Bintang hanya diam menyimak tangis yang pecah di sisinya.

"Dia lelaki yang baik, Dia begitu baik menyembunyikan segala sesuatu di dalam hatinya. Sampai ibu tahu dia ternyata juga mencintai Luna."

Hampir Bintang mengerem mendadak saat nama ibunya kembali disebut.

"Dari mana ibu tahu?"

"Diruang kerjanya, Saat ibu tidak sengaja menemukan catatan usang dimeja kerjanya. Saat itu, Ibu jadikan alasan untuk berpisah, ini menjadi salah satunya selain ibu tidak bisa memberikan anak baginya."

"Luna itu perempuan seperti apa sampai dua lelaki itu pun mencintainya?" Tanya Bintang penasaran.

"Dia baik Bintang, Matanya selalu bersinar-sinar. Ucapannya begitu ceria merangkul siapapun. Seperti rembulan di saat malam. Tidak ada yang tidak bisa menyukainya."

"Tapi kenapa dia menghilang bu?"

"Ibu pun tidak tahu karena Luna selalu tampak baik-baik saja saat bertemu dengan ibu."

Setelah mendengar semua itu, Bintang melajukan mobilnya dalam diam. Sesampainya dipanti, Bintang masih memikirkan semua itu.

Dia pun memaksakan matanya terpejam. Memaksanya terlelap karena esok semua harus ditata sedemikian baik lagi.

Setelah mengantarkan anak panti. Bintang langsung berangkat ke kantor karena perluasan Kantin perusahaan agak tersendat karena sakitnya sang arsitek.

Diparkiran, Dia melihat Awan turun dari mobilnya dengan seorang perempuan paruh baya mengusap bahunya. Bintang hanya melihat punggungnya saja sampai kembali masuk ke dalam mobil.

Bintang turun, menghampiri Awan yang masih melambaikan tangannya.

"Ibumu?" Tanya Bintang tanpa basa-basi.

"Bukan, Dia pembantu rumah tangga."

"Terlihat dia bisa menyetir."

"Ya, dia memang mampu melakukan apapun, Aku pikir dia seorang perempuan terpelajar dulunya." 

Bintang hanya mengiyakan saja. Berjalan beriringan menuju kantor mereka. Awan selalu memakai jaket untuk menyembunyikan seragam kokinya dan bagi sebagian Karyawan wanita, itu terlihat keren saat melihat seragam kokinya mengintip dari celah jaketnya.

Baru saat bekerja dia melepasnya. Kalau kata yang lain seolah seperti super hero yang memperlihatkan seragamnya untuk menjadi penolong keroncongannya perut mereka.

Bulan, terdengar memanggil nama Bintang. Menyuruh menunggu untuk berjalan bersama.

"Bintang, dengan kamu berjalan berduaan seperti ini. Nanti Pak Langit cemburu. Berabe kan?" Ujar Bulan mendelik ke arah Awan.

"Pak langit cemburu atau kamu?" Tanya Awan dengan lirikan mautnya.

"Aku, Kenapa harus cemburu?" Tanya Bulan senewen.

"Ya, Kali saja kamu cemburu padaku. Aku duluan Bintang, Aku buatkan makanan yang enak nanti untukmu." Ujarnya sambil lalu dan menatap Bulan sebentar.

Bulan menghentakkan kakinya.

"Sok kegantengan banget jadi lelaki."

Bintang, Melirik wajah sahabatnya yang terlihat bersemu.

"Awan memang ganteng kok, Waktu sekolah pun banyak yang naksir." Jelas Bintang.

"Ya. Tapi dianya naksir kamu kan?" Tanya Bulan berusaha terlihat tidak terganggu.

Bintang hanya tersenyum kecil.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang