Telunjukku Dikunyah Nuel

17 2 0
                                    


3 Desember 2018

"Wah ee yha kamu, bentar pampers kamu habis, tunggu disini".
Aku bermonolog ria di depan Nuel yang lagi ee dicelana sambil bergegas ke kelas sebelah untuk pinjam pampers. Menit-menit terakhir mau pulang harus pakai pampers, takut nanti diangkot ngompol di celana.

Setelah dapat pinjaman pampers aku kembali ke kelas memergoki Nuel sedang kunyah sesuatu yang kriuk-kriuk. Aku bingung dia makan apa, "Perasaan snack istirahatnya sudah habis semua", serayaku dalam hati. Aku lari menghampirinya berlutut menengok mulutnya.
"Makan apa itu? Liat! A?" Dia asik mengunyah.

Sial, aku tahu dia mengunyah yang tidak-tidak. Aku memecet hidungnya supaya mulutnya mangap lalu tanganku masuk ke mulutnya meraih bungkus kecil sudah bolong-bolong.

"ASTAGAAAA ASTAGFIRULLAHALADZIM MANUEL!" Aku melemparkan bungkusan itu kedalam tong sampah. Aku panik dan marah besar jelas. Telunjukku menelisik kedalam setiap rongga mulut, rencananya menelusur rahang-rahangnya. Namun, saat aku sedang sibuk monolog memarahinya, telunjukku sampai diantara geraham atas dan bawah, ia refleks mengunyah.

Mulutku refleks teriak kecil, menahan sakit sekaligus memaksa mencabut telunjukku keluar namun ia makin keras mengunyah. Aku memencet hidungnnya cukup keras agar dia melepaskan gigitannya. Aku hanya manusia biasa, yang bisa makin gusar dan marah. Meringis sakit tapi terus bermonolog dengan maksud untuk menasehatinya agar semua barang tidak terus masuk ke mulutnya.

"DUDUK KAMU!" Aku suruh ia duduk meski aku tau fesesnya akan gepeng di pampers yang ia pake.
"GAK BOLEH LOH SEMUA MASUK MULUT, BAHAYA!"
"SAKIT TAU KAMU GIGIT AKU"
"MACEM-MACEM AJA INI ANAK"
"BAHAYA, RACUN, NANTI SAKIT GIMANA?"
"MINUM NIH MINUM YANG BANYAK". Aku menyodorkan tempat minumnya agar ia minum sendiri.

Nuel selalu tahu saat aku betul-betul marah, ia mengikuti instruksiku dengan cepat dengan kepala tertunduk dan kedua tangannya saling menggenggam satu sama lain. Mungkin ia telah menelan sebagian  silikon gel yang ia temukan di dalam lemari yang biasanya dia tidak pernah temukan itu sebelumnya yang sengaja aku simpan ditempat cukup tersembunyi. Aku sibuk meringis, merasakan gelenyar-gelenyar di telunjukku. Hari ini sih belum bengkak, gak tahu kalau besok pagi. Yang jelas sampai saat ini gelenyarnya campur mati rasa-nya masih terasa.

Aq paniq nan tersakiti mengomel bak mamah mamah.

TunaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt