Manusia lamban

1.2K 67 8
                                    

Menjadi manusia adalah menjadi sadar. Sadar bahwa kita adalah manusia yang terlahir cacat dan tidak sempurna. Selalu saja ada kekurangannya.

Tidak ada manusia yang persis sama. Kita terlahir dari keluarga yang berbeda, cara didik yang berbeda, ekonomi yang berbeda, lingkungan yang berbeda serta berjuta faktor lainnya.

Kemudian, apakah adil kalau diri kita menuntut hasil yang sama seperti orang lain?

Menjadi lamban, mengajarkan kita bahwa sebagai manusia memang di bentuk untuk tidak menjadi seorang pelari, sebagian manusia di bentuk sebagai perangkak untuk menjadi para pemikir serta perasa yang keras.

Dunia bukanlah perlombaan.

Apa jawaban kalian saat di hadapkan dengan pertanyaan, "Apa tujuan hidupmu?"

Aku jadi ingat semasa aku kecil, aku selalu menganggukan kepalaku saat di beri wejangan oleh kedua orangtua.

Mereka berpesan kalau aku harus menjadi orang yang sukses dan dapat berguna untuk orang lain. Namun, seiring aku beranjak dewasa, dunia seolah menjauhkanku dari sisi anak-anak yang penuh mimpi dan kebaikan yang tulus.

Aku menjadi semakin lupa sehingga terbuai oleh dunia yang membelokkan tujuan hidupku untuk menjadi yang tercepat. Hingga pada akhirnya, dunia pula yang menghadapkanku pada rasa lelah.

Seperti saat itu, aku sangat-sangat frustasi. Aku ingin marah, menangis dan berteriak sangat kencang sampai suaraku habis.

Rasanya sangat buruk saat semua orang di sekelilingku sudah jauh beberapa langkah di depanku--dalam hal apapun--bahkan dengan cara yang sangat mudah sementara aku sendiri harus berjuang dengan sangat-sangat keras untuk mencapai hasilnya.

Aku memaki diriku sendiri : Aku payah, pengecut, lemah dan tidak berguna.

Pernah saat itu aku marah pada Tuhan karena Tuhan selalu memberikan banyak cobaan tanpa henti bahkan untuk mengambil napas pun, aku merasa kesulitan.

Sampai pada suatu hari saat aku sedang merenungkan tentang seperti apa hidupku. Aku baru menyadari kalau lamban bukanlah sebuah kekurangan namun itu adalah cara Tuhan mempercayaimu sebagai tangan-Nya.

Seolah Tuhan berkata, "bisa saja aku membuatmu sebagai pelari yang paling kencang tapi aku ingin kau menjadi hamba-Ku yang baik dan kucintai, maka aku perlambat dirimu agar kau bisa belajar bersyukur dan mencintai dirimu sendiri."

Menjadi lamban mengajarkan kita untuk mengingat tujuan hidup kita sebenarnya.

Bukan perihal siapa yang duluan sampai tapi perihal kenapa kita harus sampai dan bagaimana caranya untuk sampai.

Bukan pula siapa yang tercepat namun bagaimana caranya harus tetap bergerak.
















Note : Saat catatan ini dibuat, aku masih sering mendapati diri untuk semua ketertinggalanku dan masih mencoba untuk memafkan dan berdamai dengan diri sendiri.

-Xan-

Me, My Self And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang