Ungaran

6 0 0
                                    

"Aku disuruh Papa kuliah di Singapura. Ada temen Papa di sana." Chat Rizky memberiku notifikasi/

"Ya sudah to, daftar aja universitas di Singapura, "jawabku.

"Harus punya SAT sama TOEFL. Tesnya di Gunungpati Ungaran, "lanjutnya.

"Oh, gitu ya. Wah dari Jogja berangkat jam 12 malam dong."

"Itu dia masalahnya. aku nggak punya kenalan dekat area sana untuk tes."

"Ya sudah, ke rumah nenekku aja. Rumahnya di Ungaran, deket tu sama Gunungpati. Ntar kita ketemu di Semarang. Ntar aku bilang Nenek."

"Kita nginep serumah nih?"

"Lha gimana? Kalo mau ke hotel ya silakan sih."

"Nggak ada duit aku, sayang banget buat nginep hotel kalau ada yang gratis."

"Hahaha... Dasar."

"Tesnya Sabtu, kita ke Ungaran Hari Jumat ya?"

"Oke, "jawabku pendek.

Kamis pagi, notifikasi muncul di hapeku, "Han, aku berangkat dari Jogja jam 7 pagi, kamu jam berapa?". Oh dari Rizky.

"Aku ada kelas Mas, mungkin jam 10 an baru berangkat, sekitaran jam 12 mungkin sampai Semarang, "jawabku.

"Kita ketemu di mana Han?"

"Di TransMart aja Mas, "jawabku, "Kalo di Ungaran, nggak ada tempat buat nunggu, kalau di Semarang, aku kan lewat tol Mas. "

"Ya deh." 

Jumat tiba, tak sabar aku mengikuti kelas. Resah gelisah berulang melihat jam di dinding, jarum terasa diam tak bergerak. Terngiang suaranya di telingaku, wajahnya membayang di mataku, pikiranku penuh tentang drama pertemuan kami nanti. 

Anis sebal melihatku kehilangan fokus. Dia tanya apa jawabku kemana. Semakin cemberut begitu bel akhir berbunyi. "Hanaaaa....!", teriaknya, "Mau Kemanaaa...?"

"Sorry Nis, gue cabut dulu, ada janji, "jawabku singkat.

"Rizky ya?" Tak kujawab karena aku sudah berlari keluar kelas. Sampai di kos, buku, diktat kulempar, kuganti dengan barang-barang untuk perjalanan. Kukirim pesan singkat, "Mas, aku berangkat." 

Sopir Grab sudah menunggu di bawah, sebelum mbak kos teriak aku sudah membuka mulut, "Kalau ada Grab, itu akuuu...!". Setengah berlari menuruni tangga membuka pintu dan setengah membanting ketika menutup. setengah tersengal memberi instruksi pada sopir, "Batas pak, agak cepat nggih, saya mengejar bis ke Semarang."

"Enggeh, Mbak, "jawab sopir. Setengah jam setelahnya, aku sudah di atas bis Nusantara melaju menuju Semarang. Melewati Demak aku makin tak sabar. Memasuki Sayung perbatasan Demak Semarang, ujian kesabaran menghampiriku, imbas kemacetan di Kaligawe mengular menyambutku. Notifikasi mulai berhamburan, Rizky menghujaniku dengan umpatan kekesalan menunggu lama. Dia sudah tiba di TransMart jam 10.30 tadi. Hingga adzan Ashar aku masih merangkak memasuki gerbang tol Kaligawe. Ah, sungguh rindu itu penjara syahdu orang mabuk asmara. Waktu terasa lambat bergulir, seakan diikat pada tonggak enggan beranjak. Apa dayaku, memandang tak berdaya deretan kendaraan di depan bis yang bergerak merayap. Ku foto dan kirim pada Rizky, "Macet Mas, maaf, kayaknya Mas Ky harus nunggu agak lamaan."

"Aaahhh.. gimana sih, kenapa tadi nggak bolos aja, jadi lama kan?" Sungut Rizky.

"Iya, Mas, maaf, aku juga nggak ngira." Aku bisa bayang dan rasakan kekesalan berikut ekspresi lengkap dengan umpatan khas Rizky. Lunglai aku membayangkan dingin sikap dan wajah jutek yang diberikan ketika bertemu. Wajah yang tak lekang dalam ingatan, suara yang menggetar kalbu ketika memasuki rongga telinga. Ah, ah.. aaaahhh... sudahlah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Njero AtiWhere stories live. Discover now