"Huh ? Ahhh iyaa ! Itu semua gara-gara dirimu kau tau" jawab Jaemin sebal. Sebenarnya Jaemin tidak menginginkan kencannya malam ini, tapi ia bisa apa sekarang ?

"Ahhh, maaf,, hanya saja......." Haechan tidak tau bagaimana ia harus bertanya pada Jaemin, tapi ia penasaran "setelah selama ini, Jeno masih menyukaimu ?" okee baiklah, Haechan tidak boleh menangis disini, disaat seperti ini, dalam kondisi seperti ini.

"Kau menanyakan ini untuk membuatku memikirkan menerima Jeno atau benar-benar tidak tau apa-apa ?" Jaemin balas bertanya. Haechan tentu saja terkejut. Dirinya ? Menyuruh Jaemin untuk menerima Jeno ?

"Jujur saja, jika kau berakting untuk menjahiliku, kau benar-benar hebat Lee Donghyuck" apa ini ? Kenapa tiba-tiba Jaemin menggunakan nama aslinya ? "Tapi asal kau tau, sampai kapanpun aku tidak akan menerima Jeno" lanjut Jaemin, tatapannya mengeras, dia marah "aku tidak mau bersama seseorang yang sudah menyakiti sahabatku" setelah itu Jaemin berdiri dan pergi ke kamar, meninggalkan Haechan yang berpikir sendiri. Kenapa tiba-tiba isi kepalanya mendadak menjadi lebih rumit ?

Karena merasa sangat pusing akhirnya ia memutuskan untuk mandi. Memakai pakaian Jaemin bukanlah hal baru bagi Haechan dan Jaemin juga tidak keberatan. Ketika Haechan selesai mandi dan ganti pakaian, ia keluar dari kamar Jaemin dan melihat Jaemin membukakan pintu untuk seseorang yang dapat Haechan lihat dengan jelas adalah Mark, ya Mark, sang Mark Lee kata orang-orang, yang kemarin sudah melihat tubuh polosnya. Haechan dapat melihat Jaemin membisikan sesuatu pada Mark yang mengangguk dengan ekspresi bingung. Lalu Jaemin dan Mark pun menghampiri Haechan yang tidak sadar hanya mematung disana.

"Ayo pulang" ujar Mark lembut sambil menggenggam tangan Haechan.

"Kami pergi yaa, terima kasih untuk semuanya" ujar Mark pada Jaemin yang hanya tersenyum kecil. Mark menarik tangan Haechan pelan agar ia mengikuti Mark keluar dari apatermen Jaemin menuju mobil Mark yang terparkir di depan apatermen.

"Masuklah" Mark membukakan pintu mobil untuk Haechan yang hanya menurut pada perkataan Mark. Mark pun masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kau mau makan apa ? Sebentar lagi sudah jam makan siang" tanya Mark. Haechan merasa suara Mark saat bicara padanya sekarang sangatlah lembut.

"Aku tidak tau, kau saja yang pilih" jawab Haechan. Mark menghela nafas panjang, berusaha sabar dengan sikap Haechan yang benar-benar sama sekali tidak seperti dirinya.

"Kenapa kau meninggalkan hp dan dompetmu ? Aku hampir gila karena kau tidak menjawab teleponku" tanya Mark, untung saja dirinya membuka video live Jisung saat mendapat notifikasi, karena saat itu dirinya benar-benar khawatir pada Haechan dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

"Aku tidak tau yang mana hp dan dompetku" jawab Haechan jujur, karena mau bohong pun ia bingung mau berbohong apa. Mark memarkirkan mobilnya di restoran itali favorit mereka sambil berpikir bagaimana cara menjawab pernyataan Haechan. Akhirnya Mark memutuskan untuk menyuruh Haechan keluar dari mobil diikuti dengan dirinya yang juga keluar.

"Kau tidak keberatan dengan pasta ?" Haechan menggelengkan kepalanya dan lalu Mark kembali menggenggam tangannya untuk membawanya masuk ke dalam restoran.

"Hai dua manusia favoritku, meja untuk dua orang di paling pojok segera datang" seorang pelayan menyambut mereka, Mark tertawa pelan karena sikap antik pelayan itu. Mark kembali menarik Haechan pelan ke kursi yang pelayan tadi sudah siapkan, benar-benar tempat duduk di pojok ruangan.

"Dia mengenal kita ?" tanya Haechan heran, ia tidak pernah disambut seperti itu di restoran manapun selama masa hidupnya.

"Haha, ya begitulah, kita cukup sering datang kesini dan selalu meminta untuk duduk disini" jawab Mark ketika pelayan tadi datang menghampiri meja mereka dan memberikan buku menu pada keduanya.

[END] [Markhyuck] 17 ! Not 24Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang