"Aku... Tidak memiliki perasaan lagi pada Sungwoon-hyung.." lirih Daniel.
Tapi Jaehwan tidak peduli.
"Maaf, tapi aku tetap ingin bercerai. Aku tidak mau anakku terdidik menjadi orang sombong nantinya"
"Jaehwan-ah--"
"CUKUP KANG DANIEL!!" jerit Jaehwan, mengangkat kedua tangannya meminta Daniel untuk diam.
"Aku tidak mau lagi bersabar, kau tau?! Jika kau memang tidak bisa membuatku bahagia, tidak bisa membuka hati untukku, tolong lepaskan aku! Biarkan aku menjauh!"
"Bolehkah aku egois?" lirih Daniel.
Jaehwan menggeleng, mengabaikan air matanya yang mendadak ingin mengalir.
"Kau harus melepasku jika hatimu memang tidak pernah menginginkanku!" tegas Jaehwan.
Ia memungut kertas yang tadi terjatuh olehnya, lalu kembali menyodorkannya pada Daniel.
Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah stempel dan menyerahkannya pada Daniel.
"Tanda tangani ini dan aku akan meninggalkanmu secepatnya" ucap Jaehwan.
Setelah terdiam beberapa saat, Daniel menerima kedua benda itu dengan tangan gemetar. Ia meletakkan jempolnya di atas stempel lalu menekan jari itu di dalam kolom yang sudah disediakan.
Melihat hal itu, hati Jaehwan terasa sesak. Air matanya kembali turun tanpa bisa ia cegah dan suara isakan terdengar jelas oleh Daniel.
Ia menoleh pada Jaehwan yang sudah berjongkok di depannya dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Ia bisa melihat bahu sempit itu bergetar hebat.
Daniel meletakkan kedua benda yang ada ditangannya, lalu ikut berjongkok tepat di hadapan Jaehwan. Kedua tangan lebarnya meraih pergelangan tangan istri -ah mantan istri lebih tepatnya- lalu menarik tangan itu menjauh dari wajah basah tersebut.
Dengan mata yang masih setia mengeluarkan air mata, Jaehwan menatap Daniel yang ternyata sedang menatapnya juga.
Daniel sudah sering melihat wajah menangis Jaehwan, tapi baru kali ini wajah menangis tersebut menyakiti hati namja Kang itu.
"Kenapa kau menangis?" lirih Daniel.
"Hks..."
Jaehwan hanya bisa menggeleng sambil terisak. Ia berdiri diikuti Daniel, lalu menghapus air matanya kasar.
"Terima kasih, sekarang aku akan pergi" ucapnya dengan suara parau.
"Jaehwan-ah--"
"Tidak apa-apa.. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, karena itu malah terasa aneh bagiku" sahut Jaehwan kemudian berbalik masuk ke kamarnya.
Ia mengemasi pakaiannya dengan cepat, sementara Daniel terpaku menatap apa yang dilakukan Jaehwan.
Beberapa saat kemudian, Jaehwan sudah selesai. Dengan mata bengkak, ia berjalan kearah Daniel yang ada di ambang pintu. Tangan kanannya menggenggam gagang koper, dan di punggungnya sudah tersampir tas gitar kesayangannya.
Ia memaksakan diri untuk tersenyum.
"Sekarang aku akan pergi. Terima kasih sudah memberiku tumpangan selama empat bulan ini" ucap Jaehwan.
Mati-matian ia menahan sesak yang kembali muncul di hatinya.
"Jaga dirimu baik-baik. Selamat tinggal"
Belum sempat Jaehwan melangkahkan kakinya, Daniel menarik pergelangan tangan Jaehwan agar mendekat padanya. Ia memeluk lembut tubuh Jaehwan, menghirup aroma manis Jaehwan yang sedikit tercampur dengan keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Can't, Let Me Go
Fanfictionjika kau tidak bisa, biarkan aku pergi -KJH bolehkah aku egois? -KDN WARN!! -⚠BxB -⚠Mpreg -⚠🔞 Homophobic STAY AWAY demi kedamaian bersama^^
•11
Mulai dari awal
