5 : menghias pohon natal

2.2K 532 28
                                    

Keesokan harinya, aku terbangun karena suara mesin pemotong kayu terdengar sangat menggelegar di telingaku. Dengan nyawa yang masih berterbangan, aku melihat ke luar melalui jendela kamarku. Oh shit, kak Daniel dan kak Jungwoo sedang memotong ranting-ranting pohon cemara. Aku harus bergegas mandi sebelum mama atau papa--

"JIWOO, MANDI NAK!!"

Aku hanya berpura-pura tuli dan berlari ke kamar mandi secepat mungkin. Huft, awas saja jika setelah ini aku dan Yeosang digoda lagi!

Aku menyelesaikan mandiku secepat mungkin dan kembali berlari ke kamar untuk menyiapkan diri. Sebenarnya, aku tidak perlu mengeluarkan banyak effort untuk terlihat menarik, tapi kan aku akan bertemu Yeosang. Hehehe.

"Jiwoo, ke rumah Seulgi sana," ucap mama.

"Iya, ma."

Aku berjalan ke rumah kak Seulgi melalui pintu belakang, dekat dapur. Jika melewati pintu depan, maka aku akan berhadapan langsung dengan para lelaki yang sedang sibuk dengan pohon cemara. Akan sangat awkward nanti.

Aku memilih untuk singgah ke teras rumah kak Seulgi. Ada Yeosang yang sedang duduk dengan mengenakan sweater serta syal merah kesayangannya.

"Hai!" sapaku riang.

"Hai juga," balas Yeosang.

Aku mendudukkan tubuhku di sebelah Yeosang. Laki-laki itu benar-benar pendiam, aku sampai tidak mengerti lagi. Aku paham jika keadaan agak canggung, apalagi setelah kejadian di pasar kemarin.

"Maaf untuk yang kemaren," ucap Yeosang tiba-tiba.

Aku mengangguk. "Gapapa," jawabku.

Sudah berapa kali laki-laki itu meminta maaf? Aku saja sampai bosan mendengarnya.

"Eh, ada Jiwoo ternyata," ucap kak Seulgi yang baru datang. "Bagus nih, abis ini tinggal kalian yang ngehias."

Aku menghela nafas. Biasanya hanya kak Jungwoo dan kak Seunghoon yang repot menghias pohon itu, mengapa sekarang harus aku, huft.

"Iya, kak," jawab Yeosang.

"Bagus deh, kalian jadi akrab. Kamu jangan diem terus, Jiwoo diajak ngomong," tambah kak Seulgi pada Yeosang.

Kak Jungwoo dan kak Daniel kembali ke teras setelah mereka selesai membersihkan ranting-ranting yang tidak berguna. Ranting-ranting itu diletakkan di depan halaman dan entah nanti siang atau sore, akan ada petugas kebersihan yang mengangkutnya.

"Jiwoo, gantian," ucap kak Jungwoo.

"Yeosang, sana," ucap kak Daniel.

KENAPA SEMESTA INI TIDAK BERPIHAK KEPADAKU?!?!

"Udah sana hias dulu, keburu makin dingin," ucap mama kak Seulgi.

Aku dan Yeosang menghela nafas. Kami saling bahu membahu memindahkan kardus-kardus berisi hiasan pohon natal. Aku tidak mau tahu, pokoknya selepas tahun baru, aku tidak mau membereskan pohon ini lagi.

"Kalo kamu capek, aku aja yang bawa," ucap Yeosang.

Kami telah memindahkan empat kardus besar. Asal kau tahu saja, pohon cemara kami ini besar sekali. Dua kardus yang kami bawa bahkan hanya berisi lampu-lampu untuk mengelilingi pohon ini.

"Tinggal berapa sih?" tanyaku.

"Dua," jawab Yeosang.

"Udah gak usah," ucapku. "KAK JUNGWOOOO KARDUSNYA BAWAIN SINII!!"

Di teras sana, aku dapat mendengar kak Jungwoo yang memisuh sambil berusaha mengangkat kardus. Haha, dasar kakakku, ia tidak kuat mengangkat kardusnya sendirian sehingga harus dibantu kak Seunghoon. Satu kardus lainnya dibawa seorang diri oleh kak Daniel. Melihat perbandingan proporsi tubuh mereka saja sudah memprihatinkan.

"Kamu hobi banget ngerepotin orang!" omel kak Jungwoo saat ia sampai.

"Yeu, biarin," jawabku.

Para kakak kembali ke teras dan menyisakan aku dan Yeosang berdua. Aku menghela nafasku. Pohon ini besar sekali!!!!!

"Ayo kerjain," ucap Yeosang.

Ia mengoper lampu panjang kepadaku. Ketika Yeosang sibuk dengan sambungan listriknya, aku sibuk memutari pohon dan memasang lampu-lampu ini. Ah, aku tidak bisa mencapai puncaknya!

"Gak sampe ya?" tanya Yeosang.

Sial, ini pertanyaan atau ejekan.

Aku mengangguk, kemudian Yeosang mengambil alih kabel-kabel lampu dan melanjutkan pekerjaanku. Namun, pohon ini tetaplah sangat tinggi, Yeosang juga tidak bisa mencapainya.

"Jiwoo, kamu yang naik ya, aku gendong," ucap Yeosang.

Sel otakku mendadak berhenti bekerja. Yeosang yang tubuhnya hanya tulang akan menggendongku yang bertubuh seperti beruang?

"Emang kuat? Suruh kak Jungwoo aja," ucapku.

"Kuat-kuatin lah, kasian kak Jungwoo disuruh-suruh," ucap Yeosang.

Yeosang merendahkan tubuhnya dan mau tidak mau aku naik ke punggungnya. Mukaku memerah, aku yakin setelah ini pria kelinci itu akan menghinaku.

"Jiwoo, pegangan!" seru Yeosang.

"AAAA YEOSAAANG ANJIR SEREM!!"

Aku reflek menutup mataku. Serius, aku takut.

"Pasang lampunya cepetan!"

"Serem anjir! Ntar kalo jatoh gimana?!"

"Enggak!" seru Yeosang. "Makanya pegangan."

Aku memaksa untuk membuka mata dan hanya fokus menatap pohon. Rasanya sungguh menegangkan setelah Yeosang membawaku memutari pohon, dan kami berhasil memasang lampunya!

Yeosang menurunkanku perlahan. Rasanya lega sekali bisa kembali menginjak tanah dengan pendaratan yang mulus.

"Maaf ya, kamu jadi repot. Aku berat kan? Iya kan??" tanyaku.

"Enggak," jawab Yeosang singkat. "Ayo lanjut ngehias."

Aku menurut. Ah, Jiwoo, kau memang tidak pernah boleh berharap banyak pada laki-laki dingin seperti Yeosang!!!!

 Ah, Jiwoo, kau memang tidak pernah boleh berharap banyak pada laki-laki dingin seperti Yeosang!!!!

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

gemeshhh

[✔] Last Christmas ➖Yeosang ATEEZOnde histórias criam vida. Descubra agora