Senja masuk ke kamar Bintang, Yang penuh dengan hiasan Bintang sesuai namanya. Dari pernak-pernik kecil sampai yang besar.

Perempuan itu sedang berusaha terlelap, Tapi Senja melihat tak kunjung ngantuk itu datang. Senja duduk di sisi ranjang.

"Bintang tidak mau minum obat Bu, Pahit." Ujarnya langsung karena yang dikira di sisinya kinim ibu pantinya.

"Ini aku." Senja bersuara.

Mata Bintang langsung terbelalak sempurna.

"Kamu? Ngapain ke sini?"

"Masih tidak bisa minum obat?" Tanya Senja sambil menghancurkan butiran obat itu menjadi lembut dipiring.

"Pahit, Senja." Rengek Bintang.

"Ayo bangun."

Bintang mencebikkan wajahnya, Terpaksa bangun dengan bersandar disandaran ranjangnya. Senja menyentuh kening Bintang yang ternyata begitu panas.

"Demam begini, Masih tidak mau minum obat?"

"Senjaaa." Rengeknya lagi saat melihat Senja, menuangkan obat yang sudah lembut ke sendok dan diisi air sedikit.

"Aaaaa, Buka mulutmu."

"Pahit." Jawab Bintang.

Senja tersenyum kecil. Perempuan di hadapannya tidak berubah sedari dulu. Senja menggenggam satu tangan Bintang.

"Pahitnya tidak lama, Hanya beberapa detik saja dimulutmu." Ujar Senja.

Mata Bintang yang berkaca-kaca karena suhu badannya yang panas pun. Pasrah. Dia membuka mulutnya lalu memakan obat itu dengan disuapi Senja. Bintang meringis, Senja langsung buru-buru meminumkan air.

"Sebentar saja kan? Rasa pahitnya."

Bintang mendelik dan menidurkan dirinya kembali. Senja tersenyum, Senyuman yang selalu Bintang lihat sedari dulu.

Senja kembali menyentuh kening Bintang.

"Aku ambil air untuk mengkompresmu."

"Aku tidak apa-apa Senja, Pulanglah."

Senja tidak mendengar, Karena keluar dari kamar Bintang kembali masuk dengan membawa baskom kecil air dengan kompresan tersampir dibahunya.

Senja kembali duduk di sisi Bintang. Memeras kain yang sudah dicelupkan air lalu menyimpannya dikening Bintang.

Mereka terdiam. Senja menatap wajah yang merah karena panas itu. Mata Bintang melihat ke arah lain.

"Jangan bersikap seperti ini Senja." Ujar Bintang kini menatap dua manik mata yang pernah menatapnya penuh kekecewaan itu.

"Kenapa? Bukankah kita ini teman sedari kecil? Aku hanya bertingkah sebagai temanmu karena untuk lebih dari itu aku tidak bisa."

Bintang menghela, memilih memejamkan matanya. Takut, tangisnya kembali tumpah di hadapan lelaki yang sudah berdiri digarisnya sendiri ini.

Bintang merasakan tangan Senja menggenggam tangannya. Tak pernah melepaskan itu sampai Bintang hilang kesadarannya karena tertidur pulas.

Melihat genggaman tangan Bintang melemas ditangannya. Senja tersenyum sedih. Tangannya mengusap pipi Bintang lalu meraba keningnya yang sudah tidak sepanas tadi.

Senja, mendekatkan wajahnya lalu mencium kening Bintang lama sekali.

"Jaga dirimu dengan baik. Aku khawatir." Ujarnya.

Senja membenarkan selimut Bintang, Keluar dari kamar itu dan di depan pintu sudah ada ibu panti.

"Senja, Izin pulang sekarang."

BintangWhere stories live. Discover now