AL: 20

4.8K 514 19
                                    

"Ini... terimalah."

Hyomin memberikan selembar undangan pada Kyungsoo. Ada sedikit rasa sakit di hati Kyungsoo. Ralat. Tidak sedikit, tapi sangat sakit. Ada luka yang terbuka cukup besar di dalam hatinya, tapi Kyungsoo tidak tahu bagaimana cara mengobati luka tersebut. Jujur, selama Kyungsoo menghirup udara sampai detik ini, Kyungsoo tidak pernah merasakan rasanya sakit hati karena seorang wanita. Sejak dulu, Kyungsoo tidak pernah merasa sesakit ini hanya karena seorang wanita.

Bukan berarti Kyungsoo tidak menyukai seorang wanita. Tapi, Kyungsoo adalah tipe orang yang terlalu pemilih. Banyak wanita yang berusaha mendekatinya, tapi semuanya ditolak mentah-mentah. Hanya Hyomin yang sampai detik ini bisa dekat dengan seorang Kyungsoo. Selain terlalu memilih-milih, Kyungsoo juga terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Ia lebih mementingkan study dibandingkan urusan wanita. Karena Kyungsoo ingin mengapai cita-citanya dan saat ia sudah mencapai cita-citanya, ia malah merasa sakit hati. Sakit karena harus merelakan orang yang selama ini ia kagumi akan menikah dengan orang lain.

Semua ini bukan salah Hyomin, ini salahnya sendiri. Sudah bertahun-tahun ia menyimpan apa yang selama ini di dalam hatinya, sudah bertahun-tahun Kyungsoo berbohong pada dirinya sendiri, bahkan di depan banyak orang. Dan sudah bertahun-tahun Kyungsoo hidup dalam sandiwara. Mungkin rasanya lelah menjadi seorang aktor yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa, menyimpan semuanya sendirian dan tidak bisa menyampaikan apa yang seharusnya ia sampaikan.

Untuk saat ini, Kyungsoo mengakui kalau dirinya adalah seorang pecundang. Pecundang yang termakan oleh perasaan dan termakan oleh drama kehidupan. Setelah pulang dari sini, mungkin Kyungsoo akan mengata-ngatai dirinya sendiri di depan cermin atau menjedotkan kepalanya di tembok secara berulang-ulang. Kalau saja di dunia ini benar-benar ada mesin waktu, Kyungsoo akan kembali ke masa lalu. Ia akan mengungkapkan perasaannya yang sudah lama tertanam dan hanya dirinya sendiri yang tahu. Atau pergi ketika ia masih menjadi Mahasiswa baru dan tidak akan pernah bertemu Hyomin.

Matanya tidak lepas dari undangan berwarna kuning dan ada gambar anak ayam di pojok kanan bawah. Entah apa gunanya anak ayam itu berada di sana, Kyungsoo pun tidak peduli dengan keberadaan anak ayam tersebut. Tangannya mulai meremas undangan itu, remasan itu melambangkan rasa sakit yang berada di dalam hatinya. Sakit tapi tidak berdarah.

"Kau akan datangkan?" tanya Hyomin lirih. "Maaf kalau membuat hatimu sakit, Kyungsoo. Ini adalah ide Ibuku, dan aku tidak ingin mengecewakannya. Sekali lagi maaf," Hyomin melanjutkan kalimatnya dengan suaranya yang lirih.

Kyungsoo menengakan kepalanya, ia tersenyum meskipun terlihat pahit. Hyomin bisa merasakan rasanya ditinggali, meskipun ia tidak terlalu mengerti apa itu cinta. Tapi dalam film-film dan novel-novel yang ia baca, rasanya ditinggali oleh seseorang itu ibarat kita menginjak sebuah aspal yang masih basah. Rasa sakit itu akan berbekas sampai kapanpun dan tidak akan pernah hilang.

"Tidak apa-apa, kau tidak perlu meminta maaf. Ini semua salahku, aku yang terlalu lama memendam perasaanku sampai detik ini. Seharusnya aku yang meminta maaf padamu karena telah memiliki perasaan padamu, maafkan aku," balas Kyungsoo lirih.

Entah kenapa rasanya hati Hyomin terasa diiris oleh pisau, terlalu sakit dan perih. Tapi sayangnya tidak bisa diobati, karena Hyomin sendiri tidak bisa mengobati rasa sakit tersebut. Meskipun seorang Dokter, baik Hyomin maupun Kyungsoo, sama-sama tidak bisa menyembuhkan sakit hati. Tidak sembarang orang bisa menyembuhkan rasa sakit di hatinya. Meskipun ada, tapi sakit itu tidak sepenuhnya bisa sembuh.

"Mempunyai rasa suka atau cinta bukanlah sebuah kesalah, tapi itu tujuan hatimu dan sudah ditakdirkan. Karena hati memilih dan takdir yang menentukan pantas atau tidaknya kau menyukai seseorang itu. Takdir juga menuntun agar kau menyukai seseorang yang tepat dan berpengaruh bagimu. Jadi, kau tidak salah."

Artificial LoveWhere stories live. Discover now