PART 1

15 1 0
                                    

      Cahaya matahari menembus gorden yang terpasang di jendela, Ziran mengerjap-erjapkan kelopak matanya yang terasa berat. Dia merasa kepalanya menindih sesuatu dan juga punggungnya melekat pada sesuatu yang hangat. Mata Ziren terbelalak saat melihat sebuah tangan memeluk pinggangnya yang tertutup oleh selimut, dia menolehkan wajahnya saat tersadar dari kelinglungannya.

      Pada saat berbalik, Ziran dikejutkan oleh pemandangan sosok pria yang menakjubkan sedang tertidur, pemandangan yang indah dipagi hari.

       "Apa yang terjadi?" Batin ziran mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi padanya.

       Seolah merasakan pergerakan Ziran, Pria menakjubkan itu membuka matanya.

      "Selamat pagi!" Pria itu menatap Ziran dengan tatapan berbinar menunjukkan kebahagiaannya. "Bagaimana perasaanmu?" Tanya pria itu menyentuh dahi Ziran menggunakan punggung tangannya.

      Tanpa memedulikan pertanyaan pria itu, dia menepis tangan pria itu. "Siapa kamu? Apa yang terjadi?" Ziran langsung terbangun dan melihat tubuhnya yang hanya ditutupi oleh kemeja putih.

      "Apa yang kau lakukan padaku? Dimana bajuku? Dasar pria kurang ajar! Mesum!" Ziran terbelalak marah dan melempari pria itu dengan bantal.

      Pria itu terkekeh sambil menyingkirkan bantal yang dia tangkap dari lemparan Ziran. "Fikiranmu terlalu kotor sayang, aku tidak akan melakukan apa yang kamu fikirkan ketika kamu dalam keadaan tidak sadar" kata pria itu.

      "Apa maksudnya itu?" Fikir Ziran lalu menarik selimut lebih rapat ketubuhnya.

       "Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana ini?"

       "Semalam kau terbaring disini karena pingsan karena banyak alasan yang menyebabkanmu seperti itu dan sekarang kita berdua ada dirumahku" Jelas pria itu.

      "Lalu apa yang kau lakukan pada tubuhku? Dimana pakaianku?" 

      Pria itu mendesah, "Namaku Alva, berhenti memanggilku kau!" Perkataan Alva itu lembut tapi terkesan sebagai perintah yang tegas. Alva bangun dari tidurnya menghadap ke Ziran.

      "Hentikan fikiran kotormu, semua pakaianmu basah jadi aku  menggantinya  dan selebihnya aku hanya menyentuhmu sejauh yang kau inginkan dan kau butuhkan. Sudah cukup pertanyaannya!" Kata Alva berdiri diatas lantai dan meraih mantelnya yang tergantung disamping kasur  yang mereka tiduri berdua

       "Ap-pa?" Ziran memeluk tubuhnya sambil menjerit kesal dengan wajah memerah. "Apa maksudmu aku inginkan dan butu...."

       Ziran menutup kedua matanya dan berhenti berbicara ketika melihat Alva hanya mengenakan boxer sebelum menggunakan mantelnya.

       "Kenapa kau tidak memakai pakaianmu?"  Bentak Ziran kesal dan juga tersipu malu.

       "Aku tidak suka mengenakannya saat tidur" Jawab Alva lalu berjalan mendekati Ziran.

       Ziran menjerit saat Alva mengangkat tubuhnya ala bridal. "Apa yang kau lakukan? Turunkan aku?"

      "Kau terlalu cerewet, kita akan mandi bersama lalu menemui orang tuaku" jelas Alva.

      "Apa???" Mata Ziran terbelalak "Tidak! Aku tidak mau mandi bersamamu dan untuk apa aku menemui orang tuamu?" Ziran meronta-ronta akan tetapi percuma karena kekuatan Alva lebih besar darinya.  Alva menurunkan Ziran saat mereka tiba di dalam bathroom.

       "Jika kau penasaran, cepatlah bersiap!"

       Alva menurunkan Ziran  kedalam bathtub yang telah diisi  sabun dan kelopak mawar.

       "Lepaskan pakaianmu dan cepatlah mandi atau kau ingin aku mandikan?"  Ancam Alva yang masih melihat Ziran belum melepaskan kemejanya.  "Lagian aku sudah melihat semuanya"

      Entah berapa kali wajah Ziran merona pagi ini karena dibuat malu oleh pria dihadapannya.

      "Berisik!!!"  Ziran melemparkan busa ke wajah tampan Alva.

      Alva kembali terkekeh, Ziran melepas kemeja yang digunakannya ketika Alva sibuk membersihkan busa diwajahnya.

       "Melihatmu yang sekarang membuatku tidak percaya kalau kau ingin mati kemarin" Kata Alva sambil tersenyum menatap wajah Ziran yang masih merona.

     Ziran mengangkat wajahnya menatap Alva, memorinya sejak awal sampai kemarin malam terputar kembali secepat kilat yang menyambar kepalanya.

      "Kenapa aku bisa melupakannya?"   Ziran menunduk dan mengusap wajahnya.

       Seakan sadar dengan apa yang dikatakannya, Alva langsung mendekati Ziran.

       "Maafkan aku, sayang! Aku tidak bermakud mengungkitnya" Alva mengangkat wajah Ziran yang basah oleh air sabun, akan tetapi sangat jelas kalau dia sedang menangis dilihat dari matanya yang memerah.

     "Berhentilah menangis!" Pinta Alva dengan nada memohon.

      "Pa-padahal aku su-sudah melupakan semuanya"

      "Iya...iya. Ini salahku, sayang. sekarang berhentilah menangis"

      Ziran memukul keras dadanya yang kembali sesak dan berat.

     "Rasanya terlalu menyakitkan, bagaimana bisa aku berhenti menangis" ucap Ziran dengan nada tersedu-sedu.

      Alva menangkap kedua tangan Ziran dan menariknya kedalam dekapannya.

       Alva mengusap kepala Ziran sambil sesekali mengecupnya. "Aku disini, sayang"

*****

      Butuh waktu lama bagi Alva mendiamkan Ziran, dia memakaikan handuk dan mengangkatnya kembali kekamar.

        Sepanjang waktu Ziran terdiam tanpa ekspresi yang tergambar di wajahnya. Alva mengumpat kepada kebodohan dirinya berkali-kali.

      "Alva!" Panggil Ziran, Alva dengan gesit mendekatinya.

      "Apakah yang kulihat kemarin malam adalah kamu?" Tanya Ziran di jawab anggukan oleh Alva.

    "Apa kau mendengarku?" Tanya Ziran lagi dan kembali di jawab anggukan oleh Alva.

      "Kamu terlihat sangat indah malam itu" segaris senyum tipis terbentuk dibibir Ziran.

      "Berhenti menyalahkan dirimu! Aku ingin istirahat sejenak"

*****

      "Al, orang yang tulus padamu  adalah orang yang melihat sosok dirimu yang sebenarnya sebagai sosok yang indah"

      INDAH!!!

Kata itu terus menggema  di fikiran Alva, dia menampilkan senyum paling bahagia yang pernah dia rasakan.
      

     

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

the demon fell in love with meWhere stories live. Discover now