Part 2

5.9K 250 13
                                    

"Aku berangkat dulu, Jihan." Pamitku pada Jihan yang sedang berolahraga dihalaman. Ia melambaikan tangan sambil berlari kecil ditempat, pantas saja badannya bagus, ternyata ia rajin berolahraga. Ditambah kulit putih susu dan lesung pipit yang semakin menambah kecantikannya.

Motor matic yang setia menemaniku kini sudah menembus jalan raya yang sudah mulai padat, jarak kos ke rumah sakit hanya lima belas menit. Ku hentikan motor saat lampu lalu lintas itu berwarna merah, entah kenapa rasanya udara hari ini sangat dingin padahal matahari sudah memancarkan sinarnya dengan sempurna. Ku edarkan pandanganku, tempat ini masih terasa asing bagiku. Mungkin saat aku libur nanti harus berjalan-jalan mengelilingi daerah ini.

"Kak, mau beli bunga?" Pandanganku tertuju pada anak perempuan berjilbab putih lusuh disampingku, ia menawarkan bunga mawar.

"Wow, cantik sekali bunganya, harga berapa?" tanyaku, jelas aku tidak butuh, tapi tak apalah hitung-hitung membantu.

"Sepuluh ribu saja, Kak." Senyum mengembang dibibirnya.

"Beli dua ya, pilihkan yang masih segar, Oke?" ucapku sambil merogoh uang di jaket sisa membayar nasi goreng semalam yang tidak jadi ku makan.

"Terima kasih, Kak. Semoga harimu menyenangkan," ucapnya tulus lalu pergi menjauh.

Kuletakkan bunga mawar merah di saku pinggir tas ransel hitam yang ku pakai, segera ku lajukan motor saat lampu lalu lintas itu berubah hijau. Baru beberapa meter, terlihat kerumunan orang di sebrang, sepertinya terjadi kecelakaan. Ah, aku ingin sekali menolong tapi saat kulihat jam tangan sudah menunjukkan pukul tujuh lebih, aku segera melajukan lagi motorku, aku tidak mau terlambat dihari pertama kerja. Aku berdoa semua baik-baik saja.

Lima belas menit kemudian motorku sudah memasuki parkiran rumah sakit, segera ku cari kantor kepala bagian keperawatan dan memberikan berkas kepindahan kerjaku. Setelah di beri beberapa penjelasan dan jadwal kerja, aku langsung ditugaskan di bagian IGD.

"Nanti ketemu Bu Rani ya, beliau kepala bagian IGD," ucapnya terakhir sebelum aku meninggalkan ruangannya.

Ku letakkan tas diloker khusus karyawan IGD dan segera mencari sosok Bu Rani.

"Permisi, Bu. Kenalkan, saya Meira, perawat pindahan dari Rumah Sakit Husada."

"Oh, hai Meira, selamat datang dan selamat bergabung ya. Saya Rani, kepala IGD di sini dan sepertinya kamu akan sangat sibuk hari ini karena ada kecelakaan besar tadi. Kita harus segera ke lGD saja, Oke?" ucapnya sambil berjalan cepat.

"Innalillahi wa inna ilaiho rojiun, siap, Bu." balasku seraya mengikuti langkah Bu Rani.

Terlihat banyak perawat berlalu lalang memberi pertolongan kepada korban kecelakaan, aku segera mendekati salah satu perawat yang terlihat kerepotan, aku memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian menawarkan bantuan apa yang bisa ku lakukan.

"Oh, ini sudah selesai, Meira. Tolong kau urus pasien yang disana. Tadi dia terluka sangat parah," ucap perawat yang saat kubaca nametag di dadanya bertuliskan Rosa.

Segera aku berlari ke arah bed yang ditunjuk tadi, terlihat pasien ini sudah ditutup kain putih. Apa dia sudah meninggal ya? Aku mencoba membuka kain putih itu berniat untuk mengeceknya.

"Astaghfirulloh!" kuhempaskan kain itu dengan cepat, wajah itu.. wajah anak kecil yang menawariku bunga mawar tadi.

"Ada apa?" Ada seseorang berdiri di belakangku.

"Tidak, maaf, aku hanya sedikit terkejut," balasku cepat dan segera merapikan kain putih itu untuk menutupi wajahnya.

"Dia sudah meninggal sepuluh menit setelah dibawa ke sini tadi, sekitar setengah tujuh," ucap perawat berjilbab ini sambil menulis laporan kematiannya.

KAMAR NOMOR 13 (Belum Direvisi)Where stories live. Discover now