"Kurasa kalian sudah mengerti maksudku, kalau begitu kami permisi" Jaemin langsung berdiri, menarik Haechan yang protes karena ia belum sempat memesan makanan keluar dari restoran.

"Wow, tidak bisa berada di dekatmu lebih dari sepuluh menit" sindir Lucas pada Jeno yang cemberut "bagaimana bisa dia menemanimu kencan kemarin" tambahnya. Lucas sebenarnya kasihan pada Jeno, terjebak di kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun, bahkan alasan Jaemin menolak Jeno saja sudah move on pada yang lain.

"Entahlah, dendamnya benar-benar awet" balas Jeno sebelum memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Tapi bukankah keadaan akan menjadi rumit kalau Haechan bertemu keluarga Mark ?" Jeno mengangguk pada pertanyaan Lucas.

"Empat hari lagi pernikahan Johnny, lebih baik kita berdoa" Lucas membenarkan. Beberapa menit kemudian hp Lucas berbunyi, nada dering yang ia gunakan ketika Renjun meneloponnya.

"Halo" sapa Lucas pada Renjun.

"Kau bertemu dengan Jaemin dan Haechan ?" tanya suara di sebrang sana.

"Yupz aku bertemu mereka" jawab Lucas kalem, tapi khawatir. Lucas memandang Jeno, memberikan sinyal permintaan tolong yang tidak mau Jeno hiraukan.

"Silahkan nikmati makanan anda" seorang pelayan datang mengantarkan makanan mereka dan menaruhnya di atas meja.

"Benarkah ? Mereka baik-baik saja ?"

"Kenapa tidak kau cek sendiri saja"

"Yaa. Ibumu menyuruhku untuk menemaninya hari ini"

"Iya iya sayang, mereka berdua baik-baik saja secara fisik" Lucas menghela nafas "tapi aku tidak yakin mereka baik secara kejiwaan ?" Lucas tidak yakin apa yang harus ia katakan pada Renjun. Jeno menepuk jidatnya sendiri mendengar kalimat Lucas.

"Maksudmu mereka gila sekarang ?" suara Renjun sudah mulai terdengar tidak santai sekarang.

"Bukan begitu, dengar, nanti akan kujelaskan di rumah, aku tidak yakin bagaimana menceritakannya disini"

Bippppp

"Renjun memutuskan teleponnya" keluh Lucas sambil menyimpan hpnya.

"Paling juga sekarang dia menghubungi Jaemin atau Haechan" Jeno menghela nafas panjang "kuharap semua akan baik-baik saja"

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Yaaaa, yasudah kututup yaa" Jaemin kembali menyimpan hpnya.

"Siapa ?" tanya Haechan. Keduanya pindah ke kedai ramen dekat kantor setelah Jaemin dengan tidak elitnya menyeret Haechan dari restoran.

"Renjun, menanyakan kalau kita baik-baik saja atau tidak" jawab Jaemin yang kembali menlanjutnya acara makannya.

"Dan kita tidak baik-baik saja" balas Haechan, Jaemin mengangguk setuju.

"Apa yang terjadi dengan kau dan Jeno ?" tanya Haechan penasaran "maksudku, ya apa yang Jeno lakukan padaku tidak baik tapi..... Di waktu ini aku sudah move on ? Dan aku tidak melihat siapapun di sisimu" tambahnya lagi. Tapi Jaemin tidak menjawab Haechan dan melihat jam ditangannya.

"Kalau kita tidak pergi sekarang kita akan terlambat" dengan buru-buru Jaemin membereskan barang mereka, berdiri dan kembali menarik Haechan keluar dari kedai. Haechan hanya memasrahkan hidupnya yang penuh dengan ditarik ini. Untung Haechan penyabar.

Keduanya sampai di kantor dan sudah duduk di meja masing-masing. Jaemin kembali bekerja, sedangkan Haechan yang bingung harus melakukan apa mengeluarkan hpnya untuk memeriksa notifikasi.

[END] [Markhyuck] 17 ! Not 24Where stories live. Discover now