Twelve

40 4 0
                                    

Akhir pekan ini, suasana sekolah lebih ramai dari biasanya. Suara riuh dari teriakan penonton terdengar bergemuruh di seluruh sudut lapangan basket.

Seseorang bertubuh jangkung sedang sibuk men-dribble bola dengan tangan kanannya. Beberapa kali ia dihalangi oleh beberapa orang, namun kehebatannya dalam bidang ini memang—mau tak mau—harus diakui oleh tim lawan.

three point!

Papan skor terus di balik menandakan nilai yang berubah. Skor kian bertambah dengan cepat, kedua tim saling menyalip dalam skor.

klang!

Bola masuk tepat di ring lawan, yang berarti tim Guanlin menang dengan nilai selisih beberapa poin. Apalagi lawannya juga memiliki skill yang tak kalah hebatnya, sudah pasti kemenangan ini sangat berarti bagi mereka.

Anggota tim Guanlin silih berganti mengucapkan terimakasih kepadanya, karena telah menoreh poin banyak dan menyumbangkan kemenangan bagi timnya.

Setelahnya, Guanlin bergegas untuk mengambil tas miliknya yang ada di samping lapangan. Namun, gerombolan perempuan—yang entah darimana asalnya—menuju ke arahnya.

"Selamat atas kemenanganmu, sunbae." ucap perempuan berambut hitam sebahu—yang pasti Guanlin tak mengenalinya.

"Kau memang selalu hebat dalam permainan basket." celetuk perempuan lainnya.

"Apa kau lelah?"

"Aku membelikan minuman untukmu sunbae, ambil lah."

"Kau bermain sangat keren, sunbae."

Masih banyak celotehan yang tak dapat Guanlin cerna, sebab suara mereka persis seperti burung berkicau yang bersahutan.

"Hyunggg......" seseorang telah membelah gerombolan perempuan dengan sedikit kasar. Hingga menampakkan wajahnya di depan Guanlin.

"Traktir aku hari ini!" ucap Seonho tanpa menghiraukan para perempuan yang sedang mengomel di belakangnya.

"Yak Yoo Seonho!" ucap salah satu perempuan itu geram.

Seonho memutarkan badannya, "Mwo?!" ucapnya sambil sedikit mengangkat dagunya.

"Cih!" perempuan itu melipatkan tangannya di dada dan memutar bola matanya.

"Dasar pengganggu!" lanjut perempuan itu kesal.

Akhirnya, sedikit demi sedikit dari mereka mulai menjauh dari Guanlin. Sehingga menimbulkan senyuman kemenangan di bibir Seonho.

"Hyung—"

Rengekan Seonho itu langsung di potong oleh Guanlin. "Aku lelah, ingin segera pulang."

"Ayolah hyung, traktir aku hari ini." Seonho masih memohon kepada guanlin dengan wajah yang dibuat se-menyedihkan mungkin.

Guanlin tetap tak merespon yang membuat Seonho menatap sengit ke arah Guanlin. "Kau terlalu pelit dengan temanmu sendiri."

Guanlin menatap malas ke arah Seonho. "Itu jika kau hanya meminta beberapa kali. Tapi kau dengan tak tahu malu selalu memintaku mentraktirmu."

Cengiran terbit di bibir Seonho. "Aku tidak membawa dompet," ucapnya membuat alasan.

"Alasan itu sudah kau ucapkan 56 kali."

Guanlin meraih tas miliknya dan berjalan menjauh dari Yoo Seonho—seorang laki-laki yang (masih) tak tahu diri.

***

Yena mematikan televisi yang membosankan itu. Saat ini dia di rumah sendirian dan tak punya kesibukan apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Open It | Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang