1

10 3 1
                                    

Mulmed: bintang scholastika naraya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mulmed: bintang scholastika naraya

---

"Hey tang! Kantin yuk!" teriak salah satu temannya, mutiara. Teman bintang yang selalu ada di sampingnya.

"Males," sahut bintang cuek.

"Yaahh..ayoklah tang, nanti kalo gue digangguin masteng kantin gimana?" ucapnya sambil membuat wajah semanis-manisnya bisa membuat gula darah bintang naik.

"Aishh..gula darah gue" gumam bintang terkejut dan diselingi tawa mutiara. "Yaudah iya," mutiara bersorak senang.

"Yes!" bintang yang memang mengerti watak mutiara hanya mendengus sebal. Selalu saja kalah dengan senyumannya.

"Oh iya elu besok ada tanding ya?" bintang menoleh, "iya," mutiara mengangguk dan menepuk pundak bintang "semangat!" bintang hanya terkekeh pelan.

Selesai dari toilet bintang segera bergegas menghampiri mutiara di kantin. Awalnya mereka ingin berdua untuk segera ke kantin tetapi bel darurat bintang menunggu, otomatis mutiara harus duluan ke kantin dan memesan makanan.

Langkah bintang terhenti saat mendekati daun pintu kantin.

Deras tawa mengelilingi mutiara, bintang tersenyum melihat mutiara tertawa lepas seperti itu.

"Kayaknya lo udah bisa lupain dia, tinggal gue doang yang harus berjuang lupain dia," bintang bergumam pelan sambil menghampiri mutiara dan teman-temannya.

Mutiara menoleh dan tersenyum ke arah bintang yang memanggilnya. "Bintang sini!" serunya sambil melambaikan tangan.

***

Kali ini ada perlombaan karate untuk bintang membuatnya harus izin tidak hadir ke sekolah untuk belajar dan membuat sang mutiara mendengus iri.

"Enak ya yang lagi libur sekolah, gak mau tau harus traktir kalo elu menang" mutiara sedikit men-cemberutkan bibirnya di layar ponsel yang menampakkan wajah bintang.

Bintang terkekeh mendengar nada tak terima dari mutiara, "iya"

Sekarang waktu perlombaan telah usai yang menandakan pukul 8 malam. Bintang mencari tempat sepi di luar gedung, dikarenakan kondisi gedung yang cukup ramai membuat bintang kesusahan mendengar jelas suara mutiara.

Untungnya di dekat gedung perlombaan, terdapat taman luas membuat bintang tanpa sadar segera menuju kesana dan menikmati angin malam.

Jujur vidcal bersama mutiara membuatnya tenang. Entahlah, mungkin sekarang hanya mutiara-lah yang ia punya sebagai sahabat untuk berbagi keluh kesah remaja.

Dulu waktu remaja, mereka selalu bermusuhan. Itu semua juga disebabkan oleh kekasihnya dulu. Langit. Sang pemilik langit malam. Yang membuat dirinya berubah 180 derajat.

Bintang masih mengingatnya. Masih mengenangnya. Bohong jika ia lupa dengan langit sang pendampingnya dan sang penjaganya. Mungkin, sekarang langitnya sedang melihatnya entah dari sudut mana. Tapi bintang yakin kalo langit selalu menjaganya dan memperhatikannya. Sehingga, kapanpun bintang berada tak ingin ia meredupkan sinarnya di langit yang gelap.

Dulu langitnya sering menurunkan hujannya saat bintang tak kunjung hadir. Bintang rindu langitnya itu!

"Hey, are you okay?" tanya seseorang membuat bintang menyerngit heran. Seingatnya ia masih vidcal dengan mutiara. Ia meraih ponselnya yang sudah berada diatas tanah dan.. mati. Baterainya habis. Sial. Sepertinya ia akan mendapat amukan dari mutiara setelah bertemu dengannya.

Bintang melirik sekilas saat ia sudah sadar dari lamunan.

"Ngapain disini?" tanya bintang yang sedikit risih dengan kehadiran orang asing. "Loh udah selesai ngelamun toh?" sahut orang itu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Bintang hanya menaikkan sebelah alisnya, menurutnya jawaban pria itu tak sesuai dengan pertanyaan yang ia lontarkan. "Gue tanya ngapain disini?"

Pria itu membenarkan rambutnya dan terlihat kebingungan. "Oh? Anu..lagi pengen liat bintang..lo sendiri?" bintang curiga dengan ucapan pria tersebut. Namun segera ia hempaskan karena tak mau ambil pusing.

"Sama," ucapnya santai lalu mulai memejamkan kedua matanya. "E..eh? Jangan tidur lagi dong, kenalin gue galaksi fernando, lo?" ucapnya ramah sambil mengulurkan tangannya.

Bintang hanya menatap uluran tangan itu tanpa berniat membalasnya. Merasa tak diindahkan oleh sang lawan bicara, orang bernama galaksi tersebut menarik kembali tangannya dan tersenyum, "gue suka rasa cuek lo" sejenak bintang mengkerutkan dahi, "dan lo cantik kayak bintang di sana" timpal pria itu lagi sambil menunjuk bintang paling terang dilangit.

***

"Bintang?" tanya langit kecil pada sosok bintang kecil.

Bintang menoleh dan melengkungkan bibirnya keatas bagaikan bulan sabit, sangat manis.

"Duh..gula darah aku," ucapnya bercanda, bintang hanya mengkerucutkan bibirnya. Lucu. Tanpa sadar membuat sang langit mencubit kedua pipi bintang, "kamu Lucu" Ucapannya seakan petir yang mengguntur membuat bintang melemas dan pipinya merona, "langit juga"

Langit hanya tersenyum simpul. Langitnya hanya langitnya yang bisa membuatnya seperti ini. Only langit milik bintang yang bisa seperti ini.

***
Bintang termenung setelah sesaat ia mengambil sebagian fotonya bersama langit. Kisahnya dulu semanis gula kapas. Ceritanya dulu seindah langit sore. Hingga semuanya tak tau bahwa bintang sangatlah berbahagia saat itu dan semuanya lenyap saat menemukan kertas surat yang usang. Bintang tersenyum getir.

"Udah lama banget tenyata ya lang," batin bintang.

Ia menutup kembali album fotonya dan menyimpan surat tersebut pada tempatnya.

"Gue gak mau ada hujan lagi sekarang, gue udah strong lang," batin bintang sambil tersenyum nelangsa.

Maaf ya ini cerita pertama saya. Jadi kalo banyak salah kata atau kalimat tolong dimaklumkan. Hanya menulis sesuka hati dengan imajinasi sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita yang pernah kalian baca tolong kebijaksanaannya. This real my imajinations. Dan jika ada kata atau kalimat yang sulit dimengerti tolong partisipasinya bantuannya. Saya juga masih harus banyak belajar.

aloneWhere stories live. Discover now