Telur Dadar

18 0 0
                                    

Take Care Kelas Besar: Telur Dadar
-------------------------------
9 Februari 2019

Jagain kelas gede tuh susah susah gampang. Bisa main bareng bahkan dimintain saran juga bisa walau kadang gak nyambung juga. Mereka berumur 16 tahun sampai 22 tahun. Setiap hari kami olahraga, berkebun, bikin sesuatu dikelas. Aktivitas-aktivitas keseharian di sekolah gak jarang bikin mereka kesal-kesal gak jelas.

Seperti remaja pada umumnya fisik maupun psikologis mereka sedang berkembang melewati masa pubertas, hal tersebut ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi  sehingga adakalanya sifat sangat menyebalkan muncul menjadi kompensasi.

Terlebih aku pengajar baru untuk kelas besar, pesan dari rekanku yang dulu pegang ini, TEGAS. Jika tegas terlindas tunggu sambutan semena-mena dari mereka. Oh ya, mereka juga masih suka coba-coba untuk menolak yang aku tugaskan, contohnya kemarin.

Sacchi laki-laki charming tiba-tiba tak mau makan telor dadar masakannya sendiri. Biasanya dia doyan makanan itu apalagi kalau ia sendiri yang masak. Hari sebelumnya, ia menolak fuyunghai padahal ia suka makan itu. Siang itu aku malas basa-basi, aku seperti mau mati kelaparan, karena faktanya mengatur emosi naik turun itu cepat membuatku lapar dan lelah. Dia memindahkan telur dadar dari piringnya ke piringku.
Aku menghela nafas,
"Enggak, ini punya Sacchi, makan ya! Kan tadi Koko yang masak, Vincent sama Aa juga makan!" aku memberikan pengertian teman-temannya yang lainpun makan telur dadar.
"Aku makan telor" Vincent menunjukkan makanannya.
"Aa juga sama" sambungku.
Sacchi masih keukeuh menolak, menepis tanganku yang sedang gemetaran karena lapar. Aku memindahkan telur dadar kembali ke piringnya sembari memotong-motong sampai potongan kecil dengan sendok. Kutusuk telur dadar dengan garpunya lalu kusuapi dia. Tangannya menepis tanganku lagi sampai potongan kecil telur dadar itu jatuh ke meja makan. Membuatku blunder, nada lemah lembutku seketika berubah, diiringi pandangan mataku yang tajam menatap kedua mata mungilnya lekat-lekat.
"MAKAN! SEMUA MAKAN TELOR DADAR! AKU MAKAN SETENGAH TELUR DADAR KAMU, KAMU MAKAN SETENGAHNYA LAGI! MAKAN!"
Mata mungilnya berkaca-kaca, tangan kecilnya buru-buru memungut telur dadar yang tadi jatuh di meja makan, gemetaran lalu dimasukkan ke dalam mulutnya sendiri.
Melihatnya ia begitu aku merasa bersalah sekali. Aku diam lalu melanjutkan makan diapun begitu, yang lain pun ikut diam.

Selang beberapa menit, aku tanya dia.
"Enak gak telurnya?"
Dia mengangguk-angguk tersenyum, aku merasa lega melihat dia tersenyum padaku. Aku tersenyum.
"Makannya habisin ya bebew!" Panggilan sayangku.
Dia mengangguk lagi. Telapak tangannya saling menempel didepan dada mengangguk membungkuk tanda dirinya mengucapkan terimakasih.

Dibentak aja dia masih bilang makasih dong :')

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Feb 09, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

TunaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora