Dua

1.5K 61 3
                                    

"Shia! Kemari cepat!." Daddy berteriak memanggilku.

"I-iya dad"

"Ck! Sudah ku bilang untuk berhenti memanggilku dengan sebutan Daddy! Aku bukan ayahmu! Dan satu lagi, kau harus memanggilku Tuan!"

Perkataan Daddy seolah menikam tepat di jantungku, sakit rasanya Ayah yang dulu menyayangiku, sekarang membenciku.

"M-maaf tuan." Ucapku sambil menunduk, tak punya nyali untuk menatap mata tajam Daddy.

"Ah sudahlah! Nafsu makanku hilang karena mu!"

Huft, kuhelakan nafas lelah ku. Ada apa dengan Daddy sebenarnya? Kenapa Daddy bersikap seperti ini?

Kuputuskan untuk keluar dari kamarnya. Kulihat bibi Nam menatapku dengan mata yang berair. Ya, bibi Nam sudah ku anggap sebagai Nenekku sendiri. Beliau yang menjaga ku saat Daddy bekerja dan beliau pula yang mendukungku disaat Daddy bahkan enggan ku anggap 'ayah'.

"Nona... Mau sarapan apa?" Terlihat senyum kecil diwajah bibi Nam.

"Nanti saja bibi Nam, aku belum lapar." Jawabku pada bibi Nam.

"Tapi nona... Ini sudah waktunya sarapan. Saya takut nona jatuh sakit jika melewatkan waktu saparan lagi." Aku terenyuh, ternyata masih ada orang yang peduli padaku.

"Terima kasih bibi Nam! Hiks.. Hanya kau yang peduli padaku bibi Nam." Aku berhambur memeluk bibi Nam.

Bibi Nam membalas pelukanku tak kalah erat.

"Lebih baik sekarang nona segera bersiap pergi sekolah." Aku mengangguk seraya meninggalkan bibi Nam menuju kamarku.

Kamarku mungkin tak seperti kamar seorang anak CEO lainnya. Ya, kamarku terletak disudut. Tepat di sebelah dapur. Kecil memang, tapi aku bersyukur. Setidaknya Daddy masih mau memberiku tempat tinggal.

Kuputuskan untuk segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Huft lelah memang. Berjalan dari mansion menuju sekolahku yang letaknya di tengah kota.























































TBC
-
-
-
-
-
-
-
-

Hallo semwaaa! Siapa disini bucinnya mas ZhuangRiu?
😳😳

Terima kasih bagi yang mau mampir baca cerita ini🙏

Daddy• Lay ZhangWhere stories live. Discover now