MSH Pt.2 "Anastashia is Loser"

133 13 0
                                    

-1 hari sebelumnya-

Anastashia menghembuskan napasnya secara kasar berulang kali di depan lift sehingga mengganggu pemburu lain yang hendak masuk dan keluar dari lift, sudah dua jam ia melamun memikirkan nasibnya sebagai seorang Devil Hunters. Rambut hitamnya semakin kacau melambangkan hidupnya saat ini, ia bahkan membiarkan rambut panjangnya terurai menutupi setengah tubuh kurusnya, rambutnya mengembang, kasar, tidak sepenuhnya lurus, dan benar-benar butuh pertolongan seperti ia sekarang. Tapi bukan itu yang harus ia pikirkan, melainkan masa depannya. 

Pemburu lain yang melihat Anast merasa terganggu karena hembusan napasnya, bukan hanya itu melainkan kehadirannya, harus ia akui para pemburu lain tidak ada yang menyukai keberadaannya selama ini, karena itulah ia selalu sendiri, tak ada yang mempedulikannya bahkan dirinya sendiri tidak peduli, hidupnya sudah hancur sejak beribu-ribu tahun lamanya sebelum ia menjadi pemburu, hidupnya berakhir bersamaan dengan hatinya. 

Ia bisa mendengar ejekan dan tawa yang dilontarkan saat para pemburu lain melihatnya, ia benar-benar seperti mayat saat ini, bahkan tidak lebih buruk dari iblis, wajah pucatnya yang terdapat beberapa bintik jika dilihat, kacamatanya yang sangat norak, rambut hitamnya yang tidak terurus dengan baik, pakaiannya yang seperti piyama bermotif bunga, tidak ada yang baik dari dirinya untuk dipuji, bahkan Anast sendiri akan mengejek dirinya, tapi itu pilihannya, ia memang tidak ingin dipuji, tidak ingin mendapat perhatian dari siapapun, sejak kejadian tersebut, ia memang tidak ingin apapun. Bahkan hidupnya. 

Anast tersontak dari lamunannya saat didorong ke samping oleh salah satu pemburu yang ingin masuk ke lift diikuti oleh tawaan dua pemburu lainnya, yah, itu memang disengaja, dan sudah biasa, untung saja ia masih bisa menahan keseimbangannya hingga tidak terjatuh. Ia berdiri tegak dan memasuki lift yang berisi beberapa pemburu yang sering mengerjainya karena ia tidak pernah membalas. 

Lift berhenti di lantai teratas dan menyisakan dirinya seorang, ia menarik napas panjang dan menghembuskannya sebelum berjalan keluar dari lift, "Baiklah, Anastashia" bisiknya berusaha terlihat tenang sambil berjalan dengan hati-hati menuju kantor Sir. Frans yang berada tepat sepuluh langkah dari tempatnya berdiri.

Ia mengetuk tiga kali sampai pria tua tersebut mempersilahkan dari dalam ruangannya. Anast lalu membuka pintu yang menghalangi ruangannya kini dengan ruangan yang di hadapannya, hawa panas yang menyelimutinya dari lantai bawah dengan satu langkah langsung berubah menjadi hawa dingin yang membuat tubuh kurusnya merinding. 

Pria tua dengan senyuman hangat yang menghiasi wajah keriput dan kumis tipis berwarna abu-abu tersebut berdiri di depan jendela yang terbuka, udara dingin menerpa setengah tubuh pria tersebut dan membuat rambut rapinya berantakan, "Selamat datang, Anastashia." sapanya sambil tersenyum. 

"Cuaca hari ini sejuk, bukan?" tanya pria tua yang sedang berjalan menujunya, "silahkan duduk."

"Trims," ucap Anast sambil duduk di sofa yang berada tidak jauh dari pintu masuk, ia semakin gugup sekarang. 

"Jadi, Anastashia, sudah berapa banyak pemburu yang kau takuti sehingga tidak ada yang ingin bekerja bersamamu?" tanya Sir. Frans sambil menyeringai. 

Anast tersontak mendengar pertanyaan pria yang duduk di hadapannya yang hanya terpisah oleh jarak antara meja, "a-aku tidak tau maksudmu," jawabnya bingung. 

Pria tersebut terkekeh, "Aku bercanda," guraunya sambil merapikan rambutnya yang tertiup angin, "kalau kita hitung dari 2400 tahun yang lalu saat ini sudah hampir seribu rekanmu saat ini? "

"Seratus, Sir." ralat Anastashia membenarkan. Frans terdiam memperhatikan Anastashia yang masih menunduk kaku, "Benar, seratus, tepatnya seratus satu, bukan?" tanyanya berusaha memancing amarah wanita pendiam tersebut. 

Tapi lagi-lagi Anast menghiraukan, "Anastashia," panggil pria tua tersebut. Anast menatapnya dengan tatapan kosong, "Aku sudah menemukan partner yang akan cocok sekali denganmu, kau pasti akan cocok dengannya, besok datanglah ke kantorku dan temui rekan barumu," 

-Hari berikutnya-

Anastashia bangun lebih awal dan mengepang rambut hitamnya menjadi dua sisi, entah mengapa ia tidak bisa melepas kebiasaannya, tapi siapa peduli? Ini rambutnya, ia memakai kemeja coklat dan rok panjang berwarna abu lalu sendal jepit rumahnya, tak lupa ia memakai kacamatanya. Anast menatap dirinya di cermin, perfect, saatnya ke markas dan temui rekan barunya.

"Ia sepertinya terlambat," terang Frans sambil sesekali melihat jam tangannya, ia sudah menunggu 5 jam dan sudah jelas ia tidak akan mendapatkan rekan baru. 

Anast sudah sering kecewa, dan jika ditambah dengan kekecewaan saat ini sudah biasa, saat ia hendak pamit untuk kembali bekerja sendiri saat itulah bunyi pintu terbuka seperti didobrak dari luar, Anast terkejut sehingga tidak sempat berbalik melihat siapakah orang tersebut, apakah rekan barunya? atau orang lain?

"Victorr, kau pulang," seru Frans langsung berdiri dari kursinya dan bergegas menghampiri pemuda tersebut.

Victor? sepertinya Anast pernah mendengar nama itu, tapi siapa dan kapan? Ah, ia baru ingat, ia sering dengar pemburu wanita lainnya menyebut nama tersebut, sedikit penasaran Anast ingin tahu siapa makhluk yang sering digosipkan dan akan menjadi rekan barunya.

Ia tinggi, sekitar 180 cm, rambutnya panjang sampai menutupi bahu lebarnya, rahangnya tertutup kumis seperti berbulan-bulan tidak dicukur, dan memakai kacamata hitam saat malam? Sepertinya sedikit sinting, setelah membuatnya menunggu selama dari siang sampai malam, semoga saja rekannya tidak mengecewakan, Anast harus memberikan kesan ramah. 

Wah, ia menolakku dalam tiga detik setelah memperkenalkan diri? 

Yaps, sudah pasti ia kecewa, ia hanya perlu menangis dan pergi, ia berlari keluar dari kantor tersebut dan membanting pintu yang sudah tertutup di belakangnya dan tersengkat jatuh.

Buk, bunyi keras perpaduan lututnya serta lantai yang keras membuatnya air matanya lebih mengalir karena kesakitan, lututnya berdenyut memar, dan tentu saja sendalnya putus dan membuatnya terjatuh menanggung malu, tapi tidak ada yang melihatnya, syukurlah, tidak ada yang tahu betapa sakitnya dan memalukannya ia saat ini. 

Anast sudah tidak peduli lagi, pemburu brengsek itu, siapa namannya? Ah, Victor? Pemburu yang sombong karena ketampanannya dan berani merendahkannya tidak pantas untuk menjadi rekannya, biarlah ia bertarung melawan iblis sendirian dan mati dibandingkan harus bekerja dengan pemburu narsis seperti itu.

Pintu lift terbuka saat ia sampai di lobby, ia berjalan pincang sambil menahan sakit pada kedua dengkulnya saat berusaha keluar dari lift yang dipenuhi tawaan pemburu lainnya yang berdesakan untuk menertawainya dari sepanjang lantai, ia menghela napas tidak peduli dan sambil membawa sepasang sendalnya yang sudah putus untuk dibuang.

"Anastashia si pecundang culun," ejek pemburu wanita di belakangnya sambil diikuti tawa pemburu lain.

Ya ya, aku memang pecundang, haha, benaknya membalas ejekan tersebut dan mencoba menahan sampai ia pulang.

*Tekan ⭐ jika kalian suka dengan cerita ini, trims





Cinta AbadiWhere stories live. Discover now