Penasaran

13 0 1
                                    

Zelena Rauna

Seorang gadis biasa yang jatuh cinta pada seorang Bintang dilangit sana yang tentunya akan sangat sulit untuk diraih.

" Jatuh cinta bukanlah yang hal yang disengaja, ia datang begitu saja mengetuk pintu hati yang begitu rapat. Kemudian mengobrak abrik hati yang tersusun rapi dan meninggal sejuta warna merah muda dengan sengaja." Tulis aku dalam buku jurnal yang tertempel wajah oppa oppa korea disampulnya.

" Aaahhhh, kenapa si jadi gini. Aku nggak suka ya, kalo kamu masuk kehatiku tanpa izin." Bagai manusia yang sedang berhalusinasi aku bicara pada diriku sendiri.

Jika dipikir kembali, aneh sebenarnya bagaimana bisa aku jatuh cinta hanya dengan mendengar dan tahu namanya saja. Namun cinta tetaplah cinta, kau tak bisa menolaknya kapanpun ia datang.

Kuambil hp lalu ku mulai mencari sosial medianya, dari mulai Facebook, Twitter hingga Instagramnya.

" Ooh wow, ternyata begitu mudah dicari." Senyum miringku tercetak dengan sempurna haha. Dengan gercep kutekan tombol add dan follow follow, oh wow tinggal menunggu bagaimana responnya.

Satu jam , dua jam menunggu tidak ada respon apapun padahal dia barusan upload hasil karyanya. Gimana si ni orang, sombong banget. Karena kesal dan capek kutinggal tidur, siapa tahu besok bangun tidur tiba - tiba ada notif fandialfian following you.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

04.30
Alarm ku berdering kencang, kumatikan lalu kembali tidur. Serasa baru 5 menit tiba - tiba suara ibu menggelegar seisi kamar.
" Rauna, bangunnn udah siang ini. Ayam udah nyari nasiii."

" Hmmmmmm."
Kubangun, duduk dan siap mengumpulkan nyawa untuk pulih dari tidur panjang. Mataku saja masih tertutup, tiba - tiba kuingat hp dan kubuka dengan semangatnya. Loh kok, belum ada notif apapun dari dia aku begerutu sendiri, kenapa si ini orang . Apa perlu aku mention follback kaka supaya dia ngenotice.

" Rauna, burunan mandi." Suara ibu memberhentikan gerutuku.

"Iyaaa ibuuuuuu"
Nih emak - emak cerewet amat, untung emak sendiri kalo enggak.

30 menit kemudian.

Kulangkahkan kaki menuju jalan raya menunggu bus seperti biasa, jarak yang jauh membuatku harus menggunakan transportasi bus. Ada suka dukanya saat menggunakan transportasi umum seperti bus, dukanya kau harus berbagi tempat lebih tepatnya terjepit orang sana sini karena suasana pagi orang sibuk beraktivitas bahkan jika kau tidak beruntung kau harus berdiri didekat pintu yang tententunya berbahaya. Namun sukanya, saat bus sedang sepi kau bisa duduk memikirkan apapun yang kau mau lebih tepatnya melamun ataupun tidur.

"Ebuset, penuh amat ."
Belum juga memutuskan naik apa tidak, kondekturnya main narik aja tapi yaudahlah daripada telat, lebih bahaya entar malah suruh pakai rompi orange kaya tahanan KPK sama pak Sutoyo.
Kutarik nafas lega setelah setengah jam aku bergelut, berdesak- desakan dibus.

"Eh na, udah ngerangkum pelajaran sejarah?." Tiba - tiba Ipeh nyeletuk entah darimana datangnya.

"Udeh."

"Ooooohhh."
Udah gitu aja si Ipeh jawabnya, ebuset anak siapa si ngeselin amat.

"Eh peh, temen kamu yang namanya Fandi itu gimana si orangnya?."

"Hhhm, ngapain kamu nanya gitu curiga aku. Kamu suka sama dia?."

" Ipeh yang imut kayak marmut, mohon maaf nih ya, emang kalo nanya itu tandanya suka apa gimana?!."

"Nggak usah ngegas dong, ya kan aneh aja seorang Zelena Rauna nanya kayak gitu." Jawab Ipeh setengah menyelidik.

"Kan cuma nanya Ipeh, soalnya penasaran aja dia kan jago ngegambar gitu."

"Oh, dia waktu SMP anaknya pendiem, nggak banyak omong tapi ya gitu prestasinya banyak."

"Terus apalagi?."

"Udah gitu aja, soalnya aku nggak pernah sekelas jadi kurang paham sama dia."

Kringgggggggg
Bel masuk berbunyi tanda masuk jam pelajaran pertama. Kuakhiri rasa penasaranku namun malah membuat aku semakin penasaran dengan sosoknya. Bagaimana bisa, baru namanya saja yang kudengar tapi membuat hatiku bergetar karenanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Arah LangkahWhere stories live. Discover now