Desa Eld - 08:00

4 0 0
                                    

Bersamaan dengan lonceng gereja yang berbunyi dengan nyaring. Aku perlahan-lahan membuka mata ku. Aku tak tahu apa yang terjadi beberapa saat yang lalu, namun entah kenapa tubuh ku terasa segar dan bugar.

"Aaahh." Meregangkan badan ku yang masih terasa agak lemas, aku bangun dari kasur kayu yang familiar dan berjalan keluar kamar.

Seolah sudah menunggu ku di ruang depan, aku dapat melihat paman George yang sedang sibuk menguliti kelinci hasil buruannya hari ini.

Aku tak tahu kenapa, namun nampaknya. Kelinci yang paman George tangkap nampak lebih banyak daripada biasanya.

"Paman George!" Ujar ku sembari berlari ke arahnya.

Tanpa mempedulikan pisau yang ada di tangan paman George aku melompat dan langsung memeluk tubuh kekar si pria botak itu.

"Hei hei, sudah kubilang jangan memeluk paman ketika paman sedang membawa benda tajam." Gerutunya ketika melihat ku memeluknya.

Dasar pembohong! Padahal aku sendiri tahu kalau ia menyukainya! Lihat, sekarang ia menaruh pisaunya dan langsung mengusap kepala ku dengan tangan yang lainnya.

"Ehehe." Tawa ku ketika melihat kelakuan dan perkataannya yang tak seimbang.

"Ya ampun, kau benar-benar manja Ellen." Ujarnya.

"Memang!" Ucap ku ketika melihat wajah tersenyum kecut milik paman George.

Tanpa mempedulikan bau keringat dan darah hewan liar yang menempel di badannya akupun mulai mengusap-usap kepala ku di dada kekar miliknya.

"Apakah kau semanja ini juga kepada ibu mu?" Tanya paman George dengan tangan yang masih sibuk mengusap-usap kepala ku.

"Tentu saja tidak!" Jawab ku dengan lantang dan jelas.

Seketika aku melihat paman George tersenyum kecut dan mulai menghentikan usapannya di kepala ku.

Mana mungkin aku bisa melakukan hal seperti ini kepada ibu!

"Jadi aku lebih dipentingkan daripada ibu mu sendiri ya?" Tanyanya kepada ku.

"Ehehehe." Aku hanya bisa tertawa kecil ketika mendengar pertanyaannya itu.

Tak peduli ia memaksa ku seperti apapun juga aku tak akan memberikan jawaban dari pertanyaan itu!

Karena tentu saja aku lebih mementingkan ibu! Meskipun terkadang kata-kata yang ia ucapkan sulit untuk dimengerti dan ia sering sekali memarahi ku, ia tetaplah ibu yang terbaik!

Aku masih ingat dengan jelas sewaktu ia menyenandungkan lagu indahnya sembari mengusap kepala ku sampai-sampai aku tertidur di pangkuannya.

Selain itu makanan yang ia buat sangatlah lezat! Lebih lezat jika dibandingkan masakan siapapun di muka dunia ini!

"Permisi, George? Apakah kau ada di rumah?" Suara seorang gadis nampak terdengar dari arah pintu depan rumah paman George.

Melepas pelukan ku dari tubuh paman George. Perlahan-lahan aku mencoba mengintip siapa yang datang ke sini.

"Masuklah!" Ucap paman George untuk membalas suara gadis itu.

Berjalan perlahan memasuki ruangan, nampak seorang gadis dengam pakaian simple ala penduduk desa. Namun entah kenapa, setiap gerakan yang dibuat gadis itu nampak elegan dan sangat bertolak belakang dengan pakaian sederhananya.

Rambut pirang panjangnya nampak mengkilap ketika terkena cahaya matahari yang masuk dari arah pintu depan.

"Oh, ternyata ada Ellen. Pantas saja tadi aku serasa seperti mendengar suara seorang malaikat di sini." Ucap gadis menawan itu sembari berjalan mendekati ku.

EscapatismWhere stories live. Discover now