***

Pagi ini Senja sudah berada dikantornya, terlihat sibuk dengan segala berkas dimejanya lalu terlihat mengotak-atik laptopnya. Dia sedang menenggelamkan dirinya dengan kesibukan. Mengambil hampir seluruh pekerjaan yang meminta jasanya.

Dia meninggalkan kantor, pergi menemui Klien, kembali ke kantor dan pulang ke rumah saat waktu malam. Saat malam pun dia membuat desain bangunan sampai dini hari, saat benar-benar lelah dia tertidur.

Setelah itu paginya kembali bekerja. Terus dia melakukan rutinitas seperti itu hampir seminggu lamanya.

Menjauhi zona di mana ada pertemuan dengan Bintang, membuat obrolan semenyenangkan mungkin dengan Jingga seperti halnya siang ini saat jam makan siang.

Jingga membawa makan siang ke ruangan Senja.

“Masih belum beres pekerjaannya?” Tanya Jingga.

“Hmmmm.” Jawab Senja tetap focus kepada Laptopnya.

“Jika untukku, bisa kamu luangkan waktu?”

Senja mengangguk, berdiri dari meja kerjanya menghampiri Jingga yang membawa makan siang.

“Kemarin aku sudah melihat-lihat gedung untuk pernikahan kita, Aku yakin kamu pun pasti menyukainya.”

“Ya, aku mempercayakan semuanya kepadamu. Jika butuh apa-apa tinggal bilang saja.”

“Hmmm, Nanti malam orang tuaku mengundangmu untuk makan malam.”

“Ya, Aku dan Papa akan ke sana.”

Jingga terdiam sebentar. Melihat Senja yang mulai menyantap makan siangnya.

“Emm, aku pun sudah mengundang Bintang. Dia pun harus aku ajak kan?” Tanya Jingga.

Senja terlihat memegang sendoknya kuat.

“Terserahmu saja, kamu yang lebih tahu harus bagaimana.”

“Aku bukan maksud apa-apa, memang kalian harus bersikap biasa-biasa saja setelah ini. Aku akan menjadi kakak ipar untuknya.”

Senja hanya diam, tidak bicara terlalu banyak.

Diruangan Surya, dia menelpon Bintang.

“Kamu diundang makan malam juga? Pulang dari kantor langsung ke rumah saja ya. Om sudah belikan gaun yang bagus untukmu.”

“Tapi om…” Sela Bintang di seberang sana.

“Sudaahh, sedari dulu om ingin membelikan kamu sesuatu, Bibi yang membantumu berbenah nanti ya.”

Panggilan langsung ditutup oleh Surya, Bintang menghela dimeja kantin. Bulan melihat sahabatnya kembali gelisah.

“Ada masalah lagi?” Tanya Bulan.

“Tidak, hanya keadaan selalu membuat hatiku bekerja ekstra.”

Bulan memperhatikan sahabatnya itu.

“Emm, Bintang. Kamu masih belum tahu di mana ibumu?” Tanya Bulan takut-takut.

“Belum, dia memang sepertinya memang berniat sembunyi dariku.”

“Kamu masih mencarinya?”

“Tidak, untuk apa? Bukankah sekarang semuanya sudah jelas bahwa Ayahku adalah pak Surya.”

“Tapi aku pikir, kalian itu tidak memiliki kemiripan.” Ujar Bulan.

“Karena aku tidak mirip jadi tes DNA itu salah gitu? Sudahlah Bulan. Aku sedang menerima semua ini.”

Bintangحيث تعيش القصص. اكتشف الآن