Awal Tahun Ajaran Baru

3.2K 56 0
                                    

Rambut pendek berwarna hitam, kulit berwarna kuning dan sering memakai topi, itulah gambaran dari seorang gadis remaja yang tinggal di desa Permai, Ngawi. Fasya Al-Falaki, namanya. Dia merupakan saudara dari Rasya Al-Falaki yang lebih dulu mondok di PP. Nurul Islam, Pasuruan sejak ia lulus dari MI. Meski usia Fasya sudah 14 tahun, namun ia belum bisa meninggalkan hobinya sejak kecil yaitu bersepeda dan bermain layang-layang bersama teman sebayanya. Hingga setelah lulus dari MTs, Ia tak mau dipondokkan oleh orang tuanya.

Alarm jam beker yang berbunyi nyaring membangunkan Fasya dari tidur malamnya. Ia pun langsung berwudhu dan pergi ke masjid untuk berjama'ah subuh. Setiap pulang dari masjid, ia selalu berjalan pelan dan sering kali melihat ke langit. Baginya melihat langit dapat membuat hatinya yang gundah menjadi tenang dan semakin mengagumi ciptaan Allah.

" Ya Allah,,, Mengapa sholat istikhorohku tak berhasil lagi? Apa karena aku masih kecil? Yach,,, aku tinggal pasrah menunggu hasil istikhoroh Ayah dan Ibu." Gumam Fasya dalam hatinya. Sedang asyik melihat ke langit, tak sengaja Fasya menabrak seorang laki-laki yang tengah berjalan di depannya sambil membawa koper.

" Masya Allah,,, Hati-hati dong! Kalau jalan lihat depan, jangan lihat ke atas." Kata Rasya dengan nada tinggi.

" So?! Masalah buat kamu." Kata Fasya acuh. Sejenak suasana hening, lalu mereka pun tersenyum dan berpelukan.

" Mas Rasya,,, kenapa baru pulang, aku rindu sekali sama Mas," Kata Fasya.

" Sama, Dek, aku juga, loh,, kenapa kamu menangis, ada masalah? Ya sudah kita ke rumah dulu nanti cerita sama Mas." Tanya Rasya sambil mengusap air mata Fasya.

Rasya dan Fasya adalah saudara kembar. Rasya bersekolah dan tinggal di PP. Nurul Islam, Pasuruan. Sedangkan Fasya tetap bersekolah di daerah kelahirannya, di MTs. Babul Khoirot, Ngawi. Semenjak mereka berbeda sekolah, berbagai penyakit menghinggapi tubuh Fasya, hingga kini ia menderita penyakit Serosis Hepatitis (penyakit hati).

Setelah makan siang, Fasya dan keluarga berkumpul di ruang tamu untuk bermusyawarah. Wajah Fasya terlihat murung, namun Rasya selalu menghiburnya dan menggenggam tangan Fasya erat." Dek, apapun keputusannya, yakinlah ini yang terbaik untukmu." Ucap Rasya.

" Bismillahirrahmanirrahim, jadi hasil istikhoroh Ayah dan Ibu adalah Fasya, kamu harus juga harus mondok sama seperti Masmu." Ucap Ayah.

" Ya Allah,,, kenapa selalu tak sesuai dengan yang aku harapkan." Gumam Fasya dalam hati.

" Alhamdulillah,,, hore! Akhirnya kamu juga mondok, Dek." Kata Rasya senang.

" Ibu, Ayah, apa ada pilihan lain?" Minta Fasya.

" Ayah rasa tidak ada pilihan lain, semoga ini yang terbaik bagi kamu dan kita semua." Kata Ayah. Fasya meninggalkan ruang tamu dengan perasaan kecewa, Ia pun masuk ke kamar diikuti Rasya dan Irsyad.

" Mbak, udahlah jangan nangis, kayak anak kecil aja." Ejek Irsyad.

" Memang Mbak masih kecil, aku nggak mau mondok, nanti aku nggak bisa nonton tv, main sama temen-temen." Balas Fasya.

" Maaf Mbak, kan hanya bercanda." Kata Irsyad.

" Fa, dulu mas juga nggak mau mondok, terima sajalah." Kata Rasya.

Suara teman-teman Fasya yang memanggilnya terdengar hingga kamar Fasya. " Mas, Dek, pergi dulu ya." Kata Fasya semangat.

" Mau ke mana Mbak?" Tanya Irsyad.

" Sepedahan bareng teman-teman, Assalamu'alaikum." Fasya kemudian mengambil sepedanya dan pergi ke sungai.

Fasya dan teman-temannya pergi bersepeda mengelilingi desa meskipun langit mendung dan hujan pelahan turun ke bumi. Mereka menikmati hujan di tepi sungai. Walau udara sangat dingin, namun mereka merasakan kehangatan karena kebersamaan mereka. Mungkin hari itu adalah hari yang tak terlupakan bagi Fasya karena tak lama lagi, Ia harus berpisah dengan sahabat karibnya.

Persahabatan di Atas Kursi RodaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant