Memandangi akta tanah dan bangunan Angella narik nafas penuh emosi sebum memasukannya ke dalam tasnya. Tinggal merenovasi bangunan agar menjadi lebih baik dan mendekor ulang isinya agar terlihat lebih menarik.

Memutuskan untuk pulang satu jam kemudian Angella tiba di kediaman mewah itu. Sambil brrsenandung ia berjalan hingga kakinya berhenti di sebuah pintu bercat coklat. Mengetuknya tiga kali sebelum mendapat sambutan yang mengijikannya masuk ke dalam sana.

Pintu terbuka menampilkan sebuah ruang kerja minimalis namun elegant.
"Ada apa?" Pertanyaan singkat bernada tegas di dapat Angella dari pria paruh baya yang duduk saling berhadapan dengan seorang wanita cantik yang kini menatap Angella dengan hangat.

"Ada yang ingin Angel bicarakan dengan ayah."

"Kalau begitu duduklah disini bersama kakak." Diana bangkit menghampiri adik tirinya. Senyum hangat menghiasi bibirnya membuat wajah cantiknya terlihat semakin cantik. Diana layak dengan reputasinya sebagai salah satu 'Wanita sempurna dalam segala hal' yang di berikan orang-orang di sekitarnya.

Angella tersenyum tak kalah hangat dan duduk tepat di sebelah Diana! Diana menatapnya dari atas sampai bawah, menganguk seolah puas dengan penampilannya.

"Ternyata benar, kamu memang banyak berubah." ucapnya.

"Maksud kakak apa?" Angella menatapnya dengan bingung. Matanya berkilat untuk sesaat. Hanya sesaat!

Diana terkekeh sedikit, kemudian ia menyesap tehnya yang semula di atas meja dengan perlahan seolah meresapi rasa dan aromanya.

Meletakan gelas dengan gerakan anggun sebelum kembali berucap. "Bukan apa-apa. Aku hanya tidak sengaja mendengar dari beberapa pelayan yang tengah bercakap-kacap berkata bahwa kamu sekarang banyak berubah. Ternyata benar." Jelas Diana yang menatap gaun berwarna ungu muda yang melekat pas di tubuh adiknya. Ia pun melihat riasan ringan yang menghiasi wajah cantik Angella. Angella tersenyum tipis mendengarnya.

"Benarkah?" Terdengar ada nada geli dalam suara Angella.

"Hm, benar. Tapi ini bagus, kamu terlihat lebih dewasa di banding masa lalu. Dan itu bagus."

Angella hanya terkekeh tanpa bersuara menanggapi perkataan singkat Diana. Sekilas kata-kata itu terdengar seperti pujian, namun jika kita merenungkannya lebih dalam wanita itu mengejeknya dengan menyindirnya jika ia kekanak-kanakkan di masa lalu. Sungguh lidah yang beracun di balik sebuah kata-kata manis!

"Ada perlu apa kamu ke sini?"

Frans akhirnya angkat bicara, ia pun kini memperhatikan penampilan putrinya yang kini telah beranjak dewasa tanpa ia sadari. Hari-harinya terlalu sibuk dengan pekerjaan selain dengan istri keduanya. Tanpa ia sadari waktu terus berlalu begitu cepat, mengubah gadis kecil yang dulunya sering melekat padanya menjadi besar dan menjauh kecuali datang hanya pada saat ia membutuhkan sesuatu atau ingin meminta sesuatu darinya.

"Aku ingin bekerja."

Jawaban singakat Angella membuat keduanya, Frans dan Diana menatapnya dengan kaget. Dari mana gagasan itu ia dapat? Karena seperti yang mereka ketahui, meski Angella tergolong pintar hingga pada usia 20 tahun ia sudah mendapatkan gelar sarjananya anak itu tampak tak pernah memiliki niat atau menujukan ketertarikan untuk bekerja selain dari kegiatan rutinnya berlibur dan menghambur-hamburkan uang bersama teman-teman dari lingkaran sosial tinggi lainnya.

Berkat ajaran baik Mila!!

"Apa kamu yakin?" Diana tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya.

"Tentu saja." Angella mengangguk di sertai keyakinan di wajahnya.

"Apa hanya itu?" Frans menyandarkan punggungnya menatap lurus pada Angella.

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitWhere stories live. Discover now