Friday

7.4K 1K 90
                                    

Haechan menatap datar Mark yang tengah dikerumuni oleh anak-anak cewek sekolah mereka. Ia merasa biasa melihat pemandangan tersebut.

Lagi-lagi tebar pesona.

"Haechan!"

Haechan berhenti mendengar panggilan tersebut, "kau putus dengan pacarmu setiap minggunya, bukankah itu karena kau terlalu jual tampang?"

Kalimat yang menusuk dan berhasil membuat Mark diam. Tapi, hanya sebentar karena Mark segera menyusul Haechan yang sudah jalan lebih dulu. Cewek-cewek tadi juga ikut jalan disamping Mark.

"Aku sering melihatmu di sini. Tapi, rumahmu tidak sejalan, kan?"

"Mark, siapa kekasih barumu?"

Cewek-cewek itu mulai penasaran dengan kehidupannya. Mark tidak menyukai itu, "maaf, aku harus bicara dengan Haechan hanya berdua saja."

Dengan senyum palsunya, cewek-cewek tadi berhenti mengikuti Mark dan Haechan. Mark bernapas lega dan jalan di sisi Haechan.

Kenapa aku marah kemarin?

Haechan terus kepikiran yang kemarin. Ia merasa tidak suka saat mantan Mark menelpon.

Bodoh! Tidak ada gunanya juga aku marah.

Haechan merutuki kebodohannya sendiri. Ia marah pada Mark hanya hal yang kecil. Terserah Mark harus menerima telepon dari siapa saja.

"Dasar bodoh!"

Mark mengernyit mendengar umpatan yang keluar dari bibir Haechan.

"Ada apa?" tanya Mark khawatir.

"Tidak apa-apa."

Haechan dengan sengaja jalan lebih dulu dari Mark. Suasana hatinya sedang tidak baik sekarang.

***

Lagi-lagi Haechan tidak bisa fokus dengan pelajaran di depannya. Ia mencoret bukunya asal dengan jalan pikiran yang jauh. Saat sadar dan melihat buku catatannya, Haechan langsung bergerak cepat menutupi sebuah love yang barusan ia gambar secara tidak sadar.

Aku seperti orang gila.

Saat istirahat, Haechan hanya berdiam diri di kelas tanpa ada keinginan buat keluar sekedar mengisi perut di kantin. Beberapa hari terakhir, Mark selalu ke kelas Haechan dan membawanya ke tempat yang agak sepi untuk menghabiskan waktu istirahat. Tapi, kali ini tidak, Mark sibuk dengan osisnya hingga tidak datang ke kelas Haechan.

"Kenapa wajahmu begitu?"

Jaemin yang juga berada di kelas mendekati bangku Haechan. Duduk di samping kursi yang kosong dan menatap Haechan dengan penuh tanda tanya.

"Memangnya kenapa dengan wajahku?" Haechan malah nanya balik.

"Kau tidak seperti Haechan yang biasanya. Wajahmu kali ini kusut seperti banyak yang dipikirkan."

Jika yang dimaksud memikirkan Mark, mungkin itu benar. Haechan dari tadi tidak bisa lepas dari bayang-bayang Mark dalam pikirannya.

"Aku hanya kurang tidur."

Kurang tidur karena memikirkan Mark lebih tepatnya. Tapi, Haechan tidak akan mengatakannya pada Jaemin.

"Kau tidak mau jujur padaku, ya."

Sebagai teman yang baik, Jaemin hanya mau membantu. "Tapi, kalau kau memang tidak mau mengatakannya, ya terserah." Dan tidak memaksa Haechan.

Seven Days ✔Where stories live. Discover now