Who are you?

8.6K 699 123
                                    

Kalian percaya dengan makhluk yang kerap disebut monster? tentu tidak bukan?

Sama halnya denganku. Lagi pula, di zaman sekarang mana mungkin makhluk tersebut ada di dunia ini, itu hal yang sangat mustahil.

Awalnya, aku tidak percaya memang. tidak percaya jika makhluk semacam itu, ada di dunia ini, bahkan ada di sekitarku.

Tetapi kini aku percaya, dan itu bukan hal yang mustahil. Makhluk itu, sudah masuk dalam kehidupanku, dan membuat begitu banyak kenangan pahit serta kenangan yang manis.

Baiklah, akan kuceritakan bagaimana kisahku dengan makhluk tersebut. Makhluk yang juga membuatku merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta.

Lee jeno, seekor monster yang terbilang liar, juga memiliki sikap yang manis.

Lee jeno, seekor monster yang terbilang liar, juga memiliki sikap yang manis

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

-

"Aku nggak mau, kak!"

Aku berbicara dengan nada yang cukup keras sembari menatap lawan bicaraku dengan tatapan marah. Tetapi detik itu juga, dia si lawan bicaraku mengangkat tangan kanannya dan melayangkan ke arah pipi kiriku.

Satu tamparan telah mendarat di pipi mulusku. Perih, itulah yang aku rasakan saat ini.

"Kamu berani ngelawan kakak?!"

Sorot mataku yang tadinya menatap dia dengan tajam kini berubah, kini aku menatapnya dengan tatapan sendu. Selalu seperti ini, jika tidak ditampar, pasti dia akan memukulku.

"Maaf, kak..." ucapku, seraya terisak pelan. "Kepalaku... sedikit pusing," lanjutku sambil memegang pelipisku.

"Itu bukan urusan kakak!" bentaknya dengan cukup keras.

Air mataku menetes, membuat pipi hasil tamparan tadi terasa sakit.

"Cepet, nggak usah pura-pura sakit." ucapnya lagi.

Tanganku ditarik paksa olehnya, "Tapi kak–"

"Bawel banget ya kamu, cepet sana!" bentaknya, lagi. Dengan pasrah, aku pun menuruti permintaannya.

Sebenarnya, dia menyuruhku untuk membeli makanan ke luar, tetapi aku menolak, walaupun akhirnya terpaksa aku harus menurutinya.

Sebelum menutup pintu rumah, aku melirik jam dinding, yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

Bukannya tidak berani atau sekedar malas, alasanku menolak permintaannya karena kepalaku memang benar-benar sakit. Jika aku pingsan di jalan, siapa yang akan menolongku? Terlebih lagi, daerah tempat tinggalku ini cukup sepi jika malam hari.

Monster Of TroubleUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum