Newborn

3 0 0
                                    


10 Juni 2017

Rutinitas dini hari di bulan ramadan, yaitu makan sahur. Seperti biasanya, sahurku hanya berupa susu dan roti. Bukan tujuan diet atau semacamnya, hanya saja tidak nafsu makan.

Makan sahur yang serba praktis, seperti biasa tangan kiri selalu tergoda untuk mengecek HP. Aku membuka WA karena ada notifikasi masuk. Mata yang masih sangat mengantuk, tiba-tiba terbuka lebar ketika melihat kabar dari grup jika kakak ipar sudah melahirkan. Padahal aku sudah merencanakan pulang tepat dengan perkiraan lairannya. Ini maju sekitar 2 minggu. Langsung saja aku mengabari di grup jika aku ingin pulang, tapi ke Solo saja. Lalu minggunya kembali lagi ke Jogja.

Aku keluar dari kost jam setengah 8. Naik TJ sampai di halte SMP 5 jam setengah 9 lebih. Aku pun berjalan cepat menuju stasiun. Jika beruntung aku masih bisa mendapatkan kereta dengan jadwal dari Stasiun Tugu jam 9.45. Beruntung, sampai di stasiun masih ada tiket dengan keberangkatan 10.06.

Di dalam kereta, aku teringat dengan skripsi yang masih terbawa oleh dosenku. Karena sudah terlalu paham dengan kesibukan dosen, akhirnya aku mengalah kali ini. Mumpung juga aku sedang menuju Solo, aku akan mengambil saja berkas skripsiku. Aku menghubungi dosenku untuk menanyakan alamat rumahnya. Kali ini aku sedikit memaksa karena sudah khawatir dengan deadline yudisium yang tiba-tiba saja berubah menjadi 2 periode. Serta adanya ancaman akan dikenai biaya kuliah jika terpaksa masuk yudisium periode kedua.

Aku tiba di Solo sekitar setengah 12. Karena selama perjalanan aku berkomunikasi dengan kakak ipar, rupanya kakakku tidak tahu jika aku datang. Sampe di rumah, kakak yang masih terlihat setengah sadar, mungkin karena semalem tidak tidur, kaget melihat kedatanganku. Abis Zuhur aku dan kakakku pun berangkat ke RS.

Sampai di RS, rupanya dedek masih tidur. Ini pertama kalinya aku melihat bayi baru lahir.

"Mas, kalem ya" Aku berkomentar.

"Iya nggak kaya dirimu, kalo nakal gak ketulungan". Lagi, ia selalu saja mem-bully-ku ketika aku berkomentar.

Tidak lama kemudian, ibu menelpon kakak. Ibu pun terkejut saat tahu jika aku sudah berada di Solo. Kebetulan adikku sedang pulang ke rumah. Alhasil, ibu bersama adik nyusul ke RS. Aku melihat ibu menggendong cucu, sementara aku masih belum berani mengangkatnya. Mungkin beliau bernostalgia waktu dulu menimang kami semua.

Siang itu, akhirnya aku mendapat balasan dari dosen. Aku disuruh mengambil di alamat yang tertera. Awalnya aku bersikeras ingin naik motor sendiri ke alamat itu. Akan tetapi, ibu tidak memperbolehkannya dengan alasan belum ada SIM lah, belum tahu jalan Solo lah. Akhirnya aku diantar kakak untuk ke rumah dosen, sekaligus dia hendak mengembalikan mobil yang semalam dipakai untuk ke RS.

Awalnya aku berjanji ke dosen akan mengambil ba'da Asar. Sialnya, ada masalah dengan aki, sehingga sedikit lama saat menghidupkan motor. Tampaknya jalan menuju alamat dosen cukup padat. Setelah bertanya kepada penduduk sekitar, akhirnya kami nemuin rumah dosen hampir jam 5.

Kami pun kembali ke RS usai Isya karena masalah aki tadi.

"Kok perasaan lewat jalannya beda." Tanyaku pada kakak saat di jalan.

"Kan tadi jalannya di tutup. Ada lelayu." Jawabnya.

Aku pun teringat, hari itu juga ada kabar duka dari seorang artis terkenal. Begitu banyak keluarga sedang berbahagia atas kelahiran manusia baru. Di sisi lain, ada keluarga yang sedang berduka atas meninggalnya orang tercinta. Inilah hidup, setiap yang bernyawa pasti akan mati.

***

Ibu diantar pulang abis Isya. Kali ini aku hanya berpamitan dengan ibu di RS karena besok pagi balik ke jogja. Malam itu aku ikut menginap di RS. Karena bawah tidak ada alas, aku pun disuruh tidur di ranjang bersama kakak ipar. Sementara kakak tidur di bawah hanya beralaskan jaket. Malem itu aku hanya bisa memejamkan mata, tidak bisa terlelap sama sekali. Setiap 10 menit sampai 30 menit, pasti ada tangisan bayi. Hingga aku merasa ada sesuatu yang ganjil. Tangisan bayi bergantian seperti sebuah estafet. Ah, aku tidak mau memikirkan hal-hal seperti itu. Hingga pada akhirnya sampailah giliran bayi kakak menangis. Kakak dan kakak ipar terbangun, berusaha menenangkan bayi. Setiap bayi dikembalikan ke tempat tidur, pasti menangis kembali. Hingga akhirnya bayi bisa diam setelah ditidurkan di sela antar aku dan kakak ipar.

11 Juni 2017

Belum terasa benar-benar tidur, terdengar peringatan waktu sahur. Aku dan kakak pun pergi mencari makan di luar. Kami sama-sama sedang tidak nafsu makan. Kakak pun bilang ke penjualnya memesan nasi setengah, sementara aku memesan setengahnya lagi. Usai dari sahur, aku kembali tidur dalam posisi duduk, sementara kakak tidur lagi seperti posisi semalam. Setelah solat Subuh pun kami tidur kembali, kali ini aku menyandarkan kepala di ranjang. Aku baru siap-siap untuk balik setelah jam 8.

***

Aku sampai di stasiun hampir jam 10. Aku mengambil kereta yang paling dekat keberangkatannya. Ada kereta Sidomukti dengan biaya 2 kali Prameks dan tidak berhenti di Maguwo. Padahal rencana awal, aku ingin turun Maguwo lalu naik TJ untuk menuju studio foto yang ada di Ring Road Utara. Ya sudahlah, aku pun mengganti rute dari Stasiun Tugu.

Dari Stasiun Tugu aku naik jalur 3B yang bisa langsung turun di Kopma. Ketika di dalam bus, aku berpikir kembali. Kapan lagi mau ambil pas foto, padahal deadline-nya hari Selasa. Aku pun mengurungkan niat turun di Kopma, lanjut saja menuju Ring Road. Aku sampai di studio foto jam 12. Kata pelayannya, foto bisa ditunggu 2 jam. Aku pun memilih menunggu saja di sana. Aku pun menyibukkan diri dengan bermain HP.

Jam setengah 3, aku mengambil hasil foto. Lalu aku segera menuju halte dan kembali ke kost. Hingga malam, aku gagal mengerjakan rencanaku untuk membuat resume karena rasanya dari kemarin belum tidur. Ini perjalananku yang sangat melelahkan, akan tetapi begitu membahagiakan.

Perjalanan kali ini, tentang perjuangan untuk membuka lembaran baru. Jangan pernah berhenti melangkah, sehingga kau akan segera menemukan tahapan kehidupan baru lainnya.

My JourneyWhere stories live. Discover now