Renjun itu sudah seperti budak cintanya Mark. Ralat. Sudah pasti budak cintanya Mark, tapi Renjun selalu menyangkal fakta itu.

.

.

.

"Heh, Renjun!"

Renjun yang ingin pergi ke kantin langsung ditarik paksa oleh Mark ke taman belakang sekolah. "Kamu ngomong apa sih sama hyungmu?! Kenapa aku jadi disalah-salahin?"

Renjun bingung, ia tidak bercerita apapun yang jelek soal Mark. Dan darimana hyungnya tau nomor ponsel Mark?

"WOY! Denger nggak sih?! Ditanya, malah bengong! Nggak punya mulut?!" Mark terus menerus membentak Renjun.

"Aku nggak ngomong apa-apa. Aku aja bingung kenapa Doyoung hyung punya nomer kamu,"ujar Renjun jujur. Mark sangat kesal, ia ingin memukul pemuda dihadapannya ini. Tapi ia tahan, karena ia tidak mau terlibat masalah dengan Renjun.

"Cih!" Mark membalikan badannya memunggungi Renjun. Sebelum Mark pergi, Renjun menarik pelan seragam Mark. "Hyung, boleh kah aku meminta sesuatu?"

"Apa?" Ujar Mark tanpa menoleh Renjun.

"Mau nggak pulang sekolah kita ke cafe saat pertama kali kita ketemu?"

"Masih ada urusan pas pulang, lagian aku nggak inget di mana cafenya," ujar Mark dengan nada malas.

"Aku tunggu di cafe! Nanti aku kirimin alamatnya. Jadi mau kan?"

"Hm, liat aja entar," Mark langsung pergi meninggalkan Renjun.

Di sana Renjun tersenyum lebar. Meski jawaban Mark tidak jelas, yang penting masih ada sedikit harapan. Dan harapan yang sedikit itu sangat berarti bagi Renjun.

.

.

.

Sudah 30 menit Renjun menunggu di cafe tempat perjanjian. Ia masih belum melihat Mark.

'Mungkin urusannya akan selesai sebentar lagi,' batin Renjun menguatkan diri.

Sementara Renjun menunggu, di waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda Mark sedang bermesra-mesraan dengan Haechan.

Mereka itu mantan, tetapi kenapa bisa semesra itu? Jawabannya karena Mark masih mempunyai perasaan pada Haechan.

"Markeu, bukankah ini imut?" ujar Haechan sambil menunjukkan boneka singa.

"Ah, tidak. Lebih imut kamu, babe."

Haechan baru saja ingin membalas perkataan Mark, tetapi tiba-tiba ada telfon seseorang. Begitu melihat siapa kontak itu, Haechan agak panik. "M-Mark, aku jawab telfon bentar ya."

"Hm? Okay." Mark agak bingung. 'Kenapa dia jawabnya nggak di sini? Kenapa harus ke toilet?'

Setelah sampai toilet Haechan langsung menjawab telfonnya. "Daddy~ Baby rindu~ ..... Heung? Mau ke sini? T-tapi mendadak banget ya? ..... M-Mark hyung? Baby cuma jadiin dia ATM berjalan baby! Baby cuma milik Daddy Jeno!! ....... Nado saranghae, daddy~"

Haechan menyimpan ponselnya kesaku celananya. Dan sedikit terkejut melihat Mark ada dibelakangnya.

"H-hyungie? Kok, ada di sini?" 'Apa dia mendengarnya?'

Mark memeluk Haechan dan membuat Haechan sedikit terkejut, juga lega karena Mark pasti tidak mendengar percakapannya. Kenapa ia yakin? Karena Mark tidak suka dijadikan mainan orang lain. Padahal Mark sering menjadikan seseorang mainan. Contoh? Seseorang yang menunggunya di cafe.

BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]Where stories live. Discover now