekedar sereal--sesekali ia melirik ke arah handphonenya, berharap ayahnya membaca pesannya kali ini.

" Dua hari yang lalu, ayah bilang mereka sedang di Perancis. " gumamnya, " Memangnya antara Perancis dengan Korea beda berapa jam, sih? Sampai tidak bisa membaca pesan anaknya. " Ia mendengus.

Taehyung benar-benar rindu orangtuanya.

[ Berita hari ini. Telah di temukan sebuah bangkai badan pesawat Boeing 717 milik maskapai Korean Air yang hancur- ]

" Oh, kecelakaan pesawat pagi-pagi begini? " Taehyung bermonolog sendiri sambil mengunyah serealnya.

[-di duga pesawat tujuan Seoul yang berangkat dari Bandara Internasional Perancis tadi malam pukul 20:15 hilang kendali di karenakan sayap kanan pesawat yang hancur karena tersambar petir. Tercatat tidak ada penumpang yang selamat dalam peristiwa kecelakaan ini. ]

BRAK!

Mangkuk sereal yang sedari tadi ia pegang, ia banting ke atas meja. Masa bodoh dengan meja kaca nya yang retak. Ia menunduk. Bahunya bergetar hebat.

Tidak, ia belum siap. Kenapa Tuhan tega sekali? Ia sangat menunggu hari-hari seperti ini. Menunggu orangtuanya membuka pintu dan melihatnya sudah sebesar ini. Ia sangat menunggunya. Menunggu kehadiran mereka. Ia sudah menunggu selama 3 tahun!

Kenapa tuhan tega mengambil orangtuanya? Di hari spesialnya?

Taehyung menangis keras.

" A, ayah.. Ibu.. "

Hari itu, Taehyung benar-benar sendiri. Sebatang kara. Tidak ada lagi sebutan untuk keluarga. Hanya tinggal Kim Tae Hyung seorang.

🤖🤖🤖

ERRORWhere stories live. Discover now