"Saya harap Jungjeon Mama membuang jauh niat Mama untuk menyingkirkan saya dengan cara kotor seperti dulu dan tak mengusik keluarga saya. Saya bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah Jungjeon Mama kira jika Mama melakukan hal keji seperti itu lagi."
Doyoung kemudian beranjak mundur dan berpamitan pada sang Ratu. Sudah cukup! Ia tak ingin lebih sakit mengingat masa lalu. Emosinya benar-benar naik hingga puncak mengingat perlakuan sang Ratu. Doyoung hanya ingin hidup damai sekarang dan melupakan semua kenangan pahit itu. Cukup selama ini dia harus memendam semuanya sendiri.
Sementara itu, di balik pintu kamar tersebut, sepasang ayah dan anak terdiam terpaku mendengar percakapan dua wanita didalam.
Jaehyun terdiam menatap pintu kamar sang istri. Kepalanya tiba-tiba terasa berat. Beribu pertanyaan menyerangnya seketika.
Tak berbeda jauh dengan sang ayah, Jeno yang berdiri disamping sang ayah ikut termangu mendengar percakapan dari dalam.
Jadi seperti itu?
Wanita yang ia kenal sebagai ibunya ternyata bukan ibu kandungnya?
Srek!
Keduanya serempak menatap pintu kamar itu.
Seorang wanita dengan pakaian Dayang Pendamping tingkat 4 keluar. Wajah cantik sang Dayang nampak terkejut mendapati mereka berdiri di depan kamar itu.
Jika Jaehyun terdiam dan mengamati sang Dayang, Jeno sudah melotot melihat wajah sang Dayang. Dayang itu....
Dayang Jung.
Jung Doyoung.
Dayang yang selalu perhatian dan dekat dengannya.
Dayang yang penuh kasih selalu menjadi sandaran dan tempatnya mengadu.
Doyoung segera membungkuk dan mundur teratur. Ia langsung menempati posisinya. Kepalanya ditundukkan dalam-dalam.
Sementara Jaehyun, menatap terkejut saat Dayang itu berdiri di barisan Dayang Pendamping sang Putra.
Doyoung menghela nafas. Dia benar-benar pusing sekarang. Entahlah bagaimana nasibnya besok. Bertengkar dengan sang Ratu, melihat Raja dan sang Putra Mahkota yang menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Terkejut dan.... entahlah.
Doyoung melebarkan selimut dan mulai memejamkan matanya.
Jeno menatap kosong danau di depan kediamannya. Putra Mahkota tampan itu lalu menghembuskan nafasnya kasar. Pikirannya sedang kacau. Dua masalah besar menghantuinya, membuat sang Putra Mahkota menjadi tidak fokus. Jika biasanya dengan mudah dia bisa melesatkan panahnya tepat di point tengah, selama latihan tadi tidak ada satu panah pun yang bisa menyentuh papan targetnya.
Jeno menghela nafas lagi. Dia butuh sesuatu untuk menyegarkan otaknya. Badannya berbalik, saat mata elangnya menangkap sosok di barisan Dayang Pendamping, Jeno menghentikan langkahnya.
"Dayang Jung, bisakah kau menemaniku?"
Doyoung tersentak gagap. "Y-ye, Jeoha."
Jeno menatap intens Dayang di depannya. Dayang cantik bak kelinci yang selalu mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya sejak ia kecil.
"Ada yang Jeoha butuhkan?" Jeno menggeleng.
Putra Mahkota itu sedang bergelut dengan pikirannya. Di depannya ini adalah ibu kandungnya. Ibu yang melahirkannya. Ia memang tidak mengerti atau berhak mencampuri urusan mereka –ayah, ibu, dan sang Dayang-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Jaedo
FanfictionKumpulan Oneshoot Jaedo. Ada juga repost dari oneshoot spesial Jaehyunisme di akun @piceboo. Rate random. jangan kaget jika ada rate M nantinya.
The Heir's Giver | Sequel part 2 END
Mulai dari awal
