The One That Got Away - Part 3 - they sucks!

446 37 5
                                    

Aku mulai mengantuk. Mataku berat.

"Hai? Butuh bantuan?" Tanya seseorang tiba-tiba.

Sontak aku membelalakkan mata dan beranjak duduk karna mendergar suara itu.

Aku menoleh ke kanan. Asal suara. Tapi? Tapi..ga ada orang?

Sekarang aku menoleh ke arah kiri, depan dan belakang. Juga gak ada orang? Lha yang ngomong mana?

Kini terdengar suara decakan disebelah kananku. "Ck! Butuh bantuan gak?!" Katanya dengan nada sebal.

Reflek aku kembali menengok ke sebelah kanan, asal suara.

"Astaga!!" Pekikku ketika melihat sesosok lelaki yang tidak ku ketahui siapa tiba-tiba muncul. Saking kagetnya, aku sampai terjengkit kebelakang. Untung gak jatoh!

Sumpah! Perasaan tadi gak ada orang. Tapi kok?

"Ka-kamu si-siapa?!" Tanyaku bingung.

Lelaki itu memutar bola matanya malas. Ia menyodorkan tangannya. "Nama gue Keenan. Dan hai..tetangga baru! Gue tetangga lo" ucapnya dengan nada antusias yang tidak singkron dengan ekspresi datarnya saat ini.

Aku masih tetap menatapnya dengan horror. Jangan-jangan ngaku tetangga cuma modus doang. Jangan-jangan dia itu maling. Hihhhhh

Tapikan manada maling ngajak kenalan?

Sekali lagi ia menghentakkan tangannya didepanku sambil berdecak. "Rumah gue tuh disebelah" lanjutnya sambil menggerakkan dagu ke arah rumah sebelah.

Oh, emang beneran tetangga.

"Keamitha" Ragu-ragu aku meraih tangannya lalu berjabat.

Aku tersentak ketika merasakan kulit tangannya yang begitu dingin.

Gila! Dingin banget tangannya! Jangan-jangan ni orang grogi lagi ma gue!

Pede? Emang! Hahaha!

"Ngapain kamu disini?" Tanyaku. Mataku dengan jeli memperhatikannya dari atas sampai bawah. "Dan...-oh! Kamu masuk lewat mana?!" Pekikku seketika sambil menatap pintu depan yang tertutup rapat.

Seingat gue, pintu rumah udah gue kunci. Jendela udah ketutup rapat. Nah lo? Ni orang masuk lewat mana coba?!

"Ah?! Gu-gue..." Katanya gelagapan. Aku semakin memicingkan mata ke arahnya. "Gue lewat pintu belakang" jawabnya seraya menunjuk pintu belakang dengan dagunya.

Pintu belakang? Bukannya pintu belakang juga udah gue konci?!

Perlahan aku menengok ke arah dapur dan benar saja! Sekarang pintu belakang yang menuju samping rumah kini kebuka lebar.

Lho kok?? Perasaan tadi..

Bffft! Ceroboh kan!!

Aku kembali menoleh ke arah lelaki-eh?! Bukan ding! Lebih tepatnya bocah lelaki. Hmmm mungkin umurnya sekitaran 17 atau 18 tahunan lah. Masih abege.

Bocah ini cakep juga sih untuk ukuran anak abege. Hidung? Mancung. Bibir? Seksi sih. Mata? Tajem gile. Tinggi? Lumayanlah. Dia juga berkulit putih dan sedikit........pucat. Hmmm.

"Gak usah mupeng kali, ngeliat cowok cakep. Lo mandang gue segitunya banget" katanya songong sambil melipat tangan didada.

Apa dia bilang?!

Reflek aku melotot. "Heh bocah! Bisa sopan gak sih kalo ngomong sama yang lebih tua?! Gak usah pake lo-gue lo-gue?! Panggil kakak kek!"

Diluar dugaan. Tuh bocah malah ketawa ngakak.

The One That Got AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang