Choi Minho POV
Setelah mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan bahwa saat ini ayah mertuaku sedang berada diruang ICU karena mengalami kecelakaan saat pulang dari kantornya, Jiyeon langsung bergegas kerumah sakit. Ia hampir meninggalkanku, tapi aku tidak tinggal diam, aku langsung menyusulnya dan duduk di bangku penumpang.
Ia menancap gas mobil seperti kehilangan kendali, ia beberapa kali hampir menabrak pembatas jalan. "Hentikan mobilnya biar aku yang menyetir" ucapku, namun sepertinya ucapanku tidak didengar olehnya. aku menguatkan peganganku, masih berusaha sabar degan caranya menyetir. Namun sepertinya tidak ada perbaikan caranya menyetir, ia terus saja menyetir tanpa memperhatikan arahnya. Aku tidak mau mati konyol kalau begini.
"Park Jiyeon aku bilang hentikan mobilnya sekarang juga!! Kau mau kita mati konyol karena emosimu!!" Aku sedikit membentaknya untuk menyadarkannya bahwa tindakannya saat ini tidak benar, dan bingo aku berhasil.
Ia meminggirkan mobilnya. Namun setelah itu ia memukul-mukul setiur mobil dan menangis sejadi-jadinya sambil memangil manggil appanya, aku hanya mampu menatapnya nanar, tidak ada yang bisa kuperbuat saat ini. "Menangislah jika itu bisa membuat mu lebih baik"
Setalah merasa ia cukup tenang, aku membantunya keluar dari kursi pengemudi dan mendudukkannya dikursi penumpang, memasangkan sabuk pengamannya lalu aku mengambil kemudi menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku terus menggenggam tangannya.
Setelah bertanya dimana ruang ICU pada perawat yang bertugas kami langsung menuju kesana, dan didepan ruang ICU ibu mertuaku sedang duduk sambil berdoa. Setelah melihat ibunya, ia langsung melepaskan genggaman tanganku dan langsung memeluk ibunya, mereka menangis bersama.
***
Author POV
Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya dokter Lee, dokter yang merupakan dokter keluarga Park keluar dari ruang ICU.
"Dokter bagaimana keadaan appa?" Jiyeon langsung menghampiri dokter Lee dan menanyakan keadaan ayahnya.
"Kita harus melakukan operasi, mungkin karena kecelakaan, terjadi benturan dikepalanya, sehingga menyebabkan tulang tengkoraknya retak. Jika tidak segera di atasi akan menimbulkan penyakit lainnya dikemudian hari" Jelas dokter Lee.
"Lakukan sekarang juga dokter!" Ucap Jiyeon penuh dengan keyakinan.
"Kau tinggal menandatangani surat persetujuan operasi, setelah itu kita kan melaksanakan operasinya"
Jiyeon ditemani Minho langsung mendatangi resepsionis untuk menandatangani surat persetujuan operasi ayahnya. Setelah itu operasi pun dilaksanakan. Mereka sudah menunggu hampir 6 jam namun lampu ruang operasi belum juga padam, berarti operasi masih berjalan. Nyonya Park tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk suaminya. Berkali-kali ia menyeka air mata yang terus mengalir diwajah tuanya, namun airmatanya tidak kunjung berhenti.
Park Jiyeon lebih memilih duduk menyendiri jauh dari ibunya, ia tidak mau menagis didekat ibunya, karena hal itu hanya akan membuat ibunya bertambah sedih. Selama ini ia tidak pernah menangis didepan siapapun, baru malam inilah ia menangis didepan Minho, pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Minho datang membawakan segelas espresso panas untuk Jiyeon, lalu duduk di samping gadis itu.
"Gomawo Minho-ssi" Jiyeon meraih gelas espresso tersebut.
"Bisakah kita menghilangkan kata ssi itu? Aku merasa kurang nyaman saat mendengarnya"
Jiyeon terperanjat mendengar permintaan Minho.
YOU ARE READING
THE ONLY EXCEPTION
RomanceDisaat seseorang menikmati masa muda yang begitu indah tapi seorang park Jiyeon harus menikah di usia muda dengan orang pilihan keluarganya. akankah pernikahan park Jiyeon berakhir bahagia
