"Hei!" gadis itu mendongak. Menatap tak mengerti pada Jeno. Jeno tersenyum hingga kedua matanya melengkung manis. Putra Mahkota itu lalu duduk di samping sang gadis.
"Nugu?"
"Ah! Aku hanya ingin mengembalikan milikmu ini. Tadi terjatuh saat kau mengejar temanmu bernama Haechan." Bukannya menjawab, Jeno malah mengulurkan tangannya menyerahkan norigae milik Jaemin.
Jaemin menatap Jeno lalu norigae ditangannya. Dengan ragu dia mengambil norigae di tangan namja asing itu. Sejenak mata bulatnya terkagum melihat senyum di bibir dan kedua mata namja asing disampingnya itu.
"Aku Jeno. Lahir bulan ke empat tahun Naga."
"Na Jaemin. Bulan ke delapan tahun Naga."
"Eoh? Aku lebih tua darimu." Keduanya terkekeh. Lalu pandangan mereka tertuju ke depan. Menatap aliran sungai kecil yang tenang. Keduanya hanyut dalam keheningan
"Tadi itu... siapa?" Jeno memecah kesunyian. Menatap wajah manis Jaemin dari samping. Bulu mata panjang itu sangat indah. Sungguh, diperhatikan Jaemin lebih dekat membuat jantungnya tak karuan.
Jaemin menghela nafas. "Bukan siapa-siapa."
Jeno menaikkan alisnya. Jika bukan siapa-siapa mana mungkin gadis manis ini menangis seperti ini?
"Kau bisa bercerita padaku. Tenang saja, aku tidak akan menceritakan pada siapapun. Kau tahu, terkadang bercerita pada orang asing terasa lebih nyaman dari pada dengan orang yang dekat dan kita kenal. Karena kekhawatiran akan cerita kita tersebar tentu sangat sedikit."
Jaemin menatap namja disampingnya. Benar juga. Dia adalah orang asing dan sepertinya bisa dipercaya. Jaemin mengalihkan tatapannya pada aliran air sungai lagi.
"Namja tadi adalah orang yang aku suka, putra bangsawan Huang. Bisa dibilang kami sama-sama saling menyukai. Tapi... kami tidak akan bisa bersama."
"Wae?"
"Aku harus mengikuti pemilihan Putri Mahkota. Dan Abeonim menaruh harapan besar padaku. Jadi... tadi kami saling mengucapkan kata perpisahan sebelum aku memasuki istana lusa." Jaemin menunduk.
Jeno menatap diam gadis manis disampingnya. Ada rasa kasihan tapi juga senang secara bersamaan. Senang saat mendengar jika gadis manis ini ternyata adalah salah satu calon pasangannya. Dan jika ditilik dari sikap dan caranya berbicara, entah mengapa Jeno menaruh harapan besar pada gadis manis ini. Boleh kah Jeno berharap jika gadis manis bernama Jaemin ini kelak yang akan terpilih menjadi Putri Mahkotanya?
Ketika Jeno mencoba menghibur Jaemin, dia melupakan ucapannya pada sang Dayang. Masih berdiri di dekat kios tadi, Doyoung menatap sekeliling khawatir. Ini sudah lebih dari dua jam sang Putra Mahkota meninggalkannya. Jiwa ibunya tentu langsung menghantuinya dengan berbagai kekhawatiran. Pada akhirnya, Doyoung meminta pengawal yang mengikuti mereka tadi mencari sang Putra Mahkota.
Doyoung menatap sekitar dengan wajah khawatir. Kakinya terus melangkah menyusuri pasar. Doyoung tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada sang anak. Bukan karena ia takut dihukum jika Putra Mahkota terluka tapi karena sebagai seorang ibu yang melahirkannya, Doyoung tak akan mampu melihat putranya terluka dan mengalami hal buruk.
Saat langkah terburunya yang tidak teratur itu sampai pada ujung pasar, Doyoung tiba-tiba menabrak seseorang yang baru saja berbelok dari sebuah gang kecil. Tubuh kecilnya terdorong mundur. Tubuh kecil itu limbung dan terjatuh.
Doyoung mengaduh. Saat sang Dayang menepuk kedua tangannya yang kotor, orang yang bertabrakan dengannya tadi menghampirinya dan berjongkok disampingnya.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Oneshoot Jaedo
FanficKumpulan Oneshoot Jaedo. Ada juga repost dari oneshoot spesial Jaehyunisme di akun @piceboo. Rate random. jangan kaget jika ada rate M nantinya.
The Heir's Giver | Sequel part 2 END
Começar do início
