LMA (1) : Spesies

78 28 13
                                    

"Gak sukaaaa!" pekik Jihye kesekian kalinya saat Aera mencoba mempoles bibir Jihye dengan lipstik.

"Idih! Cobain dulu napah." kata Aera gemas. Eunha yang melihatnya hanya menutup kupingnya.

"Gak mau! Kaya janda gak laku gue kalau pake lipstik merah darah lo itu." kata Jihye sekali lagi sembari menggerakkan kepalanya ke kanan kiri.

"Eih, bagus dong! Kalau jadi janda, seenggaknya lo pernah laku. Ini gak, malah adem ayem hidup menjomblo." balas Aera nyinyir. Jihye yang mendengar perkataan Aera barusan langsung menatap dengan sinis.

What the....

Melihat adanya tanda-tanda bahaya, Eunha langsung berdiri dan mengambil lipstik merah Aera yang jadi sumber masalah.

"Eh! Udah yaaa. Sekali lagi kalian berisik gara-gara ini, nih lipstik langsung gue buang ke kali." kata Eunha sembari mengangkat lipstik itu tinggi-tinggi.

"Eihh, janganlah! Mahal itu, ntar babang Minhyun gue marah lagi." balas Aera setelah mengambil lipstik dari tangan Eunha.

"Makanya, jangan paksa-paksa gue pake lipstik lagi." ujar Jihye.

"Ya gemes aja aku tuu." jawab Aera dengan tampang tak kalah gemas.

"Ngapain nih?" tanya seseorang tiba-tiba menyusup ke pembicaraan Jihye, Aera dan Eunha. Langsung saja ketiga orang itu langsung menoleh ke sumber suara.

"Itu tuh, si Aera ngebet banget ngasih gue lipstik." kata Jihye mengadu. Aera yang melihat Jihye mengadu, hanya tersenyum nyengir ke arah seseorang itu.

"Gemes gue, Lin." kata Aera memberi pembelaan.

Seseorang yang bernama Guanlin itu hanya menganggukkan kepalanya paham tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ya, makhluk hidup yang satu ini memang spesies irit ngomong dan cuma menggunakan kepalanya kalau menjawab.

"Eh, ada Aera. Tambah cantik ajaa." kata seseorang yang baru saja datang sembari merangkul pundak Guanlin.

"Apaan sih lo? Sakit?" tanya Aera tidak suka atau lebihnya jijik pada orang yang barusan menggodanya.

"Tau tuh, kena marah abang Minhyun baru nyahok lo, Jin." kata Eunha menambahkan.

"Abang Minhyun lagi ke ruang guru. Gak akan denger." balas orang itu sembari mengerling ke arah Aera.

Jihye, Aera dan Eunha yang melihatnya langsung bergidik ngeri dan jijik.

Woojin namanya. Spesies ini yang lebih parah dari spesies sebelumnya. Kalau yang tadi irit ngomong, yang ini malah punya seribu bahasa dan kata yang akan diucapkannya. Dan satu lagi, dia spesies yang tidak bisa diam. Dia lebih ke seperti cacing gila yang mau mati besok.

"Woi! Yuk makan, ngapain konferensi pers di sana sih? Udah lapar nih!" kata seorang lelaki yang kepalanya menyembul di pintu kelas.

Yang ini Lee Daehwi. Spesies yang lebih mirip Woojin. Ada aja yang mau diomongin. Tapi levelnya masih di bawah Woojin lah yaa. Masih bisa dikontrol.

Kelima orang yang katanya sedang konferensi pers tadi, langsung melihat ke arah Daehwi serentak.

"Iya!" kata orang-orang itu kecuali Guanlin. Guanlin hanya menganggukkan kepalanya, lagi.

Aera langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu kelas di susul Woojin di belakangnya.

"Bareng dong perginya, gimana sih?" kata Woojin belaga manja. Aera yang merasa ada makhluk halus yang mengejarnya langsung mempercepat langkahnya ke kantin.

Eunha yang ikut menyusul keduanya hanya menatap dengan jijik Woojin. Tunggu saja sampai Minhyun melihat kelakuan anak bandel ini.

"Ntar tungguin bentar ya." kata Guanlin pada Jihye yang sedang mengambil ancang-ancang untuk berdiri dari posisi duduknya.

"Tungguin apa?" tanya Jihye.

"Main basket."

"Kapan?"

"Habis pulang sekolah."

"Kenapa?"

"Lo mau dianter pulang atau gak?"

Jihye tiba-tiba saja melihat Guanlin dengan tatapan tak percaya.

Oh my god! Memangnya dia tidak bisa apa, langsung ke inti cerita? Ini malah pergi berputar-putar dulu ke Cina, Korea dan Amerika padahal ia mau ke Singapura.

"Langsung aja nanya mau pulang bareng atau gak bisa kan Lin?" tanya Jihye.

"Gak." jawab Guanlin singkat lalu meninggalkan Jihye dan berjalan menuju kantin.

Ah! Bunuh saja Jihye sekarang.

Tidak! Yang harus dibunuh itu Guanlin.

🎡TBC🎡

LETS MEET AGAIN [LAI GUANLIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang