Bila mentari bersinar hanya untuk dimaki
Maka rembulan berbinar akan untuk dicaci
Kugambar di sini dua wujud kewatakan, yang memanaskan karena harapan, yang mendinginkan karena ketakutanBila gugusan berkelip hanya untuk dicerca
Maka guguran bersemi akan untuk diterpa
Kugambar di sini dua wujud kemampuan, yang berkelip karena mampu berkelip atas kehendak, yang bersemi tak menolak disemi karna tak mampu menolak persemiannya ituBila kuntum hanya untuk dipetik
Maka kucuran akan untuk ditampik
Kugambar di sini dua wujud keberadaan, yang dipetik karena kehadiran wanginya yg diinginkan, yang ditampik karena kehadiran segarnya yang tak dibutuhkanBila deruan hanya hanya untuk disapa
Maka dentuman hanya untuk dilupa
Kugambar di sini wujud kedatangan, yang disapa karena tibanya disambut, yang diterpa karena perginya yang disebut-sebutKurcaci itu berlarian menangisi raksasa
Kurangnya itu tak lebih, lebihnya itu hanya kurang
Kugambar di sini wujud kesempurnaan, yang kurcaci tak memiliki kelebihan, yang raksasa tak memiliki kekurangan, tetapi tak satupun mampu jadi yang sempurna pada nyata-nyatanya kecuali bagi raksasa sebab terpandang mata tidak semalang kurcaci itu, berkelebihan yang kelebihan itu adalah kekurangannya menurut pandangan mata tak pandangan sempurnaDamprat akar ilalang rambati retak tambak padi
Durhaka jarum pintal racaui jahitan luka tadi pagi
Kugambar di sini wujud kesialan, si ilalang dihujat lalu disambit, si jarum tak pernah disalah meski membuat muncrat itu darah dari jari penjahitSyal membungkukkan kedinginan
Syal juga membungkukkan keinginan
Kugambar di sini wujud keasingan, disembuhi sakit menggigil bila salju menggerutu, namun disembuhinya pula sakit semangat bila gemerincing lonceng bangun tidur berdering kemerincingOh Maha Daya !
Malam tak pernah mensucikan hitamnya !
Oh Maha Daya !
Siang tak pernah melaknati silaunya !
Kugambar di sini wujud kesyukuran, tak ada sesal senista lampau, tak ada ragu seseram esokOh Maha Daya !
Janjimu dan janjiku mengapa kini kau adu !
Kugambar di sini wujud seteru makhluq-khaliq menulisi kehampaan, hamba tau harapan terkabulnya telah terkabul lewat skenario tuannya bahkan sebelum semua tercipta, sedangkan tuan tak bergeming mengganti plot-plot ceria sebab akuisisi absolut terhadap segala dimensi maupun waktuOh Maha, Yang dayanya sedaya-dayanya Daya !
Dengarlah daya ini sebelum daya ini tak lagi terdengarOh Maha Daya...
Daya ini tak lagi tersifati sesuai maksudnyaOh Maha Daya...
Daya ini bukanlah dayaKecuali tak lagi tersifatinya daya ini
Sesuai maksudnya
Kugambar sisa di atas ini semacam bendera putih yang dilubangi kaliber anti-lapis baja, tak mungkin lagi sempurna penyerahannya namun tetap memaksa untuk terus mengibar