5 Orang Terakhir

481 3 0
                                    


Awan hitam berlayar rendah di langit yang sangat mengerikan. Mengerikan lantaran jenis awan itu adalah awan comulunimbus atau awan hitam pekat yang berbentuk cendawan raksasa. Awan comulunimbus adalah pemantik badai, dan badai di atas gunung bisa diartikan ancaman kematian bagi pendaki gunung. Tak nampak intipan mentari. Belantara rimba terselip di kepekatan. Aku teramat khawatir. Pikiranku tidak fokus. Setelah tadi malam terpapar dingin dan angin kencang, satu-persatu fisik kami bertumbangan. Semua peralatan pendakian yang kami bawa tak banyak membantu. Suhu minus 7 derajat menyiksa pelan-pelan. Angin di luar tenda terasa menampar-nampar permukaan tenda. Berisik memang. Sangat-sangat berisik.

Sopia tergeletak tak berdaya. Kesadarannya tinggal sisa-sisa. Wajahnya pucat. Bibirnya membiru. Matanya rapat terpejam. Ingin rasanya aku berbuat sesuatu, tetapi, apalah daya, aku tak mampu menolongnya. Jalan pulang yang seharusnya nampak, lenyap tak berbekas. Kami berlima terkucil di tengah hutan rimba, terselip di antara julangan pepohonan berusia ribuan tahun. Tak terdengar secericit pun suara burung. Aneh. Sangat-sangat aneh.

"Zul, bagaimana dengan Sopia?" tanyaku sembari memandang Zul, pacar Sopia. Namun Zul membisu. Tatap matanya menerawang. Benny yang berada di samping Zul memandangku.

"Begini, Ryan. Kita mengalami situasi yang pelik. Makanan menipis, kita tak pernah tahu kapan awan sialan ini menyingkir dari langit." Benny menerocos. Sekilas terbaca kilat matanya yang licik.

"Apa maksud kata-katamu, Ben?" tanyaku cepat. Di hatiku terpantik curiga. Semoga tak ada niatan baginya meninggalkan Sopia.

"Kita berempat harus secepatnya mencari jalan keluar. Usulku, kita bagi menjadi dua tim. Aku dan Zul, sementara kau dan Soni." jawabnya enteng.

"Kuharap niatanmu bukan berarti meninggalkan Sopia." rupanya Soni sependapat denganku. Dia melirikku seraya minta dukungan. Soni kemudian memandang Zul dengan tatapan tak mengerti. Zul mematung. Raut wajah Soni berubah jengkel.

"Ayolah, Zul. Jangan diam saja! kau yang paling mengerti kondisi alam di antara kita! kami butuh pendapatmu!!" suara Soni membentak. Tapi Zul tak bereaksi.

"Kalau pendapatku masih tetap sama, Son. Kita harus secepatnya mencari jalan keluar. Kalau perlu meninggalkan Sopia. Kukira Zul sependapat denganku. Iya kan, Zul?"

"Kau sudah sinting, Ben!!" teriakku

"Mending berkorban seorang daripada semua terkena imbas. Kita harus secepatnya mengambil keputusan. Mending mengambil keputusan salah daripada tidak sama sekali. Bertahan di tempat ini sama artinya menanti mati!" Bantahan Benny terdengar memuakkan di telingaku. Ingin kuhajar mulutnya agar tak nyinyir semacam itu. Soni tak mampu berbuat banyak. Meski tak menerima kata-kata Benny, Soni tak memiliki solusi yang lebih baik. Kurasa dia menumpukan harapan kepada Zul pemimpin rombongan kami yang kini bersikap tolol.

Tidak seperti yang kubuktikan, konon Zul memiliki segudang pengalaman bertahan hidup di alam bebas. Puluhan gunung didakinya. Repetisi pendakiannya setidaknya ratusan kali. Konon lagi menurut cerita yang membuatku kagum, Zul sempat dinyatakan hilang selama beberapa hari ketika mendaki pegunungan Argopuro yang merupakan jalur pendakian terpanjang di pulau Jawa. Setelah upaya pencarian tim SAR dilakukan, Zul ditemukan dalam keadaan tak kurang suatu apapun. Menurut cerita yang kudengar, Zul menggunakan kemampuan survivalnya dengan baik. Dia berhasil melakukan orientasi medan dan mencari jalan pulang meski harus menerobos hutan perawan sembari bertahan hidup dari dedaunan dan buah-buahan hutan. Tetapi Zul yang kusaksikan kali ini amatlah jauh dari kisah heroik. Zul yang kubuktikan lebih mirip lelaki tolol. Lelaki Bajingan yang hanya bisa menerawang saat Benny mengusulkannya meninggalkan Sopia.

Andai aku yang di posisi Zul, aku akan tetap menungguinya meski badai terburuk menerpaku. Sopia memang manis, gadis periang yang mencuri hati banyak lelaki termasuk diriku. Cantik. Ibarat bunga, Sopia berasal dari jenis yang terliar. Jenis yang selama ini tersembunyi di tempat-tempat tertinggi. Sopia sangat pas jika kumetaforakan secantik bunga edelweiss. Liar. Eksotik. Mekar di tempat bunga lain tak mungkin tumbuh. Sopia adalah segelintir pendaki perempuan yang gemar naik-turun memanjati titik-titik tertinggi di muka bumi. Saat pertama kali melihatnya di Sabana Merbabu, aku langsung jatuh hati. Namun tidak seperti Zul, aku tak memiliki keberanian mengungkapkan perasaanku. Sopia akhirnya dipacari Zul. Aku tinggal mengagumi dari jauh. Kurasa salah satu alasan Sopia menerima Zul lantaran mengagumi cerita-cerita hiperbolis tentang kehebatan lelaki tolol itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

5 Orang TerakhirWhere stories live. Discover now