─ lesson.

25.6K 884 124
                                    

Masa ujian adalah masa yang paling melelahkan bagi Mark. Sungguh, meskipun kini ia sudah tidak perlu mengerjakan berbagai macam soal dan belajar hingga larut malam lagi, tetap saja sebagai seorang guru ia juga harus ikut menguras otak dalam rangka membuat soal dan memeriksa jawaban para murid. Bukannya ia tidak suka menjadi seorang guru-hell, menjadi seorang guru dalah cita-citanya semejak ia masih seorang murid middle school. Hanya saja, terkadang kerjaannya ini membawa stress bagi dirinya.

"Jagiya?"

Seorang pemuda berperawakan besar nan tegap masuk ke dalam kamarnya-dulunya kamar miliknya, tapi semenjak kekasihnya tinggal bersamanya, kamar itu kini hanya digunakan sebagai ruang kerjanya. Mark mengangkat kepalanya, mendapati kekasihnya sedang menatapnya dengan cengiran lebar dan mata berbinar. Mark mengerucutkan bibirnya sebal; dengan keberadaan Yukhei di sini, tidak mungkin ia dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

"Apa?!" jawabnya kesal. Bibirnya semakin mengerucut saat Yukhei bergerak semakin dekat padanya dan mencuri sebuah kecupan dari bibirnya. Alisnya bertaut, dan rona merah muda samar menghias pipinya. Sangat menggemaskan-seperti seekor anak kucing yang sedang marah. Yukhei terkekeh saat Mark dengan setengah hati mendorong dadanya menjauh, mulut manisnya mengeluarkan gerutuan. Tangannya bergerak melingkari leher Mark, hidungnya mengendus daerah perpotongan leher Mark dengan gencar.

"Jagiya, ayo kita pergi makan siang," sambil bergelanyut manja di leher Mark, Yukhei merengek. Mark menghela nafasnya berat, kepalanya mulai berdenyut sakit. Tidak bisakah ia mengerjakan pekerjaannya dengan tenang tanpa rengekan dari Yukhei?

"Tapi Xuxi, pekerjaanku belum selesai. Bagaimana kalau kau makan saja dulu, biar nanti aku menyusul kalau sudah selesai," gumam Mark tanpa melepaskan pandangannya dari lembaran kertas di hadapannya. Yukhei merengut, tidak suka dengan jawaban yang diberikan Mark. Kepalanya kembali ia usakkan di perpotongan leher Mark, mengendusi aroma menenangkan milik omeganya itu.

Omega? Ya, Mark adalah omega miliknya, dan Yukhei adalah alpha Mark. Pertama kali mereka saling mengenal adalah melalui student transfer program di universitas Seoul, dan saat itu juga mereka tahu bahwa mereka adalah soulmate; meski sebelum Mark mengiyakan hubungan mereka, Yukhei harus mau berusaha ekstra keras dalam kegiatan courtingnya untuk meluluhkan hati Mark yang sekeras baja. Namun pada akhirnya Mark menerima hubungan mereka, dan hubungan mereka sah saat malam bulan purnama tiba.

Dengan menjadi omega yang berada dalam naungan Yukhei, bukan berarti Mark berubah menjadi sosok yang lemah dan penurut. Mark tetap sama seperti sebelumnya-tetap keras kepala, tetap pekerja keras, tetap pantang menyerah, dan tetap tidak mau diatur. Dan meski omega seperti Mark bukanlah tipe seorang alpha yang normal, Yukhei lebih suka sifat Mark yang tidak berubah seperti ini, independen dan teguh pada pendiriannya. Bahkan tak bisa dipungkiri, sifat Mark yang seperti itulah yang membuat Yukhei jatuh cinta pada sang pemuda mungil itu.

Yah, mungkin Yukhei memang bukanlah alpha yang normal. Tapi ia bersyukur, berkat ketidaknormalannya itu, Mark akhirnya mau menerimanya-dengan pipi yang merona merah dan alis yang bertaut, serta mata yang tidak mampu menatap Yukhei tepat di wajahnya.

Oke, kembali ke masalah yang sedang mereka hadapi.

"Nope, not gonna happen," decaknya pelan sembari menatap Mark dengan ekspresi datar. Mark perlu makan, terlebih ketika berada dalam masa sibuk seperti ini. Ia juga butuh refreshing dan ketenangan sementara. Kalau semua ini terus berlanjut, bisa-bisa Mark kelelahan nantinya. Yukhei tersenyum tampan, dan berkata pada Mark, "Bagaimana kalau begini: kita pesan delivery, kau makan denganku, lalu kau bisa melanjutkan pekerjaanmu?"

Mark menyipitkan matanya, menatap Yukhei dengan wajah tak tertarik. Mark menggeleng, melanjutkan pekerjaannya mencoret serta mengoreksi jawaban muridnya dan mengabaikan Yukhei yang mulai terlihat sedikit kesal. Ia menjawab pertanyaan Yukhei dengan bergumam, "Kau pesanlah dan makan, nanti aku menyusul."

sweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang