"Syukurlah sayang, kamu sudah bangun. Mommy senang sekali melihatnya."

Suara itu..

Seakan mendapat kekuatan tak kasat mata Angella menggeser kepalanya hingga matanya melihat wajah memuakan yang sangat tak ingin di lihatnya. Ia begitu membenci wanita rubah ini. Tatapan matanya berubah semakin jijik membuat setiap orang yang hadir melihatnya merasa kebingungan.

"Sayang, kamu kenapa?" Mila bertanya dengan kebingungan melihar reaksi tidak biasa dari putri tirinya yang biasanya menatapnya dengan binar cerah. Ia tidak pernah di tatap seperti itu oleh anak tiri yang begitu menyayanginya ini.

"Mbak, Ella kenapa?" ia pun mengalihkan pandangannya pada Clarisa yang duduk di sebuah kursi roda yang ada di sampingnya.

"Entahlah.. Mungkin ia masih bingung."

Mendengar suara lembut itu secara otomatis membuat pandangan Angella kembali beralih menatap pada sosok pucat yang kini menatapnya penuh kasih sayang dari kursi rodanya.

Benarkah ini?

Matanya mulai memanas kembali. Wajah itu.. benarkah itu.. Angella masih merasa sulit mempercayai apa yang di lihatnya. Perlahan lelehan hangat menghalangi pandangannya.

"Bu-Bundaa.." ucapnya susah payah.

"Ia sayang ini bunda."

Clarisa menggenggam tangan putrinya, air mata haru menggenang di pelupuk matanya. Entah untuk berapa lamanya ia tidak pernah mendengar panggilan itu dari bibir putrinya. Ia senang begitu putrinya terbangun yang pertama dicarinya adalah dirinya, bukan Mila istri kedua suaminya yang memang selama ini lebih dekat dengan putrinya ini.

"Ma-aaf." Angella mengucapkannya dengan suara yang lemah nyaris sepeti bisikan.

Penyesalan tak berujung menghantamnya, dulu ia tidak sempat mengucapkannya karena sudah terlambat. Dan kini ia tidak ingin menyesalinya. Ia ingin mengatakan seberapa ia menyesal dulu karena telah mengabaikannya dan lebih memilih percaya pada hasutan wanita rubah itu __ Mila dan juga putrinya.

"Tidak sayang. Kamu tidak salah, kamu tidak perlu meminta maaf. Sekarang istrahatlah agar kamu bisa cepat pulih."

Air mata mengalir membasahi pipinya, Angella semakin menangis mendengarnya.

Clarisa pun tersenyum dan menyeka air mata di pipi putrinya, membelai kepalanya dengan lembut.

"Istirahatlah."

Angella mengangguk "Bun, jangan tinggalkan aku." ucapnya sebelum kembali memejamkan matanya.

"Mm, tidurlah. Bunda tidak akan meninggalkanmu."

Di sisi lain ekspresi Mila berubah buruk. Namun ia segera menggantinya dengan senyum sebelum ada yang menyadarinya. "Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus ke dapur untuk memeriksa apakah makan malam sudah siap atau belum. Karena sebentar lagi mas Frans akan pulang."

"Hm." Clarisa hanya menjawabnya dengan deheman.

Mila puas melihat wajah dingin Clarisa. Ia pun pergi dan berbalik.

Sekuat apapun dirinya Clarisa tetaplah hanya seorang wanita. Pada dasarnya wanita di ciptakan dengan perasaan yang lembut. Jadi bagaimana mungkin ia tidak merasakan sakit saat madunya memamerkan kekuasaan terhadap suaminya dihadapannya. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah diam. Ia tak berdaya karena keadaannya, salahnya juga yang dalam keadaan seperti ini hingga akhirnya suaminya berpaling pada wanita lain.

Clarisa mengusap sudut matanya, ia memutuskan untuk menenangkan hatinya. Menatap wajah putrinya yang terlihat damai dalam tidurnya. Di sisi lain ada seorang suster yang tengah memantau kondisi putrinya.

Angella memang merasa begitu lelah hingga akhirnya ia kembali jatuh tertidur.

Saat terbangun kembali hari telah berubah cerah. Bias-bias cahaya masuk lewat jendela kamar membuat matanya terasa silau. Entah pukul berapa sekarang. Kamarnya begitu sepi tanpa ada seorang pun di sana. Ia kira kemarin ia hanya bermimpi, namun melihat keadaan kamarnya sekarang ia tau bahwa ini semua bukanlah mimpi.

Aku..

Hidup kembali..

Clek.. Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya, seorang wanita berseragam putih masuk ke dalam kamarnya. "Ah, anda sudah bangun? Bagus sekali. Kalau begitu saya akan memanggil dokter Aryo segera." ucapnya hendak berlalu pergi.

"Tunggu!!"

Suster tersebut berbalik kembali mendengar panggilan Angella. "Tahun berapa sekarang?" ia terlihat kebingungan mendengar pertanyaan Angella namun tak urung tetap menjawabnya.

"Tahun 2019 nona."

2019??

Itu artinya usianya saat ini adalah 22 tahun. Ia mundur 2 tahun dari kehidupnya yang dulu.

Suster itu pun pergi, ia mulai kembali mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kamar lamanya ini. Kamar yang begitu ia rindukan. Sudah lama rasanya ia tak kembali ke kamar ini.

Kenangan kehidupan masa lalunya berkelebat di kepalanya. Angella memegangi kepalanya yang terasa sakit. Adegan di mana rasa bahagia kembali berputar dalam ingatannya. Di mana ia memiliki Mila yang begitu menyayanginya, kakak yang baik hati, dan suami idaman bagi setiap wanita.

Namun ternyata itu hanya angan-angannya nyatanya itu hanya angan-angan belaka. semuanya tak lebih dari mimpi indah di siang bolong. Karena semua yang mereka lakukan (Mila-Diana) tak lebih dari sandiwara belaka.

Tepat pada hari peringatan pernikahannya  yang pertama ia di kejutkan dengan memergoki suaminya yang tengah bercumbu mesra bersama saudara tiri terkasihnya. Hal itu merupakan pukulan berat baginya. Tidak hanya mereka berdua menghianatinya, tapi mereka juga dengan sengaja melakukannya di dalam kamarnya. Mengotori ranjangnya untuk menghinanya.

1 tahun pernikahan mereka nampaknya tidak berarti apa-apa bagi seorang Rafael. Bukan hanya pria itu mengotori janji pernikahan mereka dengan penghianatannya, ia juga mengatakan kata-kata kejam yang meluluhlantakkan hati dan jiwanya saat ia mempertanyakan mengapa ia menghianatinya.

'Jangan berfikir terlalu tinggi tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih dari sekedar pemulus jalan bagi kesuksesanku.'

Kata-kata itu menghantamnya dengan telak! Bahkan dalam ingatannya masih tergambar dengan segar saat seringai mengejek di bibir berlipstik merah darah Diana tersunging begitu lebarnya. Wanita tak punya hati itu bahkan memamerkan kemenangannya di depannya saat itu, ia dengan sengaja melucuti gaun minim merah yang di pakainya dan mulai menggoda suaminya di depan matanya.

'Kau tak pernah sebanding denganku! Kau bahkan tak berarti seujung kuku-ku pun di mata Rafael.'

Saat itu ia terlalu terpukul dengan kenyataan yang di ketahuinya. Ia berlari seperti orang bodoh, mengendarai mobilnya tak tentu arah tujuan hingga ia lelah dan kehilangan kesadaran. Saat terbangun keesokan harinya ia sudah dalam keadaan terikat. Ia sangat menyesalinya. Bagai kelinci di dalam sangkar jebakan ia hanya mampu menggertakan gigi penuh kebencian pada ketiga orang yang menjadi dalang kehancurannya.

Kematian ibunya..

Kematian ayahnya..

Dan pengkhianatan suaminya..

Semua itu takkan pernah ia lupakan sampai kapan pun!!

Ternyata Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk merubah takdir masa depannya. Dan ia tidak akan membiarkan sejarah terulang kembali.

"Rafael! Diana! Mila! Aku kembali untuk mengembalikan semua yang kalian perbuat di kehidupanku sebelumnya!" cahaya berkedip di matanya di sertai tangannya yang terkepal erat!






Tbc

***

Gak bisa tidur, entah kenapa.. Jadi aku nulis aja dari pada bosan.
Selamat mimpi indah aja untuk kalian semua.
😘😘.

21 januari 2019

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitWhere stories live. Discover now