Part 7

31 7 0
                                    

~ Pengumuman! untuk seluruh anak osis, di harapa segera kumpul di ruang labolatorium, sekarang, terimakasih.

"Eh pada diem dulu kenapa sih! Emang lo pada denger tadi pengumuman apaan? Pada berisik sih!."
Alhasil sekelas Riska tidak ada yang mendengar jelas pengumuman yang baru saja di suarakan.

Ajakan tangan dari arah luar jendela berusaha memanggil Riska dan Inka untuk segera menyambut ajakan tangan yang sedang berlangsung memanggil.

Suara pintu kelas Riska terdengar terbuka, dan benar saja, Oni dan Keysia—( teman satu Organisasi ) baru saja masuk ke kelas nya, dan segera menghampiri guru yang sedang berada di meja guru, tepat di dekat pintu masuk.

"Riska, Inka, kamu di suruh turun ke bawah untuk kegiatan Osis." Suara khas guru bahasa indonesia baru saja terdengar di indra pendengaran Riska dan Inka. Mereka langsung menghampiri Oni dan Keysia, yang sejak tadi telah memanggil Riska dan Inka menggunakan Ajakan tangan.

"Kalian ko ga peka sih, daritadi gue sama Oni panggilin kalian, tapi kalian ga keluar- keluar. Sampe Oni gregetan minta masuk ke kelas kalian cuma buat manggil kalian."

"Tau nih, emang kalian gak dengar apa, pemberitahuan yang tadi? Tentang anak Osis di suruh kumpul di labolatorium?" Hanya Oni dan Keysia yang sejak tadi berbicara.

"Ya maaf nih, gue peka nya ke Doi doang hahaha." Sambaran suara tawa yang sedang terjadi, cukup membuka mulut Inka untuk ikut berbicara.

"Wth?  BUCIN!" memang, terdengar seperti suara yang di tekan. Riska yang sejak tadi hanya menyimak, akhir nya ikut membuka mulut nya, sejak jawaban yang tadi Inka lontarkan dari mulut nya.

Tanpa mereka sadar, akhir nya mereka telah sampai, tepat di depan ruang labolatorium. Beruntung saja mereja tidak telat.

"Ada apa pak?" Ketua Osis yang baru saja datang, langsung melontarkan pertanyaan kepada pembina osis SMA MERAH PUTIH. — Kun Jayadi.

"Jadi gini, tanggal 18 Agustus nanti kan akan ada Asean games di Indonesia. Jadi saya minta kalian, untuk membikin mural di area belakang sekolah, dekat kantin." Jelas Pak Kun, yang membuat semua anak Osis menganggukan kepalanya.

"Ini dana nya, untuk membeli semua perlengkapan untuk bikin mural nanti." 500.000 total yang baru saja di serahkan kepada ketua Osis SMA MERAH PUTIH. — Melati Chairunissa.

"Sekarang kalian silahkan naik ke atas untuk melanjutkan pelajaran kembali." Seru Pak Kun, kepada seluruh anak Osis.

"Pulang sekolah rapat." Hanya kalimat singkat, ditambah tatapan sinis yang sudah biasa di lihat oleh para anggota nya. Ketua Osis memang terlihat, Sinis, Cuek, Jutek, dan lain-lain, yang berbaur negatif tentang sifat wajah nya.

14.00 

"Mural apaan sih?"
"Mural itu, cara menggambar di atas tembok gitu loh nis, masa ketos gak tau." Suara yang baru terdengar, bersumber dari salah satu anggota Osis.
"Oh. Emang ketos harus banget tau semuanya?, trus mau beli kapan?, kita disuruh bikin nya hari sabtu loh! H-2." Betul saja, hari kamis ke hari sabtu, tinggal 2 hari lagi. Dan mereka semua keteteran.
"Gak ngerti lagi gue sama Pak Kun. Kali keberapa dia kasih kabar mendadak kayak gini?". Ocehan Rei baru saja terucap.
"Kali kedua, kali, kayak Raisa. Kali kedua, pada yang samaaaaa." Tidak terlalu bagus memang suara Nita. — Wakil ketua Osis.
"Ngapain malah nyanyi!" Nada yang terdengar sangat-sangat di tekan rupanya berasal dari Ketua Osis yang sedang marah di hadapan anak Osis.
"Gue nanya, bukan gue suruh nyanyi. Lagian kelas 10 nya, kenapa pada diem aja sih? Serasa ngajak rapat boneka, kalo kayak gini." Beruntung saja, Melati belum baper, jika sudah? Habis mereka. Berminggu-minggu tidak akan ada rapat Osis.

Memang. Angkatan Riska selalu sering terdiam, tidak banyak bicara di hadapan para senior nya.

"Yaudah deh, inti nya, Sabtu udah kumpul di Sekolah, Jam 08.00 pagi." Tak lupa bagi Melati, untuk mengingatkan para anggota nya.

"Y"
"Iye"
"Iya Ka"
"Ye"
"Sip"
"Bawel."

Beberapa anak Osis, hanya bisa berucap seperti itu. Memang, mereka mematuhi, perintah yang di berikan Melati tadi.

"Yaudah sekarang boleh balik. Gak ada yang main dulu, kalo mau main dulu, izin orang tua. Jangan sampe sekolah yang di salahin." Bukan Melati namanya, kalo tidak bersifat Bawel.

***

"Balik naik apaan Ris?" Teguran, yang baru saja terdengar, di telinga Riska, Ternyata berasal dari Rei.

"Eh.. itu ka.. itu.. duh, apasih ya, lupa. Di jemput maksud aku" Rupanya, Riska salah tingkah. Bagaimana bisa, seseorang yang sedang di hadapannya kini, Rei. Reinaldo siregar. Orang yang sedang Riska Sukai.

"Lah, jangan nervous gitu sih" Terlihat jelas, muka Rei yang sedang menahan Tawa, Akibat tingkah Riska, saat menjawab pertanyaanya tadi.

"Eh.. Engga kok ka, aku biasa aja, emang muka ku keliatan kaya orang gugup gitu?"

"Keliatan banget."

"Oh iya, kaka kenapa belum pulang?, udah sore loh kak" Riska berfikir, kenapa Rei belum pulang, padahal, Rei sedang tidak menunggu jemputan. Karena Rei selalu membawa motor, saat ke sekolah.

"Mau nungguin lo aja, emang gak boleh?"

"Eh.. Ka Rei bisa aja"

"Lah gue serius."

Seriusan? Ini Ka Rei? Yang bilang begitu Ka Rei? Yang di depan gue Ka Rei? Sumpah? Gue ga nyangka, gue bisa ngobrol langsung juga sama dia.

5 menit selepas Rei bicara seperti itu, jemputan yang sejak tadi Riska tunggu, akhirnnya sampai juga.

"Ka, Aku duluan ya. Oh iya, makasih ya kak, udah mau nemenin aku buat nunggu"

"Iya sama-sama, hati-hati ya Ris. Sampai ketemu hari sabtu." Senyuman Termanis, yang tercetak di muka Rei, membuat Riska berterikak di Batinnya.

Cinta Yang RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang