Harinya Sarinnah

54 8 9
                                    

Sarinnah menggerutu pelan ketika angkutan umum yang dinaiki dirinya mengetem terlalu lama, sudah lima menit berlalu dan sebentar lagi jam berubah menuju angka tujuh. Rasanya ia ingin mencekik sopir atau kalau menuruti alamiah perempuan, menjambak rambutnya hingga botak sekalian.

Di depan sana, kemacetan tidak terelakkan. Sebagian kendaraan bermotor  terus saja merangsek maju melewati jalan di sebelah kanan melawan arus demi mencapai tujuan mereka. Sarinnah menggeleng berulang kali dan mengelus dada mencoba menyabarkan diri. Kini ia menyesal seketika, seharusnya tadi pesan ojek online saja daripada harus terjebak dengan sopir yang tidak peduli dengan penumpang yang sedang mengejar waktu.

"Bang, jalan napa sih!"

"Tahu. Bentar lagi mau masuk ini!"

"Mau nunggu siapa sih, bang? Udah tahu nggak ada lagi orang yang mau naek."

"Buruan napa, bang!"

Senyum Sarinnah terbit mendengar rentetan protes dari beberapa penumpang yang kebanyakan ibu-ibu. Ya, terusin bu. Biar keder ini sopir. Yang bener aja, udah penuh gini, malah ngetem sampe lama.

Sarinnah melirik spion yang menampilkan raut sopir yang sudah tersenyum kecut. Ia tahu supir tersebut sedang menahan kesal.

"Iya, bu..," katanya sembari menarik tuas dan menggerakkan stang kemudi.

Sepertinya istilah the power of emak-emak yang digaungkan orang-orang di sekelilingnya itu benar. Jangan melawan ibu-ibu jika Anda ingin selamat.

***

Sarinnah yang masih berstatus karyawan kontrak harus rela bergerak kesana kemari mengikuti perintah senior. Setiap ia melakukan tugas ini, ia harus menahan diri untuk tidak mengeluh atau mengumpat kasar. Bayangkan, luas pabrik ini gak beda jauh dengan luas lapangan sepak bola. Dan perusahaan ini punya dua pabrik yang menyambung yang artinya ia harus mengitari dua lapangan sepak bola.

Kalau sudah seperti ini, rasanya ia ingin mengendarai motor untuk mengitari dua pabrik yang menyatu dibawah satu perusahaan. Seharusnya pimpinan atas menyediakan fasilitas lebih untuk seseorang yang dikasih tugas untuk mengitari pabrik semacam dirinya.

"Teh Rin, temenku ada yang jomblo nih, mau tak dikenalin? Lumayan lho orangnya. Dicoba aja dulu kenalannya," ucap ibu-ibu yang kebetulan lewat didepan Sarinnah yang sedang sibuk mengais baju yang dikirim nanti malam.

"Ngga, bu. Makasih." Sarinnah mencoba tersenyum seraya tetap mengerjakan pekerjaannya yang sudah dititahkan senior padanya hari ini. Sebanyak 2000 pcs baju harus di selesaikan tepat waktu di tim pasang kancing dua.

"Aku pergi dulu ya, bu. Permisi." Sarinnah buru-buru meninggalkan ibu tersebut sebelum dia berbicara lebih banyak lagi.

"Mbak Rin, dipanggil Bu Eno diatas." Senior Sarinnah itu mengambil alih pekerjaannya yang baru saja ia sampai dimana timnya berada.

Sarinnah mengerenyit tidak mengerti, "Ada masalah apa ya, mbak?"

"Ga tau, urusan penting kali. Baru kali ini ada orang kantor nanyain orang biasa kaya kamu. Gih sana pergi."

Sarinnah mencoba tersenyum walaupun dalam hatinya ingin nampol. Kalau gue orang biasa, dia apa atuh? Kuntilanak gitu? 

"Heh, lu ngapain coba manggil-manggil gue lewat bu Eno, hah?" sembur Sarinnah begitu sampai ditempatnya. Ia sudah bertandang ke kantor bu Eno tadi dan ibu tersebut bilang bahwa ia ada di panggil Jessy.

Jessy hanya menyengir tanpa merasa bersalah. Ditangannya penuh berlumuran saos. Ck, masih pagi begini enak banget ngemil ayam goreng.

"Gue minta." Sarinnah langsung buka mulut, minta disuapin. Ogah ngotor-ngotorin tangan.

"Jadi, apa?" tanya Sarinnah langsung sambil ngunyah.

"Ada reunian di sekolah kita. Tahun ini lo harus ikut, Rin. Wajib binti fardhu ain kudu hadir."

Sarinnah menutup mulutnya saat Jessy ingin menyuapinya ayam goreng lagi. Bola mata Sarinnah langsung menghunusnya dengan tajam.

"Gue tetap ga mau. Mau gimana pun lo maksain gue. Gue tetap najis ikut reunian. Thank you ayamnya, Jess." Sarinnah berbalik menuju pintu.

Sebelum meraih handle pintu Sarinnah berujar, "jangan lagi panggil gue lewat tim gue, Jes. Ini terakhir kalinya."

Jessy mengangguk dengan canggung. "Okay, nggak lagi. Suwer."

Sarinnah menghembuskan napas sebelum menuruni tangga. Mencoba mengenyahkan pikiran tentang reuni.

#littlebeeschallenge
#littlebee
#littlebee2

Ya Allaaah, ide ceritanya ini mulai berubah-ubah. Kumaha atuh supaya tetep komit dengan ceritanyaaa? *gayem ayam bakar sambil berlinang airmata*.

SarinnahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang