Bumi

125 33 8
                                    

Masih mau ceritain Bumi ah.

Setelah acara pelukan kami kemarin. Hari ini Bumi di perbolehkan pulang loh. Kenapa? Karena hasil tes urin yang ia lakukan tidak membuktikan kalau Bumi pengguna apa lagi pengedar. Malam itu ia hanya mampir untuk sholat isya sebelum pulang ke rumah.

Sebenarnya Bumi sudah bisa pulang kemarin. Karena hari libur maka kepulangannya di tangguhkan hingga hari ini. Bapak dan Ibu benar karena tidak perlu uang untuk membebaskan jagoan mereka. Cukup melakukan hal sesuai prosedur, kalau Bumi memang bersalah maka dia harus menanggung buah dari perbuatannya.

Hari ini Bapak meminta izin pada sekolah karena aku tidak dapat masuk. Menjaga Bintang dan Obe karena ibu masih dalam keadaan tidak stabil. Yang paling menyedihkan dari semua ini adalah Asi ibu yang keluar hanya sedikit membuat Obe terus menangis.

Aku sudah berusaha memberikan susu formula pada Obe, tapi Obe sendiri tidak mau. Bagaimana lagi? Aku kan belum pernah jadi Ibu. Usia ku bahkan baru menginjak tujuh belas tahun beberapa hari yang lalu.

Pintu rumah diketuk. Siapa pelakunya? Siapa lagi kalau bukan jagoan yang di tunggu-tunggu kanjeng Mamih. Mata Bumi mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.

"Ibu di kamar" kataku.

Ia langsung berlari menuju kamar utama rumah ini. Setelah mengetuk dan mendapat izin untuk masuk dari sang pemilik. Seterusnya hal yang terjadi adalah adegan drama televisi di stasiun ikan terbang. Hehehe...

Bumi memeluk tubuh ibu dan mengumumkan kata maaf yang mendapat jawaban haru dari ibu. Perempuan yang baru saja melahirkan adik ku itu memukul-mukul bahu Bumi dengan air mata yang sudah menganak sungai.

"Maafin bumi Bu. Bumi salah. Bumi melawan ibu. Jangan doain Bumi jadi manusia ga berguna Bu. Bumi kapok...." Begitu kiranya perkataan Bumi yang terucap ketika memeluk kaki Ibu. Ia tak segan mencium kaki Ibu sebagai ungkapan maafnya.

"Besok begitu lagi nak?" Tanya ibu

"Ga Bu. Bumi kapok Bu" rinti Bumi di bawah kaki ibu. Setelah itu ibu memeluk Bumi dan menciumi anak kesayangannya itu.

Adegan mesra mereka harus terhenti karena tangisan bayi belo yang aku gendong. Obe menangis karena haus. Ia minum sedikit hari ini.

Setelah selesai menyusu, Obe diambil alih oleh Bumi. Ia menuruti perkataan ku. Meminta maaf pada adik bungsu kami. Menciumi pipi Obe yang sudah mulai berisi.

"Maafin Mamas yah de.... Maafin Mamas" begitu katanya terus.

"Jangan diciumin gitu mas, nanti adiknya bangun" larang ibu.

Setelah menyerahkan Obe pada ibu. Bumi mendekatiku yang sedari tadi mengintip adegan mereka. Lagi lagi ia memeluk ku erat.

"Makasih yah Mbak. Makasih udah kasih nasihat ke Bumi. Makasih udah jadi mbaknya Bumi. Makasih atas semua perhatian Mbak. Bumi sayang Mbak" ini Aku kaya mimpi banget. Bumi yang irit bicara jadi lemes. Mau cubit pipinya Bumi. Mau cubit.

"Bumi janji akan jadi laki-laki pertama yang melindungi Mbak" nih anak ngelantur kah?

"Mbak mau kan maafin Bumi? Bumi janji ga akan mengulang ini lagi. Janji ga akan bikin kalian sedih lagi" Aku mengurai pelukannya lalu tersenyum manis. Ah senyuman Aku kan memang manis. Tanpa pemanis buatan (apa yah namanya? Sebentar tanya Mba Nu dulu).

"Besok besok nurut yah apa kata ibu. Ada atau ga ada Mbak. Orang tua itu ucapanya kaya doa. Begitu kan yang pak Ustad bilang waktu itu." Adik laki-laki ku menganggukan kepala tanda mengerti.

Aduh mas Bum, jangan manis begini ah. Nanti Mbak jatuh cinta gimana? Kan kasihan tukang ayam Taliwang depan sekolahan. Hehehehe......

***

#LittleBees5
#LittleBeeschallenge
#LittleBees

SkyWhere stories live. Discover now