1. Pencuri di tengah wilwatikta

Start from the beginning
                                    

jangan  menginjaknya,"  kata  pemuda  itu  dengan  sopan. 

Beberapa  orang  yang  ramai  di  pasar  segera 

berhenti  untuk menyaksikan pemuda itu.

"Apa?  Kau  sedang  memerintahku?  Dasar  orang  miskin! 

Beras  itu  sudah  tidak  layak  kau  makan.  Ambil  ini  dan  belilah 

beras  yang  baru!  Hal  seperti  itu  saja  kau  permasalahkan." 

Pemuda  pelajar  itu  merogoh  kantungnya  dan  melemparkan 

beberapa  keping  uang  ke  arah  si  pemuda  cantik  itu.  Melihat

sikap  pemuda  pelajar  itu,  dia  hanya  menarik  nafas  dan 

memunguti  kepingan  uang  yang  jatuh.  Lalu  diberikannya 

kembali pada si pemuda pelajar itu. 

"Seberapa  banyak  uang  yang  tuan  muda  berikan,  tetap 

saja  itu  tidak  akan  mengubah  perbuatan  tuan  muda  yang 

menginjak‐injak beras ini ..." 

"Ahhh!  Kau  pemuda  miskin  yang  banyak  bicara! Bukankah salahmu sendiri menjatuhkannya?!" 

"Jika  bukan  tuan  muda  yang  menabraknya,  tidak 

mungkin  beras  itu  akan  jatuh  begitu  saja,"  jawab  si  pemuda 

cantik dengan tenang 

"Kau berani membantahku? Dasar...!"  

Tangan  pelajar  itu  sudah  melayang,  namun  dengan  cepat 

ditahan oleh pemuda cantik itu. 

"Jangan  menggunakan  kekerasan  untuk  menyelesaikan 

masalah.  Tahukah  tuan  muda ini,  seberapa  penting  beras  ini 

untuk  kami?  Ini  adalah  sumber  kehidupan  buat  kami,  pemberi 

tenaga  sekaligus  semangat  untuk  kami.  Mungkin  bagi  tuan 

muda yang kaya, hal itu tidak penting karena tuan muda tidak 

pernah  merasakan  betapa  kerasnya  kami  bekerja  mulai  dari 

menanam  hingga  memanennya.  Tuan  muda  hanya  tinggal 

menikmatinya  saja.  Bukankahtuan  muda  adalah  pelajar 

istana?  Apakah  di  sana  tidak  diajari  bagaimana  bersikap  pada 

orang?  Bukankah  sekolah  di  istana  itu  bertujuan  untuk 

mendidik  para  pelajar  menjadi  orang‐orang  yang  bijak  dan 

tahu  sopan  santun  sekaligus  menjadi  calon  pemimpin‐

pemimpin kerajaan ini, yang kelak  akan menjadi suri tauladan 

bagi  rakyat  kecil  seperti kami?  Jika  seorang  pemimpin  hanya 

bisa  bermabuk‐mabuk  seperti  ini  dan  tidak  bisa  bersikap  bijak

maka  tidak  ada  gunanya  kerajaan  mendirikan  sekolah  istana. 

Kami  juga  membayar  pajak  untuk  kelangsungan  sekolah 

istana.  Jadi,  janganlah  berbuat  sekendak  hati  seperti  ini 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Di Langit MajapahitWhere stories live. Discover now