Bagian 2 - Diantar Pulang

10.6K 863 8
                                    

Selamat Membaca!

Selamat Membaca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


• • •

Malam hari pun tiba, (Namakamu) berjalan keluar rumah dengan memakai hoodie polos dan jeans hitam nya. Saat ini, ia sedang berjalan menuju super market untuk membeli cemilan atau jajanan yang sering ia buat stok di rumah. Jarak super market dengan rumahnya lumayan dekat, jadi ia tak perlu susah payah meminta supirnya untuk mengantarnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya (Namakamu) sampai di super market. Disana ia membeli stok jajanan untuk di rumahnya seperti es krim, chiki-chiki dan makanan ringan lainnya. Setelah membayar, ia keluar dari toko itu dan berjalan menuju rumahnya dengan santai. Angin malam membuatnya sedikit menggigil, padahal ia sudah memakai hoodie yang lumayan tebal.

Seketika (Namakamu) menghentikan langkahnya saat ia melihat beberapa preman yang sedang duduk di pinggir jalan. Dan sepertinya seorang gerombolan preman itu sedang mabuk, terlihat mereka meracau tak jelas. Padahal saat ia berangkat tadi, tidak ada satupun orang dari gerombolan preman disitu. (Namakamu) dengan perlahan memundurkan langkahnya agar tak terlihat dengan preman-preman itu. Tetapi terlambat, salah satu dari preman itu ada yang sudah menatapnya.

Sial.

"Eh ada Adik manis." Tegur salah satu preman dari gerombolan itu, preman preman yang lainnya semakin mendekat ke arah (Namakamu) hingga membuatnya mengelilingi gadis itu. Seperti mengurungnya di tempat.

(Namakamu) melirik takut ke arah preman itu. "Ja-jangan ganggu saya." Ucapnya terbata-bata. Suasana jalan yang ia lewati ini memang sepi, jadi jarang orang yang melewati jalan ini. Membuat (Namakamu) merinding sendiri.

"Gak ganggu kok. Cuma main-main aja. Boleh ya?" Goda Preman yang satu nya lagi. Ia mencolek pipi mulus (Namakamu) dengan genit.

(Namakamu) menepis tangan pria itu dengan kasar dari pipi nya. Sungguh, ini sangat menakutkan baginya dan pengalaman buruknya. "Jangan sentuh saya!" Sentaknya marah.

"Wah ngelunjak dia! Sikat aja." Seru preman yang lain. Seketika salah satu preman dengan perlahan mendekati dirinya dan berniat menyentuh permukaan wajah (Namakamu). (Namakamu) memejamkan matanya berharap ada yang menolongnya saat ini. Ia ingin sekali teriak tetapi ia tak cukup mempunyai nyali yang besar untuk melakukan itu. Bibirnya dan seluruh badannya terasa kelu.

BUGH

"Jangan ganggu dia!" Teriak seseorang setelah memberi pukulan hebat pada preman yang tadi mendekati (Namakamu).

(Namakamu) membuka mata nya perlahan dan betapa terkejutnya saat ia mendapati Dosen nya---Iqbaal yang berteriak marah pada gerombolan preman itu. Dengan segera, ia menyembunyikan tubuhnya di belakang punggung Dosen nya itu dengan perasaan takut. Dia sedikit lega karena ada orang yang menolongnya saat ini. Gadis itu mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Oh mau jadi sok jagoan lo? Sok-sok an mau nolongin cewek ini." Ejek salah satu Preman sambil memandang remeh Iqbaal.

"Gue bukannya mau jadi sok jagoan disini. Tapi perempuan harus di hormatin, dihargai, bukannya malah di rusakin sama lo-lo pada." Sahut Iqbaal memasang wajah datar nya tetapi terlihat amarah yang besar dari tatapan pria itu. Ia paling tidak suka melihat perempuan terluka atau di sakiti. Itu sama saja ia menyakiti bunda nya sendiri atau Kakak nya sendiri.

"Gak usah sok nyeramahin gue! Gak penting! Mending lo minggir dari pada kena akibatnya!" Ucap Preman yang tadi sambil mendekati (Namakamu) yang masih bersembunyi di balik punggung lebar Iqbaal.

Iqbaal bergerak menghalangi preman itu agar tidak bisa menggapai (Namakamu) dengan tubuhnya. Dan akhirnya, ia melayangkan bogeman-bogeman pada Preman itu dengan emosi yang mengusai dirinya. "LO SEMUA PERGI DARI SINI ATAU GUE TELFONIN POLISI?! HAH?! PERGI!" Teriak Iqbaal marah pada semua preman di hadapannya.

Dengan cepat gerombolan preman itu berlari menjauhi Iqbaal dari pada mereka tertangkap polisi.

Saat gerombolan preman itu sudah menghilang, Iqbaal membalikkan tubuhnya menatap (Namakamu) yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketakutan. Nafasnya sedikit terengah-engah akibat tadi ia berteriak lumayan kuat dan melayangkan beberapa tinjuan.

Lelaki itu tersenyum tipis menatapnya. "Jangan takut, premannya udah gak ada." Sahut Iqbaal dengan ucapan yang berubah menjadi lembut agar gadis itu tak takut padanya sebab tadi ia sempat meneriaki orang dengan emosinya, ia sedikit membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah (Namakamu) yang sudah tak tertutup dengan kedua tangannya tetapi gadis itu masih menunduk.

Dengan perlahan, (Namakamu) mengangkat wajahnya. Ia menghapus air matanya yang mengalir di pipi nya. "Ma-makasih banget Pak, sa-saya gak tau lagi mau bilang apa, kalau Bapak gak dateng pasti say--"

Ucapan (Namakamu) terpotong dengan ucapan Iqbaal yang sepertinya sengaja memotongnya agar tak melanjutkan ucapannya. "Syuuut udah. Kebetulan tadi saya lewat sini dan lihat kamu lagi di gangguin sama preman tadi. Ya saya langsung bertindak dong, masa saya biarin anak didik saya celaka? Gak mungkin kan." Ucap Iqbaal diakhiri dengan kekehan kecilnya.

(Namakamu) mengusap tengkuknya yang tak gatal. Kemudian ia tersenyum kikuk. "Sekali lagi makasih pak." Ucapnya canggung.

Iqbaal tersenyum tipis. "Udah gak usah makasih mulu. Mendingan saya anterin kamu pulang ya, bahaya kalau udah malam-malam begini." Ucap Iqbaal.

(Namakamu) yang mendengar itu dengan cepat menggelengkan kepalanya. Ia tak mau merepotkan Iqbaal lagi. "Eng-nggak usah pak. Rumah saya dekat kok." Ujar nya tak enak hati.

"Udah gak papa, yuk!" Ajaknya lalu berjalan menghampiri mobilnya yang tak jauh dari tempat tadi.

Mau tidak mau, (Namakamu) mengikuti ajakan Iqbaal. Ia juga sempat takut untuk berjalan lagi menuju rumah, kejadian tadi membuatnya sedikit trauma dan untunglah Iqbaal langsung menyelamatkannya tepat waktu.

Iqbaal membukakan pintu bagian depan mobil untuk (Namakamu), setelah gadis itu masuk barulah Iqbaal menempati bagian pengemudi.

"Eh iya, Rumah kamu dimana?" Tanya Iqbaal sambil menstater mobilnya lalu mulai menjalankannya.

(Namakamu) memberitahu alamat rumahnya yang memang tak jauh dari sini. Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya mereka sampai di rumah (Namakamu), rumah klasik yang bisa dibilang megah dan mewah.

"Makasih pak udah mau nganterin saya, saya udah ngerepotin banget padahal." Ujar (Namakamu) tak enak hati, ia merasa telah merepotkan Iqbaal.

Iqbaal melirik rumah (Namakamu) yang megah tetapi sepi. Mungkin hanya ada beberapa orang saja di dalam. "Gak ngerepotin kok. Saya kan Dosen kamu, jadi santai aja." Sahut Iqbaal tersenyum tipis menatap (Namakamu).

"Ya udah, kalau gitu saya masuk ya pak. Sekali lagi, makasih banyak." Ucap (Namakamu) tersenyum lalu keluar dari mobil Iqbaal setelah mendapat anggukan dari Dosen nya itu.

Iqbaal menatap (Namakamu) yang sedang memasuki rumahnya sampai tubuh gadis itu menghilang perlahan. "See you." Ucap Iqbaal pelan diikuti senyuman manisnya lalu mulai menjalankan mobilnya untuk pulang dengan kecepatan rata-rata.



Bersambung

My Girl [IDR]Where stories live. Discover now