"Mau ke kelas mina" jawab mark santai.

"Kok ke kelas mina?!" sebel gue.

Ya gimana gak kesel, kan ada gue ngapain ke kelas mina sih? Tadi yang ngajakin ngantin bareng siapa coba?!

"Mau ngantin bareng dia aja" jawab mark.

"KOK GITU?!" kesal gue.

Lalu yorobun, apakah kehadiran gue ini gaib dan tak terlihat? KOK SAMA MINA SIH ANJENG, KENAPA JUGA HARUS SAMA MINA?

Kesel banget gue. Dih, lagian kenapa sama mina sih. Apadah mina cabe gitu. Cantikan juga jaemin kemana-mana. Arrrghh!

Mark cuma diam, sementara gue ngepout karna kesel. "YAUDAH SANA SAMA MINA" usir gue dengan gak santai terus langsung jalan ninggalin mark.

Dan tiba-tiba mark ketawa, ngebuat gue berhenti jalan dan noleh kedia. Mark nyusul gue, dia ngeraih sebelah tangan gue.

"Apasih! Gausah pegang-pegang!" kesel gue.

"Tuhh kan kamu cemburu" kata mark sambil ketawa.

Gue bungkam. Lah? Gimanasih?

"Aku bercanda sayang, yakali ngantin bareng cabe. Tadi ngetest kamu doang" kata mark.

Ja-jadi tadi gue cemburu ya?

"Nyebelin..."

"Kamu tuh suka sama aku, terus aku suka sama kamu. Pacaran yuk?" kata mark.

Gue diam seribu bahasa. Rasanya gue baru aja kehilangan keseimbangan tubuh, kaki gue lemes woi. Baru beberapa menit mark ngebuat gue deg-degan, dan sekarang, lagi-lagi dia ngebuat jantung gue rasanya kehilangan kendali.

Tapi gak tau kenapa, ada rasa bahagia gitu di hati gue. INI GUE KENAPASI? Gila, mark doang yang bisa buat gue bingung kayak gini.

"Apasih..." kata gue dengan suara kecil sambil natap mata mark.

"Jaeri, aku serius" kata mark.

Kalo dia beneran nembak gue, sumpah ini gak romantis banget.

"Markㅡ"

"Kayaknya aku udah sering bilang kalo aku suka sama kamu deh. Yang aku tunggu cuma perasaan kamu, dan sekarang, i just wanna be yours, aku gak mau di selip orang lain" kata mark.

"Is this a joke, or what?" tanya gue memastikan.

Mark narik nafas. "Apa aku keliatan kayak pelawak yang lagi bercanda?" kata mark.

"But markㅡ"

"Iya maaf aku nembaknya gak romantis. Dan aku juga gak bisa terlalu romantis kayak Jaemin. But, ya, i love u, that's that" kata mark.

Gue diam karna kehilangan kata-kata. Mulut gue kelu banget sumpah. Entah kemana perginya congor rombeng gue, tapi kali ini rasanya gue kayak bisu total.

"Jaeri kamu punya 2 pilihan. Pilihan pertama, kamu terima aku. Dan pilihan kedua, kayak pilihan pertama" tawar mark.

Beberapa detik gue mikir. Lalu dimana keadilan buat bangsa ini? Komunis banget nih anak.

"Gimana? Kamu pilih yang mana?" tanya mark memastikan.

Ini kenapa hati gue terus-terusan teriak 'terima!' ya? Astagah, kayaknya gue beneran ketempelan peletnya mark deh.

Shit.

Beberapa detik gue mikir sambil ngegigit bibir bawah gue. Ada teori yang bilang 'percaya hati adalah keputusan yang terbaik' haruskah gue percaya sama hati gue?

"Gimana hm?" tanya mark sekali lagi.

"Kamu maunya gimana?" tanya gue balik.

"Ya aku maunya kamu jadi punya aku"

"Yaudah"

•••••

"Aku gak suka baca buku ginian mark!"

Bukannya gimana-gimana sih, tapi mark milihin banyak buku yang sama sekali bukan genre gue. Gue lebih suka baca novel fiksi, sementara dia milihin buku yang containing a lot of education. Kayak karya seth godin, malcolm gladwell, ataupun tony robbins.

"Ini bukunya bagus semua, kamu harus baca" kata mark.

Gue menghela nafas dan ngembaliin beberapa tumpuk buku yang ada di tangan gue ke rak.

"Kok di balikin semua?" Tanya mark.

"Selera aku bukan disitu" jawab gue.

"Coba deh ambil satu, terus kamu baca. Nanti bakal suka, aku jamin" kata mark.

Gue natap dia. Jadi mark suka baca buku ginian? Gila, gimana gak pinter, bukunya aja edukasi semua, beda sama gue yang kalo baca buku pasti novel.

Akhirnya gue ngambil satu buku yang tadinya udah gue taro di rak. Gue langsung narik satu buku tanpa baca judulnya.

"Poke the box?" tanya mark.

"Iya, ayo balik. Kamu beli itu aja kan?"

Mark beli beberapa buku sama satu kotak pulpen. Katanya pulpennya sering di colong haechan jadi ya gitu, sekalian beli sekotak.

"Kamu beli satu doang?" tanya mark.

"Iya, aku bayar sendiri. Aku gak mau di bayarin" kata gue sambil ngeluarin debit card dari belakang case hp.

Mark langsung melotot. "Engga! Aku yang bayar!" teguh mark.

Gue mendengus. "Kamu bapakku?"

"Jaeri, aku pacar kamu, jangan gitu" kata mark.

Pacar? Ya, kita kan baru official tadi siang.

"Ya terus? Emang pacar mesin atm apa gimana? Aku gak jadi beli kalo kamu yang bayar" kukuh gue.

Gue gak mau dikira matrealistis atau gimana. Mark emang pacar gue, tapi gue juga gak enak kalo dia terus yang bayarin. Terlebih dia masih pake uang orang tua.

Mark ngepoutin bibirnya. "Kok kamu gitu sih..." gerutunya.

Gue narik sebelah tangan mark. "Udah ayo ke kasir" kata gue sambil nyeret dia ke kasir.

To Be Continued...

Yeeey jadian sama mark...

Deep Down ✓Where stories live. Discover now