[23°]

1.4K 186 6
                                    

Drawing
.
Let me draw your face Hwang Hyunjin
.
Hyunjeong

"Kakak basah" ujar lelaki manis itu sambil melihat pakaian Hyunjin dari atas sampai bawah.

"Pokoknya kamu jangan basah" ujar Hyunjin.

"Kak, payungnya dipakai gih. Kita cari tempat yang kering" Jeongin menarik narik tangan Hyunjin. Hal itu membuat Hyunjin hanya menurut.

Jeongin menuntun Hyunjin sampai ke salah satu pohon yang agak rindang.

"Kak, kok tadi hujan-hujanan sih??"

"Lagi pingin" jawab Hyunjin sekenanya.

"Nanti kakak sakit"

"Gak akan" Hyunjin melihat langit diatasnya. Sial, langit menjadi tambah gelap. Hujan mulai turun dengan membabi buta.

Petir mulai menyambar. Dan hal itu yang paling dibencinya seorang Yang Jeongin. Suara petir.

Tanpa sadar badan mungil milik pemuda Yang itu mengalami thermor ringan. Dan sayangnya Hyunjin tidak sadar akan itu.

Badan Jeongin terus bergetar pelan.

"K-kakhhh" panggil Jeongin sambil memegang lengan Hyunjin.

Hyunjin otomatis menoleh dan mendapati wajah Jeongin yang pucat dan badannya yang bergetar pelan.

"Kamu kenapa?!" Hyunjin mencengkram pundak Jeongin.

"T-thakut petirhh" Jeongin mencengkram dada kirinya, wajahnya menunduk.

Hyunjin tau bahwa pemuda rubah itu mengalami thermor. Ia segera menggendong Jeongin menembus hujan. Ia harus menemukan ayahnya segera.

---

Minhyun sedang bercengkrama dengan Jinyoung di ruangannya saat tiba tiba Hyunjin datang sambil membawa Jeongin dalam gendongannya.

"Hyunjin? Jeongin kenapa??" Tanya Jinyoung.

"Pah, Jeongin punya trauma?" Tanya Hyunjin.

Minhyun terlihat sedang mengigat sesuatu. Sampai ia sadar akan sesuatu.

"Jin, bawa Jeongin ke ruang periksa" titah papanya.

Hyunjin hanya bisa menurut. Lalu membaringkan tubuh Jeongin di ranjang putih. Hyunjin menatap Lamat lamat muka Jeongin. Pucat pasi. Kedua matanya terpejam. Mungkin tidur. Atau pingsan.

"Dia tidur" sahut papanya seakan tau apa yang anak sulungnyanya itu pikirkan.

"Jin, tunggu diluar yuk" ucap mamanya. Lagi lagi Hyunjin hanya bisa menurut.

---

Luhan mencoba mengusir bosan dengan cara berkeliaran di jalanan kota Osaka. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Tapi kota itu tak kunjung tidur. Sama seperti Luhan. Ia pikir insomnia nya kumat.

Luhan berhenti di persimpangan jalan yang sepi. Sial, dia salah ambil arah. Baru saja ia akan berbalik, siluet di ujung jalan membuatnya penasaran.

Alih alih berputar dan pergi, Luhan malah mengikuti siluet itu. Terus mengikuti Samapi ia tak tau ia dimana.

Siluet itu berhenti.

"Suka menguntit?" Tanya orang itu.

Luhan gelagapan. Ia ketahuan.

"M-maaf" cicitnya.

Siluet itu berbalik, menatap Luhan. Orang itu terkejut.

"Lu-luhan gege?!"

Luhan otomatis menoleh ke arah orang yang barusan itu memanggil namanya.

Dan terkejut lah ia saat tau siapa siluet yang sedari tadi ia ikuti.






















































"Sehun?"

---

Guanlin memutar mutar plastik berisi camilan untuknya dan baejin. Ia berencana untuk bergadang dengan baejin hari ini.

Guanlin terus menggunakan lagu lagu kesukaannya dan pacarnya itu.

"I need you girl, wae honja saranghago~"

Lagu i need you karya BTS menjadi pilihan untuk menemani perjalanan pulang.

Guanlin menyebrang di zebra cross saat ia menerima telepon dari baejin.

"Halo?"

"Ahhhnn auhhh hentikanhh!"

Guanlin terkejut. Hei ia tentu syok.

"Ahhh aungggh Guan! Ahhh"

"Baejin?!" Teriak Guanlin.

"Hai Yang Guanlin. Ini Lee Jeno. Apa kabar?? Ahhh sempit bitch"

"Bajingan Jen!"

Guanlin cepat cepat berlari menuju hotel tempat ia dan baejin menginap. Dan tanpa sadar ada sebuah truk yang melintas ke arahnya.





































Bruk!!

Drawing
.
Hyunjeong
.
Chapter 22
COMPLETED
.
write
31/01/2019
@re_world

𝒟𝓇𝒶𝓌𝒾𝓃𝑔 | HyunJeong [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang