Rumah Mnemsine

Começar do início
                                    

“Hah?”

“Iya hilang, bagaimana ini?” ia berucap seolah menangkap ketidakmengertian Ben tadi.

“Jadi, bisakah kalian memberi tahu suatu lokasi di tempat ini?” suara Nick di depan mengalihkan Ben dan Thalia dari pembicaraannya tadi.

Laki-laki di hadapannya tersenyum, “Apa maksudmu sebuah titik?” tanyanya.

Mata Nick berbinar antusias.

“Kalau itu yang kau maksud, kau sudah berada di dekatnya, sebentar lagi kau akan menemukan bangunan yang di maksud. Tapi kau harus hati-hati, maksudku” laki-laki itu membuat jeda, memandang sekeliling lalu kembali pada Nick. “Penyihir hitam mengincar kalian” lanjutnya agak berbisik, membuat Percy dan Nadia di samping Nick bergidik ngeri. Mereka tidak mengenal para laki-laki berjubah itu, lalu mereka memberi titik terang dan kemudian menakut-nakuti dengan mengatakan ‘Penyihir hitam mengincar kalian’. Nadia bersumpah, ini seperti serial film thiller yang sering di tonton Nick.

Nick memikirkan ucapan laki-laki di hadapannya sejenak kemudian mengucapkan sebuah kata. “Kuharap informasimu benar.”

“Aku tidak bisa membohongi orang sepertimu” kata laki-laki itu tenang dan meyakinkan, sekali lagi memberi senyum pada Nick juga yang lain.

Nick berkata lagi, “Terimakasih untuk informasinya.”

“Tidak usah sungkan, kau bagian dari kami juga” setelah itu, mereka para lelaki berjubah kembali menurunkan badan seratus delapan puluh derajat menjadi menunduk di hadapan Nick. Nick tidak mengerti, namun ia tak ambil pusing atas apa yang mereka lakukan atau ketakan di luar informasi tentang titik yang di maksud dalam buku.

Setelah beberapa detik, orang-orang itu bangkit lagi. Nick memutuskan untuk melanjutkan pencarian sekarang juga, maka langkah mereka kembali terdengar dengan iringan ucapan selamat tinggal dari para lelaki berjubah tadi. Nick agak risih sebenarnya.

“Kau kenal siapa mereka?” tanya Nadia penasaran. Ia mendongak dan mendapati kakaknya tengah memandangnya.

Nick terlihat berpikir sebentar, lalu akhirnya mengendikkan bahunya sebagai tanda tidak tahu.

“Kupikir kau tahu” terdengar nada kecewa saat Nadia mengatakannya, “Lalu, kau tahu siapa wanita misterius yang tiba-tiba muncul tadi?”

“Namanya Livia” jawab Nick, namun rupanya ia salah menangkap maksud pertanyaan adiknya saat Nadia kembali membuka mulut.

“Ck, bukan itu maksudku”

Nadia tak melanjutkan ucapannya ketika terdengar keributan kecil dari arah belakang. Sontak ia dan Nick berbalik, ternyata suara ribut itu berasal dari Ben, Thalia, dan juga Percy yang entah sejak kapan Nadia tidak menyadari laki-laki itu tidak berada di sampingnya lagi.

Nadia menoleh sebentar ke arah kakaknya lalu kemudian melangkah mendekati mereka bertiga.

“Kenapa ribut-ribut?” tanya Nadia setelah bergabung dengan mereka, Nick masih terdiam di tempatnya.

“Bukunya hilang” jawab Thalia terburu, ada nada jengkel dan takut yang tercampur dalam ucapannya. Nick di depan mendengar jelas apa yang baru saja di ucapkan gadis itu. Ia lantas tertaut tak percaya.

Nick langsung menghampiri mereka.

Nadia menyipit tak percaya. “Hilang? Bagaimana bisa?”

Gerak-gerik Thalia menunjukkan ketidaknyamannya ketika mendapati tatapan tajam Nick yang seolah ingin membunuhnya. Ia menyumpah, kalau tatapan bisa membunuh mungkin ia sudah terkapar tak bernyawa di atas rumput yang basah ini.

Buku Ramalan SintaOnde histórias criam vida. Descubra agora