Chapter 1, Pasrah

6 0 0
                                    


Malam itu memang gelap, angin mensunyi, dedaunan menunduk, bintang pun menghindar membelatkan awan menutupinya.


"inikah akhir dari perjalananku?" bisikku dalam hati. Sebatang demi sebatang mulutku dipenuhi asap rokok, duduk di tangga kosan sembari menatap langit yang seakan pasrah tak sanggup memandangku. Sudah berbagai cara diriku meraih salah satu mimpiku, mulai dari usahaku sendiri hingga ku meminta bantuan dari orang tuaku. Nihil. Hanya kegagalan dan kegagalan yang kudapat.


Mungkin, diriku ini tak pantas Kau persandingkan dengan seseorang untuk menjadi istriku. Hatiku meronta menuntut takdir. Hingga,,, aku tersadar, Kenapa aku hilangkan diriNya, dengan terlalu yakin bahwa aku bisa meraih mimpiku dengan usaha terbaikku dan orang tuaku.


Pasrah.

Dan ku pun yakin akan satu hal. Hanya Dia lah yang mampu membuat cerita kehidupan setiap makhlukNya.

Duduk di atas sajadah, ku tengadahkan janji, doa tulus diringi sebuah nadzar. "Wahai Tuhan Yang menciptakanku dan semua manusia, Wahai yang Maha berkehendak, Wahai Sang penguasa hati dan jiwa, Wahai sang penentu takdir, mulai detik ini, akan kumatikan seluruh rasa suka dan cinta kepada siapapun wanita itu, meskipun dia secantik bidadari, tak kan ku hidupkan rasa menyukainya.

Hingga, hingga, Kau sendiri yang menempatkan rasa cinta dan sayang di hatiku, kepada siapapun wanita itu, tak peduli apakah dia pincang, buruk rupa, dan buta sekalipun, asalkan Kau sendiri yang menempatkan cinta dan sayang, akan kulamar dirinya."

Hatiku teguh menghadap dan bernadzar padaNya."Dan semoga, aku dan calon istriku nanti, akan memiliki rasa saling sayang dan cinta, karena Mu, dan kami sama-sama bisa berjalan mendekat dalam kasihMu, Amin."Kuusap wajahku dengan kedua tanganku, sebagai penutup agar doa dan nadzar itu terkabul.

Moonlight in JakartaWhere stories live. Discover now