2 // the unknown boy

14.3K 333 1
                                    

Oriel segera menutup dirinya di balik selimut, ia tatap lelaki itu dengan tatapan membunuh. "ELO GILA?!"

Lelaki itu berdecak dan mendekat, ia mencoba duduk di ranjang tetapi dengan tangkas Oriel melempar bantal ke arah lelaki jangkung tersebut. "Jangan lo berani duduk di sebelah gue!"

Lelaki itu mengangkat kedua tangan terkejut, "Iya, oke, nggak usah kasar,"

Oriel menatap lelaki itu tidak percaya, "Kenapa lo lakuin ini? Kenapa lo berani ambil, gue enggak kenal lo, lo juga, "

"Gue udah nolak, tapi lo maksa gue malah lo sambil melas minta nya."

Oriel geleng-geleng kepala. "Kenapa lo tega ... " Oriel menumpahkan air mata nya sadar apa yang terjadi. "Gue enggak tega, tapi lo bangun singa yang lagi tidur, cewek aneh."

Oriel menatap lelaki itu nanar. Ia berdiri dengan balutan satu-satu nya yang menutup seluruh tubuhnya selimut. "Dimana baju gue?"

"Di bawah tempat tidur,"

Oriel segera mengambilnya dan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Jam menunjukan pukul 10.11 pagi, Oriel berjalan cepat meninggalkan hotel terkutuk baginya itu. Lelaki itu? Dia sempat membujuk Oriel agar pulang dengannya, tapi Oriel dengan cepat menolaknya. Ia mencoba untuk melupakan semuanya, walau ia tahu sangat susah karena kepingan cerita malam itu mulai menghantuinya bagaimana dirinya meminta lelaki itu untuk melakukan nya. Ia juga tentu mengutuk dirinya karena dengan bodoh meminta melakukan hal bodoh sepanjang masa itu.

Oriel sampai dirumah mendapati rumah keadaan kacau. Kali ini beberapa barang pecah dan terlihat pengurus rumah di rumah Oriel baru saja merapihkan nya. "Mba Oriel kemana aja, ih? Bapak cariin, dikira udah sekolah diem-diem,"

Oriel tersenyum kecut, "Mama luka, Mba?"

"Ibu? Enggak kok, Ibu udah pergi tadi pagi,"

Oriel mengangguk, "Oriel nginep dirumah teman, aku ke atas ya, Mba,"

"Mau makan dulu?" Tawar Mba Ratih.

"Boleh, Oriel enggak sempet makan,"

Oriel memang cukup dekat dengan Mba Ratih, ia cukup nyaman karena dari kecil selalu di urusi oleh Mba Ratih, apalagi bila berantem Mba Asih yang selalu menenangkan.

🌈🧡🌈

Seminggu berjalan dengan baik, keadaan normal tidak tau menahu soal malam terkutuk itu. Oriel sudah menerima kenyataan bodoh itu, mau tidak mau juga harus menerimanya bukan? Seperti kali ini dia menjalankan hari nya seperti biasa, bercanda seakan tidak ada masalah. "Tapi sumpah deh, ya, cowok gue tuh kayak enggak normal," Kata Moren salah satu teman Oriel yang tengah bercerita disana.

Oriel mendengus, "Emang dia cium-cium saudara lo, Ren? Enggak kan, selama dia enggak noel-noel dagu saudara lo santai aja," celutuk Oriel bercanda di balas dengusan dari Moren. "Oriel sayang, dia itu ngeliat saudara gue kayak cewe make bikini. Ya lo ngerti lah, tatapan mesum laki-laki gimana, nah begitu tatapan cowok gue,"

Oriel menepuk tangan nya di depan wajah Moren membuat gadis itu terlonjak kaget, "Elo kok cemburu sama cowok sih, bego. Udah apa, santai aja lagian mana mungkin Reno homo orang dia pernah gue ciduk nonton bokep sama anak-anak,"

Keyna tertawa dengan cerocosan Oriel yang sangat nyeplos. "Udah ah, jadi ada bokep nya gini. Riel entar enggak cabut kan?"

Oriel menggeleng seraya mengunyah makanan nya, "Enggak ah, bosen cabut solo,"

Keyna mendengus, "Jangan lo jimatin gue, ya, nyet,"

"Kalo kepepet bisa apa,"

"Sialan lo ya!"

Let Me Be Your ManWhere stories live. Discover now