Bab 18

9.4K 475 0
                                    

Miranda POV

Ini udah tiga bulan sejak Dad meninggal. Tapi gue tetap bungkam seribu bahasa.

Gue ga menangis di pemakaman Dad, ataupun hari-hari selanjutnya. Rasanya sedih, tapi ga bisa mengeluarkan air mata sedikitpun.

Gue merasa hampa. Gue merasa seorang diri ada di dunia ini.

Saat waktunya bangun tidur, gue bangun. Saat waktunya mandi, gue mandi. Saat waktunya makan, gue makan. Saat kerja, gue kerja. Semua baik-baik saja.

Saat ditanya, gue juga menjawab.

I am really fine.

Hanya merasa hampa...

***

Dion POV

Ini udah tiga bulan sejak Dad meninggal dan Miranda berubah menjadi mayat hidup!

Dia menatap semua hal dengan tatapan kosong, gue rasanya hampir gila karena setiap gue ajak bicara, Miranda hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan!

Walau dia bangun, mandi dan makan tepat waktu, tapi dia semakin kurus dan menyedihkan! Dia memang profesional, dalam pekerjaan sama sekali ga masalah. Tapi keadaan dia itu yang jadi masalah!

Gue udah mencoba minta Mike dan Alex yang bicara sama Miranda, tapi ga berhasil! Bahkan tunangan Alex yang seorang psikiater itu pun bilang, Miranda baik-baik aja. Hanya saja dia ga mau bicara. Keadaan psikologisnya baik. Intinya, Miranda hanya ga mau terlalu terbuka. Itu saja.

Gue minta bantuan Mama dan Papa untuk bicara sama Miranda, tapi sia-sia. Intinya, ga ada yang bisa membantu gue. TERUS GUE HARUS GIMANA?!

Gue lelah. Lelah sekali.

Pekerjaan di kantor banyak banget, ditambah Miranda ga bicara apa-apa sama gue. Gue bisa gila!

Sekarang udah jam dua belas malam. Mungkin gue sekarang jadi workaholic. Lembur nyaris setiap hari selama sebulan ini. Huff… Sebaiknya pulang. Besok gue harus rapat pagi-pagi.

Tapi entah kenapa, gue malah mengendarai mobil ke arah klub malam yang udah lama banget ga gue datangi. Mungkin gue butuh sedikit minum.

Ya, gue butuh minum!

***

Miranda POV

Gue diajak pergi ke klub sama seorang partner kerja gue. Katanya sih mau merayakan suksesnya proyek kemarin. Ya sudah. Gue ikut saja. Walau di sana gue juga ga akan minum.

Udah jam dua belas tengah malam. Sebaiknya gue pulang. Tapi, tunggu. Sepertinya gue lihat sosok Dion. Apa benar itu Dion?

Ya. Itu Dion. Sedang apa dia di sini?

Gue duduk di pojokan, menunggu Dion selesai minum. Dia terlihat sangat stress, sampai minum entah berapa banyak gelas. Gue terus menunggu dari jauh sambil geleng-geleng kepala.

Walau tiga bulan terakhir ini banyak orang yang sepertinya menganggap gue gila, tapi gue ga gila. I am really fine. Hanya saja, gue ga bisa bicara banyak. Apa benar kata Mama minggu lalu, kalau Dion stress berat karena gue? Tapi gue ga apa-apa kok.

It is enough! Dion udah mabok berat.

“Di, ayo kita pulang.” Kata gue sambil mengambil gelas di tangan Dion.

Dion malah ga peduli dan mengambil botol minuman. Dia langsung meneguk dari botol itu. ASTAGA! Dion tumbang setelah satu botol itu habis.

Gue minta pelayan untuk membopong Dion ke mobil gue. Meminta supir gue untuk menyetir mobil Dion pulang sedangkan gue langsung menyetir mobil gue pulang. Sesampainya di rumah, gue memanggil pelayan di rumah gue, dan meminta mereka membantu gue membawa Dion masuk ke kamar.

Dion…

Gue membuka sepatu, kaos kaki, jas, dasi, kemeja dan celana. Tapi tiba-tiba Dion menarik gue ke dalam pelukannya saat gue mau menyelimuti Dion.

“Di, lepas!” kata gue sekuat tenaga melepaskan diri.

“Suara lu mirip sama istri gue! Hahahaa…” kata Dion mabok.

Dion semakin mengeratkan pelukannya, membalikkan posisi dan sekarang dia ada di atas gue.

Dion mulai menciumi gue. Gue udah berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi percuma! Dion terlalu kuat dan gue ini ga ada apa-apanya dibandingkan Dion. Dion udah membuka baju gue, rok gue bahkan baju dalam gue. Sial! Gue benci banget Dion mabok!

“Lu mirip banget sama istri gue. Bahkan muka lu, kulit lu, lekukan tubuh lu. You look so beautiful!!! Please... Just one night, sweetheart!” kata Dion yang sudah mulai merasakan setiap senti tubuh gue.

Ugh!

Damn! I miss him so much!

***

Dion POV

Kepala gue sakit banget pagi ini! Aaaarrrghh!

Jam berapa sekarang? DAMN IT!

Sekarang udah jam Sembilan dan rapat gue dimulai satu jam lagi! Gue segera menelepon sekretaris gue supaya dia bisa menahan para investor itu sebentar kalau gue terlambat. Setelah itu, gue langsung berlari seperti orang gila ke kamar mandi, ke walk in closet, ke meja makan untuk minum segelas air dan mengambil roti. Siaaaal! Udah jam setengah sepuluh!

Please jangan macet!

Gue langsung secepat mungkin melajukan mobil gue ke kantor. Syukurlah ga macet! Setengah jam dan gue tepat waktu! Sekarang jam sepuluh. Untung saja lift kosong, jadi gue Cuma terlambat lima menit!

Huff.. akhirnyaaaaa!

Rapat gue berjalan dengan baik, dan sekarang gue sedang bersantai di ruangan gue. Sial, kenapa gue bisa terlambat bangun pagi ini?! Padahal gue ga pernah bangun siang. Gue selalu bangun jam enam pagi, dan ga pernah lewat.

OH!

Sial! Ini pasti gara-gara kemarin gue minum sampai mabok. Pantes aja kepala gue sakit banget pagi ini. Tapi, kok gue ga inget gimana gue pulang ya? Semabok-maboknya gue selama ini, gue ga pernah sampai ga inget bagaimana gue pulang ke rumah.

Ya sudahlah.

Setidaknya sekarang perasaan gue lebih baik dari kemarin.

Marry Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang